Penyebaran Corona Buat Wall Street Anjlok, Terburuk Sejak 1987

Jum'at, 13 Maret 2020 - 07:27 WIB
Penyebaran Corona Buat Wall Street Anjlok, Terburuk Sejak 1987
Penyebaran Corona Buat Wall Street Anjlok, Terburuk Sejak 1987
A A A
NEW YORK - Pasar saham Amerika Serikat alias Wall Street mengalami kerugian besar pada penutupan dagang Kamis waktu setempat. Hal ini disebabkan kabar penyebaran virus corona yang demikian cepat di seluruh dunia.

Melansir dari CNBC, Jumat (13/3/2020), indeks Dow Jones Industrial Average ambruk hingga 2.352,60 poin atau 9,99% ke level 21.200,62. Ini merupakan penurunan harian terbesar sejak peristiwa "Black Monday" pada 19 Oktober 1987.

Dalam peristiwa Black Monday, indeks Dow Jones babak belur hingga 22%. Mengutip dari berbagai sumber, kejatuhan pasar saham tahun 1997 karena pengetatan kebijakan moneter oleh Federal Reserve. Kurun waktu Januari dan Oktober 1987, The Fed menaikkan suku bunga (Fed Fund Rate/FFR) hampir 100 basis poin ke angka 7,25%, membuat pinjaman kredit menjadi berat karena bunga tinggi sehingga harga saham jatuh akibat lesunya dunia usaha.

Selain Dow Jones, indeks S&P 500 pada penutupan Kamis juga anjlok 9,5% menjadi 2.480,64. Ini juga menjadi hari terburuk sejak 1987. Indeks Nasdaq terperosok 9,4% ke level 7.201,80.

"Virus corona telah menakutkan investor dan orang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dan sampai saat ini belum ada yang tahu sejauhmana dampak virus ini," ujar Kathy Entwistle, senior vice president bidang wealth management di UBS kepada CNBC.

Penurunan pada Kamis kemarin karena investor belum yakin dengan rencana fiskal pemerintah dan tindakan pendanaan dari The Fed dalam mengimbangi dampak ekonomi dari virus corona.

Meski The Fed telah menambah lebih dari USD198 miliar ke sistem keuangan, namun hal itu dirasa belum cukup. Selain itu, investor juga mencerna berita bahwa Asosiasi Bola Basket Nasional (NBA) telah memberhentikan sisa musim turnaman bola basket tanpa batas waktu.

Seiring penyebaran corona di AS, Wali Kota New York Bill de Blasio menyatakan keadaan darurat dnegan membatasi kegiatan bisnis dan acara-acara besar, termasuk kedatangan orang yang keluar masuk ke kota berjuluk Big Apple tersebut.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penghentian perjalanan dari dan ke Eropa. Trump juga akan menambahkan dana untuk memberi bantuan keuangan kepada para pekerja yang sakit atau dikarantina.

Namun, kesemuanya itu belum memuaskan pasar. "Tidak ada jaminan soal bantuan karena segalanya bisa menjadi lebih buruk. Jika jumlah kasus terus meningkat, maka akan menghantam kepercayaan diri masyarakat. Ini bisa berdampak terhadap ekonomi. Jika ekonomi memburuk, pasar akan semakin tertekan," ujar Brad McMillan, kepala investasi di Commonwealth Financial Network.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1888 seconds (0.1#10.140)