Dunia di bawah ancaman kelaparan
A
A
A
Sindonews.com - Masalah krisis pangan memang makin menghantui penduduk dunia. Pasalnya, dengan semakin membludaknya jumlah penduduk dunia namun jumlah lahan pertanian semakin sempit belum lagi masalah cuaca yang saat ini tak menentu membuat pasokan pangan dunia makin surut.
"Hal besar itu adalah pangan. Hari ini di Gorontalo kita memperingati Hari Pangan Sedunia ke-13 untuk mengingatkan kita semua bahwa ketersediaan pangan bagi penduduk bumi adalah masalah besar yang belum terpecahkan," ujar Wapres Boediono saat sambutan di Hari Pangan Nasional, di Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (20/10/2011).
Menurut catatan PBB, pada Oktober ini akan lahir penduduk bumi yang ketujuh miliar. Jumlah manusia penghuni bumi akan terus meningkat dan pada 2050 diperkirakan akan mencapai 9,5 miliar orang atau meningkat lebih dari 35 persen.
Justru dari itu, kata dia persoalan mendasar saat ini bagaimana memberi persediaan yang cukup demi kelangsungan hidup umat manusia.
"Masalah mendasar adalah bagaimana memberi makan yang cukup bagi penghuni planet bumi yang terus meningkat pesat itu. Sedangkan kita tahu, sekarang inipun masih banyak penduduk dunia yang mengalami kelaparan dan sangat banyak yang hidup dalam zona rawan pangan," jelasnya.
Oleh sebab itu, Indonesia dengan penduduk terbesar keempat di dunia wajib memikirkan dengan sungguh-sungguh masalah pangan ini. Pada situasi sekarang, keadaan pangan secara umum di Indonesia masih bisa mengimbangi pertambahan penduduknya, meskipun pas-pasan. Oleh karena ini kondisi pangan kita masih mengandung kerawanan.
"Situasi pangan kita belum sepenuhnya aman, apalagi kalau kita melihat ke depan. Di waktu mendatang penduduk kita masih terus bertambah," paparnya.
Jika tidak ada penanganan yang serius maka keterancaman pangan untuk Indonesia bakal terjadi. "Tanpa langkah-langkah yang sungguh-sungguh, sistematis dan kita laksanakan sekarang, kerawanan pangan hampir pasti akan terus menghantui kita, bangsa Indonesia," imbuhnya.
Boediono menjelaskan bahwa tantangan yang kita hadapi di bidang pangan besar. Namun saya bisa menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang disayang Tuhan.
"Tuhan memberikan kepada kita sumber alam yang beragam dan jumlahnya melimpah, termasuk sumber daya air, perikanan dan kelautan, dan lahan pertanian yang subur atau dengan sedikit usaha tidak sulit untuk disuburkan," katanya.
Namun, guru besar UGM itu masih optimistis bahwa keterancaman akan kerawanan pangan bagi Indonesia akan bisa teratasi. "Pendek kata, Tuhan memberikan modal yang cukup kepada bangsa kita untuk memberi makan manusia-manusia Indonesia sekarang maupun di masa depan," tandasnya.
Di samping itu, kata Boediono, ketersediaan pangan bisa teratasi dengan pemanfaatan teknologi. Sehingga dengan bantuan teknologi itu Indonesia bisa menghasilkan pangan yang melebihi yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
"Bahkan dengan pemanfaatan teknologi yang tepat dan pengelolaan yang baik, Indonesia akan dapat menghasilkan pangan lebih dari yang dibutuhkan oleh penduduk kita sendiri. Indonesia akan mampu memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dunia!" tegas dia.
Yang terpenting bagi saat ini adalah bagaimana masyarakat Indonesia mengelolanya dengan baik dan seproduktif mungkin. "Kuncinya adalah bagaimana kita mengelola sumber daya kita sebaik dan seproduktif mungkin," terangnya.
Dia menambahkan, pemerintah menempatkan upaya untuk meningkatkan ketersediaan dan keamanan pangan pada prioritas yang sangat tinggi. Hal itu kita lakukan demi kepentingan nasional, dan sekaligus juga demi kepentingan dunia. Indonesia harus aman di bidang pangan, sekarang dan seterusnya di waktu mendatang.
