Ekspor ikan dan kerajinan Bali turun
A
A
A
Sindonews.com - Nilai ekspor barang asal Bali ke berbagai negara tujuan periode Januari hingga November 2011 mengalami penurunan hingga 1,6 persen, dibandingkan tahun 2010 pada periode sama.
Berdasar data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali menunjukkan periode Januari sampai November 2010, ekspor mencapai USD 469 juta.
"Namun, pada periode yang sama tahun 2011, jumlah itu menurun menjadi USD 462 juta," kata Kepala Disperindag Provinsi Bali I Gde Darmaja kepada wartawan di kantornya, Jumat (6/1/2012).
Dia mengatakan, dari 104 negara tujuan ekspor, penurunan ekspor tertinggi terjadi pada hasil kerajinan dan perikanan.
Pada periode Januari hingga November 2011, lanjut Darmaja, lima besar tujuan ekspor barang dari Bali meliputi, Amerika, Eropa Barat, Jepang, Autralia dan negara-negara Asia.
Untuk ekspor kerajinan mengalami penurunan sampai 7 persen, sedangkan perikanan turun mencapai 12 persen. Padahal, lanjut dia, permintaan ikan ke negara tujuan ekspor cukup tinggi, terutama permintaan terhadap ikan tuna.
Masih menurut I Gde, kondisi tersebut disebabkan adanya masalah internal, sehingga permintaan ikan ke negara tujuan tidak terpenuhi. Permasalah internal dimaksud adalah masih banya nelayan Bali yang takut menangkap ikan yang jauh dari daratan akibat peralatan tangkap ikan belum canggih.
"Selain itu, permasalah yang lain adalah masih mahalnya bahan baku, seperti bahan bakar minyak (BBM) sebagai penunjang nelayan melakukan pekerjaannya menangkap ikan. Jadi, semua itu murni faktor internal yang mempengaruhi penurunan ekspor," ungkapnya.
Kondisi tersebut berbeda dengan penurunan ekspor kerajinan, yang sebagian besar dipengaruhi faktor external. Faktor eksternal itu seperti berkurangnya permintaan ekspor kerajinan, terutama pada negara-negara yang masih bergelut dengan krisis keuangan global.
"Selain itu, tahun 2011 persaingan ekspor kerajinan semakin meningkat, bahkan peraturan masuknya ekspor juga semakin ketat," tutupnya. (bro)
Berdasar data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali menunjukkan periode Januari sampai November 2010, ekspor mencapai USD 469 juta.
"Namun, pada periode yang sama tahun 2011, jumlah itu menurun menjadi USD 462 juta," kata Kepala Disperindag Provinsi Bali I Gde Darmaja kepada wartawan di kantornya, Jumat (6/1/2012).
Dia mengatakan, dari 104 negara tujuan ekspor, penurunan ekspor tertinggi terjadi pada hasil kerajinan dan perikanan.
Pada periode Januari hingga November 2011, lanjut Darmaja, lima besar tujuan ekspor barang dari Bali meliputi, Amerika, Eropa Barat, Jepang, Autralia dan negara-negara Asia.
Untuk ekspor kerajinan mengalami penurunan sampai 7 persen, sedangkan perikanan turun mencapai 12 persen. Padahal, lanjut dia, permintaan ikan ke negara tujuan ekspor cukup tinggi, terutama permintaan terhadap ikan tuna.
Masih menurut I Gde, kondisi tersebut disebabkan adanya masalah internal, sehingga permintaan ikan ke negara tujuan tidak terpenuhi. Permasalah internal dimaksud adalah masih banya nelayan Bali yang takut menangkap ikan yang jauh dari daratan akibat peralatan tangkap ikan belum canggih.
"Selain itu, permasalah yang lain adalah masih mahalnya bahan baku, seperti bahan bakar minyak (BBM) sebagai penunjang nelayan melakukan pekerjaannya menangkap ikan. Jadi, semua itu murni faktor internal yang mempengaruhi penurunan ekspor," ungkapnya.
Kondisi tersebut berbeda dengan penurunan ekspor kerajinan, yang sebagian besar dipengaruhi faktor external. Faktor eksternal itu seperti berkurangnya permintaan ekspor kerajinan, terutama pada negara-negara yang masih bergelut dengan krisis keuangan global.
"Selain itu, tahun 2011 persaingan ekspor kerajinan semakin meningkat, bahkan peraturan masuknya ekspor juga semakin ketat," tutupnya. (bro)
()