Indonesia tidak perlu impor converter kit
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menilai Indonesia mampu memproduksi converter kit, sehingga pemerintah tidak perlu impor.
"Saya melihat kepastian apakah PT Dirgantara Indonesia (DI) dan BUMN lainnya bisa dan mampu untuk memproduksi alat converter kit ini dan menyediakan dengan cepat. Ternyata bisa, sehingga tidak perlu impor," ungkap Menteri BUMN Dahlan Iskan, kala ditemui di Kantor PT DI, Bandung, Kamis (12/1/2012).
Hal senada dikatakan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia M Alzier Dianis Thabranie di tempat terpisah yang mengatakan Indonesia tidak perlu impor converter.
"Enggak perlu impor-impor converter. Hal itu kan cuma orang-orang yang cari duit saja, yang penting kan bangsa ini bisa sejahtera. Mobil Esemka bisa dibuat, masa itu tidak," ungkapnya.
Mengenai kesiapan pemerintah dalam penyediaan konverter, Alzier menanggapi terkait kemananan maka converter kit yang berbentuk harus dikaji terlebih dahulu kelayakannya.
"Untuk converter kit nanti akan diliat dulu. Karena kondisinya tabung, maka harus dikaji apakah aman buat konsumen masyarakat saat dipakai di mobil," ungkapnya.
Untuk distribusi, Alzier mengatkan masalah ini akan dijalin kerja sama sampai ke tingkat daerah.
Dia menambahkan kematangan dalam menjalankan kebijakan ini masih menjadi pertanyaan banyak pihak, apalgi dengan sisa waktu yang tidak berapa lama lagi.
"Dalam jumlah besar bisa, tapi belum bisa dipastikan. Rencana awal memang Jawa Bali, tapi saya juga belum tahu. Paling tidak untuk wilayah Jawa bisa. saya belum bisa prediksi karena ini kan masih baru juga," jelasnya.
Melihat dari kebijakan ini juga industri otomotif akan menjadi pihak yang harusnya mulai mempersiapkan ketersediaan mobil dengan bahan bakar gas (BBG). "Untuk industri mobil tidak bisa langsung stagnan begitu langsung pakai, ini kan masih percobaan," imbuhnya.
Terkait proses produksi converter kit, Dahlan Iskan mengungkapkan hal itu sudah bisa dilakukan mulai kuartal IV-2012, di mana pada tahun pertama direncanakan produksi sejumlah 350 ribu. "Lalu tahun kedua, ketiga, dan selanjutnya bisa produksi sebanyak satu juta," paparnya.
Meski begitu, Dahlan masih belum mengetahui apakah converter kit tersebut nantinya akan masuk dalam APBN atau dibebankan kepada konsumen. "Kalau masalah tersebut, saya belum tahu. Masih menunggu keputusan peemrintah dan itu bukan wewenang saya," pungkasnya.
Sekadar informasi, pembuatan alat converter kit ini dibuat dan diproduksi oleh beberapa BUMN di mana PT DI sebagai leader-nya. Adapun BUMN lainnya adalah PT Krakatau Steel Tbk, PT Inti, PT Pindad, PT Boma Bisma Indra, dan sejumlah BUMN lainnya. (ank)
"Saya melihat kepastian apakah PT Dirgantara Indonesia (DI) dan BUMN lainnya bisa dan mampu untuk memproduksi alat converter kit ini dan menyediakan dengan cepat. Ternyata bisa, sehingga tidak perlu impor," ungkap Menteri BUMN Dahlan Iskan, kala ditemui di Kantor PT DI, Bandung, Kamis (12/1/2012).
Hal senada dikatakan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia M Alzier Dianis Thabranie di tempat terpisah yang mengatakan Indonesia tidak perlu impor converter.
"Enggak perlu impor-impor converter. Hal itu kan cuma orang-orang yang cari duit saja, yang penting kan bangsa ini bisa sejahtera. Mobil Esemka bisa dibuat, masa itu tidak," ungkapnya.
Mengenai kesiapan pemerintah dalam penyediaan konverter, Alzier menanggapi terkait kemananan maka converter kit yang berbentuk harus dikaji terlebih dahulu kelayakannya.
"Untuk converter kit nanti akan diliat dulu. Karena kondisinya tabung, maka harus dikaji apakah aman buat konsumen masyarakat saat dipakai di mobil," ungkapnya.
Untuk distribusi, Alzier mengatkan masalah ini akan dijalin kerja sama sampai ke tingkat daerah.
Dia menambahkan kematangan dalam menjalankan kebijakan ini masih menjadi pertanyaan banyak pihak, apalgi dengan sisa waktu yang tidak berapa lama lagi.
"Dalam jumlah besar bisa, tapi belum bisa dipastikan. Rencana awal memang Jawa Bali, tapi saya juga belum tahu. Paling tidak untuk wilayah Jawa bisa. saya belum bisa prediksi karena ini kan masih baru juga," jelasnya.
Melihat dari kebijakan ini juga industri otomotif akan menjadi pihak yang harusnya mulai mempersiapkan ketersediaan mobil dengan bahan bakar gas (BBG). "Untuk industri mobil tidak bisa langsung stagnan begitu langsung pakai, ini kan masih percobaan," imbuhnya.
Terkait proses produksi converter kit, Dahlan Iskan mengungkapkan hal itu sudah bisa dilakukan mulai kuartal IV-2012, di mana pada tahun pertama direncanakan produksi sejumlah 350 ribu. "Lalu tahun kedua, ketiga, dan selanjutnya bisa produksi sebanyak satu juta," paparnya.
Meski begitu, Dahlan masih belum mengetahui apakah converter kit tersebut nantinya akan masuk dalam APBN atau dibebankan kepada konsumen. "Kalau masalah tersebut, saya belum tahu. Masih menunggu keputusan peemrintah dan itu bukan wewenang saya," pungkasnya.
Sekadar informasi, pembuatan alat converter kit ini dibuat dan diproduksi oleh beberapa BUMN di mana PT DI sebagai leader-nya. Adapun BUMN lainnya adalah PT Krakatau Steel Tbk, PT Inti, PT Pindad, PT Boma Bisma Indra, dan sejumlah BUMN lainnya. (ank)
()