Swasembada BBM bisa dilakukan di 2018

Kamis, 29 Desember 2011 - 17:06 WIB
Swasembada BBM bisa dilakukan di 2018
Swasembada BBM bisa dilakukan di 2018
A A A
Sindonews.com - Sebagai salah satu produsen bahan bakar minyak (BBM) besar, nyatanya Indonesia belum mampu lepas dari ketergantungan impor BBM. Tak adanya kapasitas kilang yang belum mencukupi kebutuhan dalam negeri menjadi alasan PT Pertamina (Persero), sebagai BUMN migas untuk terus melakukan impor.

"Kami tidak bisa melepaskan kebiasaan impor BBM, pasalnya kapasitas kilang yang ada tidak bisa mencukupi kebutuhan BBM dalam negeri," ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, di Cilacap, Kamis (29/12/2011).

Karen menuturkan, saat ini kebutuhan BBM nasional mencapai 56 juta kiloliter (kl) per tahun dan angka tersebut terus meningkat dengan tingkat laju konsumsi rata-rata empat persen per tahun. "Dengan tingkat kebutuhan nasional tersebut, produksi premium dari kilang Pertamina hanya dapat memenuhi kebutuhan premium sebesar 54 persen dan solar sebesar 86 persen. Sedangkan avtur dapat dipenuhi 100 persen," ungkapnya.

Dia juga mengungkapkan, saat ini pihaknya sangat sulit memenuhi konsumsi BBM nasional yang terus meningkat setiap tahunnya. "Karena saat ini Pertamina mempunyai kilang yang umurnya sudah tua karena dibangun di 1970-1980-an," ungkapnya.

Untuk itulah, tambah Karen, sangat sulit untuk menghindari impor BBM. "Saat ini masih diperlukan impor premium sebesar 12 juta kl dan solar sebesar tiga juta kl per tahun dan angka itu akan cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan laju konsumsi BBM," tambahnya.

Dirinya mengatakan, peran kilang sangatlah penting bagi pemenuhan kebutuhan BBM ke depan. Saat ini, Pertamina memiliki enam kilang dengan total kapasitas pengolahan minyak mentah kurang lebih satu juta barel per hari dan memproduksi BBM sejumlah 41 juta kl per tahun. "Angka itu terdiri dari, premium 12 juta kl, solar 18,3 juta kl, kerosin tujuh juta kl, dan avtur 3,3 juta kl," ujarnya.

Meski mengaku tak bisa lepas dari impor, namun perlahan Pertamina berusaha untuk terus menurunkan kapasitas impor BBM. Bahkan, Pertamina berani bermimpi untuk mencapai swasembada BBM di tahun 2018 dengan menargetkan produksi mencapai 66,7 juta kiloliter (kl).

"Produksi BBM sebesar 66,7 juta kl akan membuat Indonesia mampu berswasembada BBM di 2018," ujar Vice Presiden Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun.

Dia menjelaskan, produksi sebesar 66,7 juta kl itu terdiri dari premium 22,8 juta kl, minyak tanah 5,3 juta kl, solar 29,2 juta kl, dan avtur 9,4 juta kl. "Di 2018, produksi BBM ditargetkan 66,7 juta kl, sedangkan proyeksi kebutuhan BBM mencapai 68,9 juta kl," katanya.

Keinginan Pertamina untuk bisa lepas dari ketergantungan impor BBM juga didukung oleh sejumlah pihak. Sudah saatnya Indonesia mewujudkan ketahanan energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi impor. Salah satu caranya dengan meningkatkan pengolahan atau pengilangan minyak mentah (refinery).

"Peningkatan refinery akan mengurangi tingkat ketergantungan Indonesia terhadap BBM impor," kata Kandidat Ketua Umum Ikatan Alumni ITB (IA ITB) Sumayanto Widayatin beberapa waktu lalu.

Dikatakan Deputi Infrastruktur dan Logistik Kementerian BUMN ini, pemerintah telah memberikan insentif bagi pelaku usaha migas sebagai upaya mewujudkan ketahanan energi dalam negeri.

Dia berharap insentif itu dapat membantu pelaku usaha yang bernisergi dengan pemerintah dalam mengurangi ketergantungan negeri ini terhadap BBM impor.

Pria yang akrab dipanggil Pak Sum tersebut melanjutkan, banyak alumni ITB yang berkiprah di bidang energi migas (minyak dan gas). Sayangnya, potensi mereka belum tergali secara maksimal.

"Alumni ITB diharapkan dapat lebih berpartisipasi dan mensinergikan sumber daya dari hulu migas sampai hilir," kata dia.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6847 seconds (0.1#10.140)