Investment grade giring ekspor melaju kencang
A
A
A
Sindonews.com - Label investment grade yang kini disematkan oleh lembaga pemeringkat Moody's tentunya akan menimbulkan berbagai dampak positif bagi Indonesia, salah satunya dari sisi perdagangan.
Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan, dengan label investment grade ini transaksi perdagangan Indonesia disinyalir akan meningkat terutama dengan negara-negara nontradisional.
"Insya Allah ekspor kita ke pasar-pasar nontradisional termasuk Afrika, Eropa Timur, Timur Tengah, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan mungkin akan mengalami peningkatan," ungkapnya kepada okezone, Kamis (19/1/2012).
Hal tersebut berkaitan dengan diversifikasi pasar yang memang sedang dilakukan oleh pemerintah pascakrisis yang terjadi di Amerika serikat (AS) dan Eropa. Namun Gita yang juga menjabat kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tersebut tidak merinci berapa persentase kenaikan ekspor kepada pasar-pasar nontradisional tersebut.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis realisasi ekspor 2012 bisa mencapai USD230 miliar. Target ini terbilang percaya diri di tengah kondisi ekonomi global yang masih serba tak menentu.
Meski demikian, ternyata pemerintah belum merumuskan sektor apa saja yang akan menjadi motor penggerak ekspor di tahun depan. "Untuk itu, saya optimistis ekspor bisa mencapai USD230 miliar," ucap Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi.
Walau krisis Eropa dan Amerika memang memberikan dampak pada ekspor Indonesia, dengan kekuatan variasi dari komoditas ekspor dan memperbanyak negara tujuan ekspor menjadi salah satu cara pemerintah mengantisipasi krisis ini.
Kebijakan perdagangan luar negeri pun mengarah pada peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas untuk mendorong peningkatan diversifikasi pasar dan produk ekspor melalui peningkatan produk ekspor bernilai tambah tinggi, terutama untuk produk-produk yang berbasis pada sumber daya alam serta pemanfaatan teknologi.
Sedangkan untuk target ekspor di tahun 2011 disinyalir bisa terlampaui. "Untuk 2011 target ekspor kita yang USD200 miliar bisa terlampaui mungkin menjadi sekira USD208 miliar, tapi itu belum fix. Nanti masih tunggu update laporannya," tandasnya.
Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan, dengan label investment grade ini transaksi perdagangan Indonesia disinyalir akan meningkat terutama dengan negara-negara nontradisional.
"Insya Allah ekspor kita ke pasar-pasar nontradisional termasuk Afrika, Eropa Timur, Timur Tengah, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan mungkin akan mengalami peningkatan," ungkapnya kepada okezone, Kamis (19/1/2012).
Hal tersebut berkaitan dengan diversifikasi pasar yang memang sedang dilakukan oleh pemerintah pascakrisis yang terjadi di Amerika serikat (AS) dan Eropa. Namun Gita yang juga menjabat kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tersebut tidak merinci berapa persentase kenaikan ekspor kepada pasar-pasar nontradisional tersebut.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis realisasi ekspor 2012 bisa mencapai USD230 miliar. Target ini terbilang percaya diri di tengah kondisi ekonomi global yang masih serba tak menentu.
Meski demikian, ternyata pemerintah belum merumuskan sektor apa saja yang akan menjadi motor penggerak ekspor di tahun depan. "Untuk itu, saya optimistis ekspor bisa mencapai USD230 miliar," ucap Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi.
Walau krisis Eropa dan Amerika memang memberikan dampak pada ekspor Indonesia, dengan kekuatan variasi dari komoditas ekspor dan memperbanyak negara tujuan ekspor menjadi salah satu cara pemerintah mengantisipasi krisis ini.
Kebijakan perdagangan luar negeri pun mengarah pada peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas untuk mendorong peningkatan diversifikasi pasar dan produk ekspor melalui peningkatan produk ekspor bernilai tambah tinggi, terutama untuk produk-produk yang berbasis pada sumber daya alam serta pemanfaatan teknologi.
Sedangkan untuk target ekspor di tahun 2011 disinyalir bisa terlampaui. "Untuk 2011 target ekspor kita yang USD200 miliar bisa terlampaui mungkin menjadi sekira USD208 miliar, tapi itu belum fix. Nanti masih tunggu update laporannya," tandasnya.
()