Mal Sepi, Hippindo Minta Keringanan Biaya Sewa Pusat Perbelanjaan
A
A
A
JAKARTA - Penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia masih terus berlangsung di tengah upaya pemerintah menanggulanginya. Perkembangan penularan virus corona yang cepat membuat opsi penguncian penuh (lockdown) terus menguat.
Wacana itu pun mendapat tanggapan dari para pengusaha. Kalaupun harus memilih lockdown, maka pemerintah diminta meringankan beban mereka.
Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) misalnya, berharap biaya sewa untuk pelaku industri perbelanjaan bisa diringankan. Pasalnya, jika terjadi lockdown, maka semua mal dan pusat perbelanjaan akan tutup selama beberapa waktu.
"Kalau memang ada lockdown ya kita minta diturunkan biaya sewanya karena kita saja sebelum ada lockdown pusat perbelanjaan sudah anjlok omzetnya," ujar Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Dia mengatakan, penurunan jumlah pengunjung ke pusat-pusat perbelanjaan mulai terjadi sejak 3 Maret, yakni ketika diketahui ada kasus Covid-19 di Indonesia. Penurunan pengunjung makin menjadi ketika diberlakukan kebijakan work from home (WFH) yang membatasi masyarakat melakukan aktivitas di luar rumah. "Penurunannya hingga 90%. Sepinya kunjungan tidak hanya dialami mal di Ibu Kota, tapi juga di luar Jakarta," ujarnya.
Wacana itu pun mendapat tanggapan dari para pengusaha. Kalaupun harus memilih lockdown, maka pemerintah diminta meringankan beban mereka.
Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) misalnya, berharap biaya sewa untuk pelaku industri perbelanjaan bisa diringankan. Pasalnya, jika terjadi lockdown, maka semua mal dan pusat perbelanjaan akan tutup selama beberapa waktu.
"Kalau memang ada lockdown ya kita minta diturunkan biaya sewanya karena kita saja sebelum ada lockdown pusat perbelanjaan sudah anjlok omzetnya," ujar Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Dia mengatakan, penurunan jumlah pengunjung ke pusat-pusat perbelanjaan mulai terjadi sejak 3 Maret, yakni ketika diketahui ada kasus Covid-19 di Indonesia. Penurunan pengunjung makin menjadi ketika diberlakukan kebijakan work from home (WFH) yang membatasi masyarakat melakukan aktivitas di luar rumah. "Penurunannya hingga 90%. Sepinya kunjungan tidak hanya dialami mal di Ibu Kota, tapi juga di luar Jakarta," ujarnya.
(fjo)