Gubernur BI Buka Peluang Penurunan Suku Bunga
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan memberikan ruang untuk menjaga fundamental perekonomian Indonesia di tengah pandemi virus corona alias Covid-19.
Untuk itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberi sinyal bahwa pihaknya membuka ruang untuk penurunan suku bunga acuan demi memitigasi dampak pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Sepanjang tahun ini, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, menjadi 4,50% pada periode Maret 2020 kemarin.
"Kami membuka ruang bahwa penurunan suku bunga masih terbuka. Tapi tentu saja BI akan tetap hati-hati, sejalan dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan juga masih tingginya ketidakpastian keuangan global," ujar Perry di Jakarta, Selasa (7/4/2020).
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan intensitas di pasar untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, melalui intervensi baik di spot, domestic non deliverable forward (DNDF), maupun pembelian surat berharga negar (SBN) dari pasar sekunder, khususnya pada periode capital outflows.
"Selama tahun 2020 saja, BI telah membeli SBN Rp166 triliun dari pasar sekunder," jelasnya.
Perry menambahkan keganasan pandemi virus Covid-19 sangat terasa dampaknya terhadap sektor keuangan. Mulai dari kepanikan investor global, kaburnya dana-dana asing yang ditanam di Indonesia, hingga anjloknya nilai tukar rupiah.
"Kepanikan investor di pasar keuangan global akibat merebaknya virus corona mulai terasa sejak akhir Januari 2020. Di Indonesia, kepanikan investor mulai terasa pada awal Maret semenjak kasus positif Covid-19 mengalami peningkatan signifikan," jelasnya.
Untuk itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberi sinyal bahwa pihaknya membuka ruang untuk penurunan suku bunga acuan demi memitigasi dampak pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Sepanjang tahun ini, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, menjadi 4,50% pada periode Maret 2020 kemarin.
"Kami membuka ruang bahwa penurunan suku bunga masih terbuka. Tapi tentu saja BI akan tetap hati-hati, sejalan dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan juga masih tingginya ketidakpastian keuangan global," ujar Perry di Jakarta, Selasa (7/4/2020).
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan intensitas di pasar untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, melalui intervensi baik di spot, domestic non deliverable forward (DNDF), maupun pembelian surat berharga negar (SBN) dari pasar sekunder, khususnya pada periode capital outflows.
"Selama tahun 2020 saja, BI telah membeli SBN Rp166 triliun dari pasar sekunder," jelasnya.
Perry menambahkan keganasan pandemi virus Covid-19 sangat terasa dampaknya terhadap sektor keuangan. Mulai dari kepanikan investor global, kaburnya dana-dana asing yang ditanam di Indonesia, hingga anjloknya nilai tukar rupiah.
"Kepanikan investor di pasar keuangan global akibat merebaknya virus corona mulai terasa sejak akhir Januari 2020. Di Indonesia, kepanikan investor mulai terasa pada awal Maret semenjak kasus positif Covid-19 mengalami peningkatan signifikan," jelasnya.
(ven)