Menakar Peluang di Balik Wabah Virus Corona
A
A
A
JAKARTA - Penyebaran wabah virus Novel Corona diyakini akan berdampak negatif terhadap perekonomian domestik maupun global. Misalnya pertumbuhan ekonomi di China sendiri maupun sejumlah negara mitra dagang termasuk Indonesia yang diprediksi bisa di bawah 5% tahun ini.
Namun Anggota Komisi VI DPR RI Marwan Jafar mengatakan, dalam kondisi seperti ini harus mampu mengambil momentum ekonomi di balik kekhawatiran dampak negatif tersebut. Kondisi ini menurutnya bisa menjadi kesempatan melakukan perbaikan serta memetakan sejumlah potensi ekspor komoditas Indonesia.
"Memang prediksi-prediksi itu cukup obyektif dan masuk akal. Tapi kita juga meyakini, justru di tengah kondisi itu harus mampu mengambil momentum ekonomi di balik kekhawatiran dampak negatif tersebut. Mulai dari menggenjot promosi sektor wisata termasuk hotel dan restoran, membenahi sektor perdagangan dan industri hingga memetakan ulang sejumlah potensi ekspor komoditas Indonesia," ujar Anggota Komisi VI DPR RI Marwan Jafar kepada wartawan di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Pria yang juga mantan Ketua Fraksi PKB ini menambahkan, efek negatif itu antara lain sangat terasa malah dimanfaatkan oleh kalangan importir hingga pemain besar komoditi bawang putih di mana China sebagai produsen terbesarnya. Dua pekan terakhir, harga bawang putih meroket Rp60.000 per kilogram di pasar-pasar di Jawa Timur (Jatim), Jawa Barat (Jabar) bahkan di Bengkulu dan Sulawesi Utara (Sulut). Bukan sekali ini bawang putih melonjak tak wajar, termasuk praktik kartelnya.
"Itu bukti bahwa yang cerdik memanfaatkan momentum negatif kasus corona virus malah kalangan importir, spekulan dan penimbun. Karena itu, beberapa kementerian terkait khususnya Kementan dan Kemendag mesti ekstra mewaspadai dan mengambil langkah-langkah cerdas mendorong pertumbuhan ekonomi dan lebih peduli kepada pengusaha kecil menengah serta kepentingan warga masyarakat," tutur mantan Menteri Desa-PDTT ini.
Diingatkan pula, sejumlah komoditi kebutuhan pokok pangan seperti daging sapi, kedelai, cabai, jagung bahkan garam masih mengandalkan impor. Karena itu, sangat jelas, saat ini dan ke depan menjadi momentum langka di tengah kekhawatiran dampak wabah corona, buat membenahi produktivitas, tata kelola, distribusi, pengolahan, hingga pemasaran komoditas agrobisnis Indonesia. Termasuk sektor pariwisata dan logistik transportasi darat, laut dan udara.
"Mengapa demikian? Sebab, dibanding misalnya Hongkong dan Singapura yang juga sudah terdampak wabah Corona secara ekonomi, Indonesia agak beruntung mempunyai ceruk pasar dan konsumsi penduduk yang besar serta masih tersubsidi di beberapa sektor perekonomian," paparnya.
Namun Anggota Komisi VI DPR RI Marwan Jafar mengatakan, dalam kondisi seperti ini harus mampu mengambil momentum ekonomi di balik kekhawatiran dampak negatif tersebut. Kondisi ini menurutnya bisa menjadi kesempatan melakukan perbaikan serta memetakan sejumlah potensi ekspor komoditas Indonesia.
"Memang prediksi-prediksi itu cukup obyektif dan masuk akal. Tapi kita juga meyakini, justru di tengah kondisi itu harus mampu mengambil momentum ekonomi di balik kekhawatiran dampak negatif tersebut. Mulai dari menggenjot promosi sektor wisata termasuk hotel dan restoran, membenahi sektor perdagangan dan industri hingga memetakan ulang sejumlah potensi ekspor komoditas Indonesia," ujar Anggota Komisi VI DPR RI Marwan Jafar kepada wartawan di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Pria yang juga mantan Ketua Fraksi PKB ini menambahkan, efek negatif itu antara lain sangat terasa malah dimanfaatkan oleh kalangan importir hingga pemain besar komoditi bawang putih di mana China sebagai produsen terbesarnya. Dua pekan terakhir, harga bawang putih meroket Rp60.000 per kilogram di pasar-pasar di Jawa Timur (Jatim), Jawa Barat (Jabar) bahkan di Bengkulu dan Sulawesi Utara (Sulut). Bukan sekali ini bawang putih melonjak tak wajar, termasuk praktik kartelnya.
"Itu bukti bahwa yang cerdik memanfaatkan momentum negatif kasus corona virus malah kalangan importir, spekulan dan penimbun. Karena itu, beberapa kementerian terkait khususnya Kementan dan Kemendag mesti ekstra mewaspadai dan mengambil langkah-langkah cerdas mendorong pertumbuhan ekonomi dan lebih peduli kepada pengusaha kecil menengah serta kepentingan warga masyarakat," tutur mantan Menteri Desa-PDTT ini.
Diingatkan pula, sejumlah komoditi kebutuhan pokok pangan seperti daging sapi, kedelai, cabai, jagung bahkan garam masih mengandalkan impor. Karena itu, sangat jelas, saat ini dan ke depan menjadi momentum langka di tengah kekhawatiran dampak wabah corona, buat membenahi produktivitas, tata kelola, distribusi, pengolahan, hingga pemasaran komoditas agrobisnis Indonesia. Termasuk sektor pariwisata dan logistik transportasi darat, laut dan udara.
"Mengapa demikian? Sebab, dibanding misalnya Hongkong dan Singapura yang juga sudah terdampak wabah Corona secara ekonomi, Indonesia agak beruntung mempunyai ceruk pasar dan konsumsi penduduk yang besar serta masih tersubsidi di beberapa sektor perekonomian," paparnya.
(akr)