"Risikonya terlalu besar apabila kita puas dengan keadaan pangan yang pas-pasan, karena itu berarti kita akan selalu dihantui oleh kerawanan pangan, kerawanan ekonomi dan sosial," pungkasnya.
"Hal besar itu adalah pangan. Hari ini di Gorontalo kita memperingati Hari Pangan Sedunia ke-13 untuk mengingatkan kita semua bahwa ketersediaan pangan bagi penduduk bumi adalah masalah besar yang belum terpecahkan," ujar Wapres Boediono saat sambutan di Hari Pangan Nasional, di Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (20/10/2011).
Menurut catatan PBB, pada Oktober ini akan lahir penduduk bumi yang ketujuh miliar. Jumlah manusia penghuni bumi akan terus meningkat dan pada 2050 diperkirakan akan mencapai 9,5 miliar orang atau meningkat lebih dari 35 persen.
Justru dari itu, kata dia persoalan mendasar saat ini bagaimana memberi persediaan yang cukup demi kelangsungan hidup umat manusia.
"Masalah mendasar adalah bagaimana memberi makan yang cukup bagi penghuni planet bumi yang terus meningkat pesat itu. Sedangkan kita tahu, sekarang inipun masih banyak penduduk dunia yang mengalami kelaparan dan sangat banyak yang hidup dalam zona rawan pangan," jelasnya.
Oleh sebab itu, Indonesia dengan penduduk terbesar keempat di dunia wajib memikirkan dengan sungguh-sungguh masalah pangan ini. Pada situasi sekarang, keadaan pangan secara umum di Indonesia masih bisa mengimbangi pertambahan penduduknya, meskipun pas-pasan. Oleh karena ini kondisi pangan kita masih mengandung kerawanan.
"Situasi pangan kita belum sepenuhnya aman, apalagi kalau kita melihat ke depan. Di waktu mendatang penduduk kita masih terus bertambah," paparnya.
Jika tidak ada penanganan yang serius maka keterancaman pangan untuk Indonesia bakal terjadi. "Tanpa langkah-langkah yang sungguh-sungguh, sistematis dan kita laksanakan sekarang, kerawanan pangan hampir pasti akan terus menghantui kita, bangsa Indonesia," imbuhnya.
Boediono menjelaskan bahwa tantangan yang kita hadapi di bidang pangan besar. Namun saya bisa menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang disayang Tuhan.
"Tuhan memberikan kepada kita sumber alam yang beragam dan jumlahnya melimpah, termasuk sumber daya air, perikanan dan kelautan, dan lahan pertanian yang subur atau dengan sedikit usaha tidak sulit untuk disuburkan," katanya.
Namun, guru besar UGM itu masih optimistis bahwa keterancaman akan kerawanan pangan bagi Indonesia akan bisa teratasi. "Pendek kata, Tuhan memberikan modal yang cukup kepada bangsa kita untuk memberi makan manusia-manusia Indonesia sekarang maupun di masa depan," tandasnya.
Di samping itu, kata Boediono, ketersediaan pangan bisa teratasi dengan pemanfaatan teknologi. Sehingga dengan bantuan teknologi itu Indonesia bisa menghasilkan pangan yang melebihi yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
"Bahkan dengan pemanfaatan teknologi yang tepat dan pengelolaan yang baik, Indonesia akan dapat menghasilkan pangan lebih dari yang dibutuhkan oleh penduduk kita sendiri. Indonesia akan mampu memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dunia!" tegas dia.
Yang terpenting bagi saat ini adalah bagaimana masyarakat Indonesia mengelolanya dengan baik dan seproduktif mungkin. "Kuncinya adalah bagaimana kita mengelola sumber daya kita sebaik dan seproduktif mungkin," terangnya.
Dia menambahkan, pemerintah menempatkan upaya untuk meningkatkan ketersediaan dan keamanan pangan pada prioritas yang sangat tinggi. Hal itu kita lakukan demi kepentingan nasional, dan sekaligus juga demi kepentingan dunia. Indonesia harus aman di bidang pangan, sekarang dan seterusnya di waktu mendatang.
"Risikonya terlalu besar apabila kita puas dengan keadaan pangan yang pas-pasan, karena itu berarti kita akan selalu dihantui oleh kerawanan pangan, kerawanan ekonomi dan sosial," pungkasnya.
()