Dagang pulsa, bisnis kecil-kecil menjadi bukit

Jum'at, 20 Januari 2012 - 18:31 WIB
Dagang pulsa, bisnis...
Dagang pulsa, bisnis kecil-kecil menjadi bukit
A A A


Sindonews.com - Beberapa tahun lalu, memiliki sebuah telepon genggam (handphone/HP) memberikan efek prestis tersendiri. Ya, memiliki benda elektronik tersebut, identik dengan strata masyarakat kelas atas.

Namun, belakangan ini, kepemilikan HP bukan lagi benda yang bisa mengdongkrak citra, namun sudah menjadi kebutuhan primer. Dalam perkembangannya, HP kini juga menunjukkan perannya sebagai alat sosial. Bahkan, satu HP di tangan kini tak lagi dirasa cukup.

Larisnya penjualan HP di pasar, juga diimbangi dengan perkembangan bisnis lain yang mendukung keberadaan HP. Apalagi kalau bukan pulsa. Logikanya, tak mungkin orang beli HP tanpa isi pulsa. Maka, penjualan pulsa pun tumbuh lebih subur dari jamur di musim hujan. Alasannya cukup jelas, buka gerai HP butuh modal besar. Bisnis pulsa? Bisa hanya ratusan ribu saja.

Pengalaman ini dialami Yoga Suganda Sukanto yang pernah menjajal peruntungan di dunia bisnis pulsa. Hanya dengan bermodal Rp700 ribu, dia bisa memetik untung berlipat ganda.

"Ingin nambah uang jajan saja pertamanya, saya coba deposit Rp500 ribu di satu agen, satu lagi Rp200 ribu. Itu (deposit di dua server) untuk jaga-jaga kalau satu servernya down," ungkap Yoga.

Yoga mengaku awalnya hanya iseng, bagaimana tidak, usaha menjual pulsa memang hanya bermodal deposit pulsa di satu agen pulsa elektronik, HP, dan tentu saja, modal di semua usaha, kemauan, dan kerja keras. Tak perlu gerai, tak perlu promosi ke sana-ke mari serta tak perlu mengecek kesiapan pasokan.

Seperti yang dialami Yoga, ketika dirinya sudah melakukan deposit, dia kemudian menyiarkan kepada teman-temannya jika membutuhkan pulsa bisa melalui dirinya. "Seminggu langsung beli lagi, karena sudah habis," jawabnya ketika ditanya berapa lama deposit pertamanya habis.

Beberapa bulan kemudian, Yoga mengaku jumlah depositnya ke distributor semakin bertambah, bahkan jika dia mengandalkan banyak relasinya, dia bisa deposit Rp1 juta dalam satu bulan. "Untungnya lumayan, sekali tarik transaksi sekira Rp500-Rp2.500," tambah laki-laki berusia seperempat abad ini.

Dihubungi terpisah, Direktur Marketing Komunikasi Erajaya, Djatmiko Wardoyo, mengamini besarnya peluang usaha berbisnis pulsa ini. PT Erajaya Swasembada Tbk, adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi telepon genggam seperti Nokia, Samsung, menjual pulsa secara grosir juga kendali TAM.

Pada awal tahun ini, ERAA, begitu kode emitennya, menjadi emiten pertama yang listing di bursa pada 2012 ini. Saat ini, Erajaya memiliki 304 gerai yang tersebar di berbagai wilayah.

"Selama masih ada HP, bisnis pulsa masih akan terus berprospek. Apalagi kalau dilihat, bisnis pulsa ini bisa dikatakan salah satu bisnis yang tidak diperlukan modal dan keahlian sama sekali. Hanya HP dan deposit pulsa," ungkap pria yang lebih sering dipanggil Koko ini.

Menurut dia, kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk menggunakan kartu seluler dengan sistem prabayar membuat usaha bisnis pulsa, khususnya yang langsung bertemu dengan end-user (pengguna akhir) tumbuh bak menjamur dalam musim penghujan.

"Menurut data opertaor pulsa itu, ada sekira 250 juta pelanggan di mana 97 persen di antaranya pengguna pulsa prabayar dan hanya tiga persen sisanya yang menggunakan sistem pascabayar," jelas dia.

Hal ini masih ditambah dengan kecenderungan pasar Indonesia yang lebih sering membeli pulsa dalam denominasi kecil mulai dari Rp5.000-Rp10.000.

"Pengguna voucher terbesar itu yang Rp5.000-Rp10.000. Semakin besar nominal pulsa semakin sedikit jumlahnya. Jadi masyarakat mereka lebih senang dengan uang kecil beli pulsa skala kecil. Masih Rp500 (pulsanya) beli lagi," komentarnya.

Dua hal ini yang membuat peluang berjualan pulsa tak pernah kehilangan peminat. Bahkan, Djatmiko membayangkan suatu hari nanti ada semacam toko pulsa berjalan.

"Jadi orang gampang mengenali, yang pakai rompi apa gitu di stasiun atau di kereta itu jualan pulsa. Tanpa toko tanpa lemari, cukup HP saja," jelas dia.

Kecenderungan masyarakat yang lebih sering membeli pulsa secara eceran dengan nominal kecil, juga menjadi alasan masyarakat mencoba bisnis ini.

"Bayangkan sekali tarik bisa dapat Rp500-Rp1.000. Modal Rp50 ribu saja, kalau langganannya hanya beli Rp5.000 dan dia ambil untung Rp500, kan untungnya sudah Rp5.000," tambahnya.

Meskipun begitu, Koko mengingatkan kepada masyarakat yang tertarik untuk menjual pulsa khususnya untuk end user ini, untuk berhati-hati jika mendapatkan SMS yang menawarkan menjadi reseller pulsa elektronik. Pasalnya, banyak dari mereka yang akhirnya tertipu dengan ulah oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Bisa dipastikan kalau yang mau menjual dengan harga di bawah pasar itu harus hati-hati, karena semuanya sudah ada prosedurnya. Jangan terjebak untung banyak," ingatnya.

Djatmiko memisalkan, untung pulsa berdenominasi Rp5.000, harga modal awal tidak mungkin lebih dari Rp4.600 sehingga harga di bawah itu, patut dipertanyakan.

"Reseller pulsa yang langsung bertemu end user itu dapatnya selalu yang paling banyak, tapi jangan pernah terjebak," pungkasnya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1036 seconds (0.1#10.140)