Kaleng Lani merambah negeri Jiran
A
A
A
Sindonews.com - Berkat sentuhan lukisan tangan dengan desain lucu, sebuah kaleng bekas berhasil diubah menjadi sebuah barang bernilai ekonomis.
Di tangan Lani Cahyaningsari, sampah kaleng susu atau kaleng lainnya yang menjadi limbah rutin rumah tangga bisa disulap menjadi barang bernilai jual. Langkah Lani ini terbilang kreatif, sebab jika tak dikelola dengan baik, sampah kaleng bisa menjadi masalah utama bumi.
Bagi Lani, kaleng bekas adalah barang berharga yang bisa ia sulap menjadi benda fungsional bernilai seni tinggi. Misalnya, celengan dari kaleng susu kental manis, meja belajar dari kaleng cat berukuran besar, atau jam dinding dari bekas tutup kaleng susu bubuk.
Setelah kurang lebih sebelas tahun berkutat pada usaha daur ulang kaleng bekas, ternyata produk yang diberi nama Kaleng Lani ini sudah sampai ke negara Malaysia.
"Saya pernah menerima pesanan dari Malaysia waktu itu sebanyak 60 item dengan jenis beragam oleh sebuah toko, dan produk ini nantinya akan dipasarkan lagi disana. Pernah juga dari Brunei Darussalam sebanyak 50 buah," ucap Lani kepada Sindonews, belum lama ini.
Ide Kaleng Lani sendiri dimulai dari tahun 2000. Saat Lani dan saudara-saudaranya ingin berwiraswasta dengan basik melukis. "Karena kita semua punya hobi melukis, walaupun pendidikan kita berbeda-beda. Saat itu media yang kita pilih awalnya adalah kayu pada tahun 1988. Mulailah kita melukis diatas kayu," tambahnya.
Dirinya juga menambahkan dengan sejalannya waktu, masing-masing dari mereka mencoba media yang lain yang sesuai dengan karakter lukisannya. "Saya cocok dengan media kaleng, sedangkan saudara saya dengan media tekstil, dan ada juga yang tetap dengan media kayu, tetapi semua masih mempunyai garis yang sama yaitu media tersebut dilukis," jelas ibu dengan latar belakang pendidikan arsitek ini.
Saat ini Lani dibantu dengan tiga orang karyawan dapat memproduksi 30 kaleng (jenis kaleng susu) dalam waktu satu hari diluar pesanan khusus.
Penawaran harga yang diberikan pun sangat beragam, mulai dari Rp20 ribu sampai dengan Rp500 ribu. Jika ada permintaan khusus dari pelanggan yang menawarkan tema lukisan yang sesuai dengan keinginan dirinya, maka hal tersebut akan disanggupi tanpa harus menambah biaya.
Namun, walaupun demikian usaha ini menurut Lani masih terdapat beberapa kendala yang cukup mengganggu keberlangsungan usaha ini. Permasalahan pemasaran dalam segi pemanfaatan media tetap harus ditingkatkan, mengingat media seperti internet cukup efektif dalam hal pemasaran. "Dengan internet, saya bisa mengupdate produk-produk saya yang baru," urai Lani.
Selain mencari sendiri ataupun sumbangan dari tetangga guna menjaga stok kaleng bekas agar tidak kehabisan, maka Ibu dengan keseharian mengajari anak-anak melukis ini juga mengumpulkan kaleng tersebut dari beberapa pedagang. "Satu karung dengan isi 100-150 pcs yang berhasil dikumpulkan maka akan dihargai sebesar Rp200 per kaleng. Diluar itu kaleng juga biasanya didapat dari orang-orang terdekat dan beberapa suplier barang-barang bekas," ungkapnya.
Dengan kekuatan style lukisan yang mengandalkan warna-warna cerah yang menjadi ciri khasnya menjadi andalan Lani untuk masih bisa bertahan sampai dengan sekarang. Dengan penggunaan warna-warna terang dan gambar yang lucu dan menarik serta memberikan unsur nilai pendidikan pada setiap gambar yang selalu di pertahankan agar produk yang diciptakan mudah dikenali publik. Maka dari itu Ibu yang gemar melukis ini masih dapat mencapai omzet sebesar Rp8-10 juta per bulan.
