Inilah awal mula bisnis Risoles Melepuh

Minggu, 25 Desember 2011 - 13:01 WIB
Inilah awal mula bisnis Risoles Melepuh
Inilah awal mula bisnis Risoles Melepuh
A A A
Sindonews.com - Bisnis kuliner memang tidak pernah ada habisnya. Selalu saja ada menu baru dengan inovasi yang sangat unik sehingga masyarakat pecinta kuliner tidak pernah bosan menyantap makanan tersebut ataupun ikut berbisnis kuliner.

Risoles Melepuh sebenarnya berawal dari ketidaksengajaan. Awalnya nama jenis risoles ini ditemukan oleh Ray Roemano. Pada Maret 2011, Ray ditawari rekannya untuk mengisi stand di sebuah bazaar.

"Jujur saya bingung awalnya, tapi kemudian saya ingat kalau di rumah ibu saya pernah membuat risoles yang sangat enak. Saya tanyakan resepnya terus saya coba buat dengan tambahan bahan lain dan sampailah ketika bazar saya jual resoles ini,” ujar Ray, sang pencipta Risoles Melepuh kepada Sindonews.com, Sabtu 24 Desember 2011.

Nama makanan ini tergolong unik. Ray bercerita nama ini muncul ketika sedang memasak risoles, Ray ingin mencicipi makanan yang dia buat. Lupa kalau risoles itu dari penggorengan dan masih panas, lidah Ray pun melepuh. Secara spontan teman-teman Ray mengatakan, sepertinya bagus kalau dikasih nama Risoles Melepuh.

Hal ini juga dilengkapi dengan risoles yang diproduksi berisikan keju yang benar-benar meleleh dan pastinya berbeda dengan risoles isi keju lainnya. Apalagi makanan yang sangat pas disantap dengan suasana dinginnya Kota Bandung itu, selalu panas. Sehingga kejunya pun tetap pada lelehannya bukan mencair.

Usaha risoles ini didukung dengan modal seadanya. Memanfaatkan rumah, peralatan, serta uang dari orangtua yang seadanya untuk proses produksi, Ray membuat risoles sebanyak 90 pcs. Makanan tersebut dititipkan ke kafe temannya yang berada di Jalan Dipati Ukur. Di hari itu terjual sebanyak 30 pcs sehingga sisanya sengaja dibagikan secara gratis.

"Hitung-hitung promosi perkenalan kepada masyarakat, mana tahu nanti ketagihan dan besok ingin beli lagi," tandasnya.

Berjalannya waktu, Ray meningkatkan pemasaran melalui penguatan promosi dan marketing serta jaringan yang sudah pasti didapatnya melalui Komunitas Sindikat Kuliner. Sekarang Ray, dapat memproduksi 3.500-5.000 pcs per bulan dan sukses memiliki empat outlet, yang berada di Bandung. Tepatnya di Jalan Ambon No.17, Purwakarta, Jakarta Selatan, dan Terminal 1C Bandara Soekarno-Hatta.

Menu andalan dari Risoles Melepuh ini adalah original dengan spesifikasi smoke beef, melting cizz & egg. Harga yang ditawarkan Rp5.500 per pcs untuk wilayah Bandung, dan Rp6.500 per pcs untuk wilayah Purwakarta dan Jakarta.
“Biasanya kecenderungan satu orang pembeli yang datang akan menyantap sekitar tiga sampai lima pcs,” ujarnya.

Kesulitan yang dialami usaha ini berada pada turun naiknya penjualan, kegigihan untuk mempertahankan kepercayaan konsumen serta menciptakan inovasi-inovasi baru baik dalam produksi ataupun pemasaran. Walaupun banyak asumsi yang beredar bahwa usaha kuliner itu sangat gampang, namun Ray menganggap usaha kuliner harus dilakukan dengan pengelolaan yang matang.

“Enggak bisa hanya karena aji mumpung dan ikut-ikutan saja. Tapi harus dari rasa suka yang kuat terhadap makanan yang dibuat, pengelolaan yang matang dan tanggung jawab terhadap masyarakat luas," ujar Ray.

Ke depannya, Ray ingin membangun pabrik produksi di wilayah Bandung, dan usaha ini akan lebih diarahkan pada proses pendistribusian kepada pihak-pihak yang ingin menjual makanan tersebut. Hal ini akan membuat sebuah lapangan kerja baru bagi masyarakat, di mana bagi yang ingin bekerjasama tidak perlu memiliki modal berupa uang.

“Nantinya akan mendapat laba berupa bagi hasil dengan pengaturan persentasi sesuai kesepakatan,” papar Ray menambahkan.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6511 seconds (0.1#10.140)