Pelemahan Rupiah Tidak Berdampak ke Inflasi
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pelemahan rupiah belakangan ini karena sentimen pandemi Covid-19, bukan karena fundamental.
Namun, lanjut Perry, pelemahan rupiah tidak berdampak terhadap inflasi. Sebab, kata Gubernur BI, pasokan barang dan bahan pangan pokok dijamin oleh pemerintah.
"Antisipasi barang dan bahan pokok sudah dilakukan hingga bulan depan, masuk Ramadhan," ujar Perry di Jakarta, Kamis (26/3/2020).
Perry menjelaskan, terdapat empat faktor yang menyebabkan tingginya nilai kurs tak berdampak signifikan terhadap inflasi.
Pertama, ketersediaan pasokan bahan makanan dan barang kebutuhan cukup.
Kemudian, jika dibandingkan permintaan penawaran secara total, angka kenaikan perekonomian Indonesia dapat dipenuhi dari angka kenaikan penawaran.
"Sehingga kesenjangan output negatif. Dampak ke inflasi sangat rendah," tuturnya.
Terakhir, Perry melanjutkan, tingginya nilai rupiah saat ini karena kepanikan global. Sebab, begitu adanya kejelasan masalah Covid 19, fiskal dan moneter, rupiah kembali stabil dan menguat.
"Saat ini pelemahan rupiah bersifat sementara dan angka inflasi akan terkendali," tandasnya.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di pasar spot, Kamis (26/3) ditutup gagah perkasa 195 poin atau 1,18% ke level Rp16.305 per USD, dibanding sesi Selasa di Rp16.500 per USD.
Namun, lanjut Perry, pelemahan rupiah tidak berdampak terhadap inflasi. Sebab, kata Gubernur BI, pasokan barang dan bahan pangan pokok dijamin oleh pemerintah.
"Antisipasi barang dan bahan pokok sudah dilakukan hingga bulan depan, masuk Ramadhan," ujar Perry di Jakarta, Kamis (26/3/2020).
Perry menjelaskan, terdapat empat faktor yang menyebabkan tingginya nilai kurs tak berdampak signifikan terhadap inflasi.
Pertama, ketersediaan pasokan bahan makanan dan barang kebutuhan cukup.
Kemudian, jika dibandingkan permintaan penawaran secara total, angka kenaikan perekonomian Indonesia dapat dipenuhi dari angka kenaikan penawaran.
"Sehingga kesenjangan output negatif. Dampak ke inflasi sangat rendah," tuturnya.
Terakhir, Perry melanjutkan, tingginya nilai rupiah saat ini karena kepanikan global. Sebab, begitu adanya kejelasan masalah Covid 19, fiskal dan moneter, rupiah kembali stabil dan menguat.
"Saat ini pelemahan rupiah bersifat sementara dan angka inflasi akan terkendali," tandasnya.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di pasar spot, Kamis (26/3) ditutup gagah perkasa 195 poin atau 1,18% ke level Rp16.305 per USD, dibanding sesi Selasa di Rp16.500 per USD.
(ven)