Tak Ada Panic Buying, Pandemi Corona Tak Ganggu Stok Sembako

Rabu, 11 Maret 2020 - 08:45 WIB
Tak Ada Panic Buying,...
Tak Ada Panic Buying, Pandemi Corona Tak Ganggu Stok Sembako
A A A
JAKARTA - Pandemi virus corona membuat ketakutan sebagian masyarakat Indonesia hingga melakukan panic buying. Mereka memborong bahan makanan dan sejumlah kebutuhan pokok lainnya. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran baru, yakni minimnya jika bahan pokok di pasar.

Namun, hal itu dibantah Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. Dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring dari kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Jakarta pada Rabu (18/3/2020), dia menegaskan karena darurat virus corona diperpanjang hingga 29 Mei 2020, pemerintah terus mengantisipasi ketersediaan dan harga barang pokok untuk masyarakat hingga Ramadan dan Lebaran 2020.

“Namun untuk komoditas gula pasir, bawang putih, dan bawang bombay masih menjadi perhatian khusus dalam beberapa pekan terakhir karena stoknya terbatas," ungkap. (Baca: Turunkan Harga Gula, Pemerintah Gelar perasi Pasar)

Berdasarkan pantauan Kemendag, untuk harga barang per 17 Maret 2020 relatif masih stabil. Kecuali gula pasir yang mengalami kenaikan 20% menjadi Rp16.000-17.000.

Sementara itu, harga bawang putih dan bawang bombay yang sudah naik melebihi 100% membuat Kemendag mengambil kebijakan membebaskan persetujuan impornya mulai berlaku 19 Maret 2020. Selagi harga melonjak ini, satgas pangan disebar guna memastikan tidak adanya pelaku usaha yang mengambil keuntungan sepihak dengan menimbun bahan pokok yang akan berdampak pada kenaikan harga.

"Satgas pangan akan bertindak tegas secara hukum oknum yang melakukan penimbunan barang kebutuhan pokok. Mengingat sekarang permintaan dan stok dalam kondisi yang tidak normal akibat virus corona," jelas Agus.

Demi masyarakat menerima bahan pokok dengan harga lebih hemat, Kemendag akan memfasilitasi pasar murah di tingkat pusat dan daerah melalui kerja sama dengan pelaku usaha. "Hal itu juga untuk menstabilkan harga kebutuhan masyarakat menjelang puasa dan Lebaran 2020," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey meyakinkan bahwa seluruh barang pangan yang diibutuhkan masyarakat dapat terpenuhi oleh para pengusaha ritel nasional. Mengenai barang yang stoknya sedikit, dia mengaku masih terus berkordinasi.

"Gula pasir sudah masuk distribusi dari para peritel modern, bawang putih dan bawang bombay juga sedang diimpor. Semoga saja segera masuk," jelasnya.

Aprindo mengharapkan masyarakat untuk tetap berbelanja secara wajar dan normal seperti biasa agar semua mendapat pasokan merata. Aprindo juga akan terus memantau dan mengatur segala bahan pokok dengan pemasok dan produsen agar seluruh kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi.

Senada dengan itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memastikan bahwa pasokan barang menjelang Ramadan dan Lebaran aman. Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani Rosan juga mengimbau masyarakat agar tidak panik soal dampak wabah korona, karena persediaan di pasar induk dan sentra pangan cukup memadai.

“Jangan panic buying karena ada masalah corona, apalagi sampai memborong atau menimbun,” ujarnya.

Rosan menambahkan, semua pihak harus berupaya dapat menahan gejolak harga, menstabilkan harga, serta membenahi rantai pasokan. Sebab jika pasokan aman, barangnya ada dan administrasi perdagangannya juga akan lancar.

Selain itu, yang harus dibenahi adalah rantai pasokan. Rosan menyebut masalah logistik yang selama ini bisa melambungkan harga juga perlu ditekan.

“Rantai logistik kita juga masih mahal dan harus dibenahi, karena imbasnya bisa membuat harga bertambah naik. Begitu juga dengan adanya masalah distorsi mata rantai administrasi,” ungkap dia. (Baca juga: Jamin Ketersidiaan, Mendag Larang Ekspor Masker dan Antiseptik)

Sementara itu, dampak epidemi corona diperkirakan akan menyebabkan penurunan penjualan sekitar 30% dan dikhawatirkan menghambat pasokan sisi impor bahan baku dan bahan modal untuk industri manufaktur nasional. Pasalnya, ada beberapa sektor yang sejak Maret 2020 hanya menyisakan pasokan bahan baku hingga 2-3 bulan ke depan, terutama bidang farmasi, elektronik, dan bahan baku tekstil.

"Pelaku usaha pasti melakukan upaya antisipasi dengan mencari sumber alternatif bahan baku selain dari China. Hanya, alternatif impor dari negara lain juga menghadapi situasi yang sama. Kalaupun ada, harganya juga mahal,” kata Rosan.

Dia menyebut, dampak wabah corona terhadap perekonomian nasional cukup besar. Menurutnya, impor Indonesia 26% dari China, ekspor 16%, sementara perlambatan pertumbuhan China bisa sampai 4,5. Kondisi itu tentunya akan berdampak kepada Indonesia.

“Meski demikian, saya berharap mata rantai dan suplai dari barang modal ini segera teratasi seiring mulai berjalannya lagi pabrik-pabrik di Wuhan, China,” ujar Rosan.

Solihin, corporate affairs director Alfamart, mengatakan bahwa pihaknya menjamin kesediaan bahan pokok dan kebutuhan masyarakat lainnya di semua gerai Alfamart di seluruh Indonesia. Alfamart juga tidak akan melakukan pembatasan pembelanjaan kepada masyarakat.

Menurutnya, satgas pangan dari Kemendag memang sempat memberi surat edaran untuk membatasi pembelanjaan masyarakat karena terjadi panic buying, namun surat tersebut sudah dicabut lagi dua hari berikutnya.

“Sebaiknya memang tidak dilakukan pembatasan pembelian selagi stok masih banyak. Kalau dibatasi nanti justru meresahkan masyarakat yang menduga bahwa stok menipis, padahal kan tidak," ungkapnya.

Maka sejak Jumat (20/3), Alfamart tidak membatasi pembelanjaan para konsumennya. Dia juga meyakinkan bahwa pasokan kebutuhan pokok aman, kecuali gula pasir yang memang harganya masih mahal di distributor.

Untuk kebutuhan lain yang sedang langka seperti hand sanitizer, antiseptik, masker, sudah diusahakan kepada produsennya langsung. Kenyataannya memang sudah tidak ada, kemungkinan produksi akan dilakukan kembali.

"Minggu depan kami akan mengadakan masker sebanyak 2 juta, namun itu didahulukan untuk karyawan kami dahulu. Sisanya baru dijual," ungkap Solihin. (Ananda Nararya)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1626 seconds (0.1#10.140)