Kedepannya, Lani tidak memasang target terlalu banyak dalam usaha ini karena masih ingin mengurusi permasalahan internal saja agar lebih kuat dalam segi produksi. (ank)
Di tangan Lani Cahyaningsari, sampah kaleng susu atau kaleng lainnya yang menjadi limbah rutin rumah tangga bisa disulap menjadi barang bernilai jual. Langkah Lani ini terbilang kreatif, sebab jika tak dikelola dengan baik, sampah kaleng bisa menjadi masalah utama bumi.
Bagi Lani, kaleng bekas adalah barang berharga yang bisa ia sulap menjadi benda fungsional bernilai seni tinggi. Misalnya, celengan dari kaleng susu kental manis, meja belajar dari kaleng cat berukuran besar, atau jam dinding dari bekas tutup kaleng susu bubuk.
Setelah kurang lebih sebelas tahun berkutat pada usaha daur ulang kaleng bekas, ternyata produk yang diberi nama Kaleng Lani ini sudah sampai ke negara Malaysia.
"Saya pernah menerima pesanan dari Malaysia waktu itu sebanyak 60 item dengan jenis beragam oleh sebuah toko, dan produk ini nantinya akan dipasarkan lagi disana. Pernah juga dari Brunei Darussalam sebanyak 50 buah," ucap Lani kepada Sindonews, belum lama ini.
Ide Kaleng Lani sendiri dimulai dari tahun 2000. Saat Lani dan saudara-saudaranya ingin berwiraswasta dengan basik melukis. "Karena kita semua punya hobi melukis, walaupun pendidikan kita berbeda-beda. Saat itu media yang kita pilih awalnya adalah kayu pada tahun 1988. Mulailah kita melukis diatas kayu," tambahnya.
Dirinya juga menambahkan dengan sejalannya waktu, masing-masing dari mereka mencoba media yang lain yang sesuai dengan karakter lukisannya. "Saya cocok dengan media kaleng, sedangkan saudara saya dengan media tekstil, dan ada juga yang tetap dengan media kayu, tetapi semua masih mempunyai garis yang sama yaitu media tersebut dilukis," jelas ibu dengan latar belakang pendidikan arsitek ini.
Saat ini Lani dibantu dengan tiga orang karyawan dapat memproduksi 30 kaleng (jenis kaleng susu) dalam waktu satu hari diluar pesanan khusus.
Penawaran harga yang diberikan pun sangat beragam, mulai dari Rp20 ribu sampai dengan Rp500 ribu. Jika ada permintaan khusus dari pelanggan yang menawarkan tema lukisan yang sesuai dengan keinginan dirinya, maka hal tersebut akan disanggupi tanpa harus menambah biaya.
Namun, walaupun demikian usaha ini menurut Lani masih terdapat beberapa kendala yang cukup mengganggu keberlangsungan usaha ini. Permasalahan pemasaran dalam segi pemanfaatan media tetap harus ditingkatkan, mengingat media seperti internet cukup efektif dalam hal pemasaran. "Dengan internet, saya bisa mengupdate produk-produk saya yang baru," urai Lani.
Selain mencari sendiri ataupun sumbangan dari tetangga guna menjaga stok kaleng bekas agar tidak kehabisan, maka Ibu dengan keseharian mengajari anak-anak melukis ini juga mengumpulkan kaleng tersebut dari beberapa pedagang. "Satu karung dengan isi 100-150 pcs yang berhasil dikumpulkan maka akan dihargai sebesar Rp200 per kaleng. Diluar itu kaleng juga biasanya didapat dari orang-orang terdekat dan beberapa suplier barang-barang bekas," ungkapnya.
Dengan kekuatan style lukisan yang mengandalkan warna-warna cerah yang menjadi ciri khasnya menjadi andalan Lani untuk masih bisa bertahan sampai dengan sekarang. Dengan penggunaan warna-warna terang dan gambar yang lucu dan menarik serta memberikan unsur nilai pendidikan pada setiap gambar yang selalu di pertahankan agar produk yang diciptakan mudah dikenali publik. Maka dari itu Ibu yang gemar melukis ini masih dapat mencapai omzet sebesar Rp8-10 juta per bulan.
Kedepannya, Lani tidak memasang target terlalu banyak dalam usaha ini karena masih ingin mengurusi permasalahan internal saja agar lebih kuat dalam segi produksi. (ank)
()