Gendongan modern manjakan para ibu
A
A
A
Sindonews.com - Aktivitas pekerjaan yang sangat padat sehingga menjadi kendala bagi para ibu ketika ingin memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif untuk anaknya. Justru menciptakan sebuah produk bernama gendongan modern di mana semua masalah tersebut dapat teratasi.
Adalah Yani Andriani, yang pada akhir tahun 2009 lalu mulai mengembangkan produk gendongan modern ini bagi para ibu-ibu dengan nama Chubby BabyWrap. Fungsinya adalah untuk alat bantu menggendong bayi ketika sedang melakukan aktivitas dengan gerakan yang cepat dan dinamis.
"Gendongan ini dapat menghindarkan ibu-ibu dari pegel, nyaman, dan aman serta harganya murah tapi tetap berkualitas dan argonomis banget. Dari satu gendongan bisa tercipta 8 macam model gendongan. Jadi tidak perlu menyisihkan budget lagi untuk beli gendongan yang lain," ujar ibu dengan tiga orang anak ini kepada Sindonews di Jakarta, Jumat (20/1/2012).
Awalnya wanita asal Bandung ini termotivasi dari anak ketiganya yang harus diberikan ASI eksklusif sampai dengan umur dua tahun. Ibu dari tiga orang anak ini, cenderung aktif namun tetap ingin dekat dengan si buah hati, sehingga membuatnya mencari cara bagaimana saat ia ingin membuat sesuatu tetapi juga bisa memantau sang anak.
"Saat menunggu anak di kamar kayaknya kurang nyaman, jadi inginnya masih tetap pengen berkegiatan juga. Alhamdulillah dengan gendongan ini, karena ukurannya yang lebar bisa menyembunyikan anak saat menyusui. Sehingga sudah dua setengah tahun ini ASI eksklusifnya tetap berjalan," jelasnya.
Selain itu Yani juga menyampaikan bahwa gendongan ini berbahab jenis katun yang aman untuk bayi dengan kapasitas gendongan yang dapat menampung maksimal 18 kg.
"Untuk pemilihan kain benar-benar selektif banget, kita pilih kain yang memang cocok buat bayi. Dari segi ukuran dan model kita modifikasi juga sehingga menemukan model yang berbeda dari produk lain yang ada. Jadi untuk pemilihan bahan sudah dipelajari sebelumnya. Kalau aku lebih suka analisis dulu dilihat kelebihan serta kekurangannya apa. Akhirnya, yang kita pilih katun," ungkap alumni Universitas Bandung Raya jurusan teknik kimia tekstil ini.
Dengan modal awal hanya Rp1,2 juta dan sistem penjualan di antara komunitas ibu-ibu muda, pada bulan pertama Yani sudah bisa balik modal.
Saat ini dari satu produk yang dijual seharga Rp155 ribu ini, penjualan gendongan modern ini sudah menghasilkan omzet sekira Rp40 juta per bulan. Serta sudah bisa didapatkan pada beberapa toko bayi yang ada di Jakarta, Bogor, Tanggerang, Malang, Yogjakarta, Surabaya, Palangkaraya hingga Bandung.
Sedangkan untuk pemasaran, Yani menegaskan lebih mementingkan kualitas barang supaya bermanfaat untuk konsumen. "Pemasaran awal memang tidak diprioritaskan untuk mengejar profit ataupun omzet karena yang utama itu adalah bagi saya memperkenalkan kenyamanan. Gunanya dulu deh, kalau harga gimana nanti," jelasnya.
Di tahun 2012, Yani berharap lebih banyak bisa membantu melalui yayasan khusus uibu-ibu yang ingin memberikan ASI ekslusif. "Kalau target omzet pasti ingin meningkat tapi yang penting buat saya, orang-orang tahu dulu manfaatnya, baru beli," tandasnya
Sebagai inspirasi, menjadi wirausaha Yani menambahkan bahwa pilihannya sebagai pengusaha dibandingkan dengan menjadi karyawan. Menurutnya, dengan berwirausaha maka tersedia waktu yang lebih banyak bersama keluarga.
