Gara-gara hujan, petani garam terancam nganggur

Kamis, 05 Januari 2012 - 19:39 WIB
Gara-gara hujan, petani garam terancam nganggur
Gara-gara hujan, petani garam terancam nganggur
A A A
Sindonews.com - Para petani garam di Kabupaten Cirebon terancam mengangur seiring dengan mulai masuknya musim penghujan di awal tahun 2012 ini. Pasalnya, musim penghujan tersebut tidak mendukung keberlangsung produksi garam.

Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon M Insyaf mengatakan, para petani garam bahkan telah menghentikan produksinya sejak November 2011 lalu.

"Karena itu, sekarang petani garam banyak yang menganggur hingga beralih profesi. Kondisinya memang memprihatinkan, tapi kami sendiri tidak bisa berbuat banyak mengingat ini masalah cuaca," kata dia, di Cirebon, Kamis (5/1/2012).

Dia menyebutkan, setidaknya tercatat luas areal tambak 16 ribu hektare (ha) yang tersebar di sejumlah kecamatan Kabupaten Cirebon. Di antaranya Kecamatan Mundu, Pangenan, Astanajapura, Pabedilan, maupun Gebang.

Keseluruhan luas areal tambak garam tersebut digarap sekira 60 ribu orang petani garam. Dari jumlah tersebut, 60 persen di antaranya merupakan petani penggarap. Sementara sisanya merupakan petani pemilik lahan.

Ditambahkan dia, pada awal penghentian produksi akibat musim hujan, para petani garam menggantungkan hidup mereka dengan memanfaatkan garam simpanan hasil produksi musim tanam sebelumnya. Garam produksi musim lalu itu dinilai memiliki kuantitas dan kualitas garam cukup baik untuk dijual.

"Kuantitas produksi garam musim sebelumnya mencapai 60-70 ton/hektar. Sementara secara kualitas, dianggap cukup baik dengan peningkatan harga menjadi Rp450/kg,” tandas dia.

Namun rupanya hal itu tak berlangsung lama karena simpanan garam tersebut hanya cukup untuk satu bulan. Inilah yang kemudian membuat para petani garam alih profesi. Salah satunya petani garam asal Desa/Kecamatan Mundu, Nardi, yang mengatakan terpaksa bekerja serabutan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

"Garam simpanan sudah habis, jadi saya terpaksa bekerja serabutan saja, kadang kuli bangunan kadang ngayuh becak,” beber dia.

Dia mengatakan tak tahu sampai kapan hal itu akan berlangsung. Namun dia berharap musim hujan berakhir ada waktunya sehingga dia bisa memulai kembali kehidupannya sebagai petani garam.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5106 seconds (0.1#10.140)