"Sebelumnya saya juga sudah pernah menjadi karyawan, jadi karena capek juga pergi pagi pulang malam terus besok paginya pergi lagi dan weekend pun inginnya cuma istirahat maka tunggu apa lagi berwirausahalah," pungkasnya. (ank)
Adalah Yani Andriani, yang pada akhir tahun 2009 lalu mulai mengembangkan produk gendongan modern ini bagi para ibu-ibu dengan nama Chubby BabyWrap. Fungsinya adalah untuk alat bantu menggendong bayi ketika sedang melakukan aktivitas dengan gerakan yang cepat dan dinamis.
"Gendongan ini dapat menghindarkan ibu-ibu dari pegel, nyaman, dan aman serta harganya murah tapi tetap berkualitas dan argonomis banget. Dari satu gendongan bisa tercipta 8 macam model gendongan. Jadi tidak perlu menyisihkan budget lagi untuk beli gendongan yang lain," ujar ibu dengan tiga orang anak ini kepada Sindonews di Jakarta, Jumat (20/1/2012).
Awalnya wanita asal Bandung ini termotivasi dari anak ketiganya yang harus diberikan ASI eksklusif sampai dengan umur dua tahun. Ibu dari tiga orang anak ini, cenderung aktif namun tetap ingin dekat dengan si buah hati, sehingga membuatnya mencari cara bagaimana saat ia ingin membuat sesuatu tetapi juga bisa memantau sang anak.
"Saat menunggu anak di kamar kayaknya kurang nyaman, jadi inginnya masih tetap pengen berkegiatan juga. Alhamdulillah dengan gendongan ini, karena ukurannya yang lebar bisa menyembunyikan anak saat menyusui. Sehingga sudah dua setengah tahun ini ASI eksklusifnya tetap berjalan," jelasnya.
Selain itu Yani juga menyampaikan bahwa gendongan ini berbahab jenis katun yang aman untuk bayi dengan kapasitas gendongan yang dapat menampung maksimal 18 kg.
"Untuk pemilihan kain benar-benar selektif banget, kita pilih kain yang memang cocok buat bayi. Dari segi ukuran dan model kita modifikasi juga sehingga menemukan model yang berbeda dari produk lain yang ada. Jadi untuk pemilihan bahan sudah dipelajari sebelumnya. Kalau aku lebih suka analisis dulu dilihat kelebihan serta kekurangannya apa. Akhirnya, yang kita pilih katun," ungkap alumni Universitas Bandung Raya jurusan teknik kimia tekstil ini.
Dengan modal awal hanya Rp1,2 juta dan sistem penjualan di antara komunitas ibu-ibu muda, pada bulan pertama Yani sudah bisa balik modal.
Saat ini dari satu produk yang dijual seharga Rp155 ribu ini, penjualan gendongan modern ini sudah menghasilkan omzet sekira Rp40 juta per bulan. Serta sudah bisa didapatkan pada beberapa toko bayi yang ada di Jakarta, Bogor, Tanggerang, Malang, Yogjakarta, Surabaya, Palangkaraya hingga Bandung.
Sedangkan untuk pemasaran, Yani menegaskan lebih mementingkan kualitas barang supaya bermanfaat untuk konsumen. "Pemasaran awal memang tidak diprioritaskan untuk mengejar profit ataupun omzet karena yang utama itu adalah bagi saya memperkenalkan kenyamanan. Gunanya dulu deh, kalau harga gimana nanti," jelasnya.
Di tahun 2012, Yani berharap lebih banyak bisa membantu melalui yayasan khusus uibu-ibu yang ingin memberikan ASI ekslusif. "Kalau target omzet pasti ingin meningkat tapi yang penting buat saya, orang-orang tahu dulu manfaatnya, baru beli," tandasnya
Sebagai inspirasi, menjadi wirausaha Yani menambahkan bahwa pilihannya sebagai pengusaha dibandingkan dengan menjadi karyawan. Menurutnya, dengan berwirausaha maka tersedia waktu yang lebih banyak bersama keluarga.
"Sebelumnya saya juga sudah pernah menjadi karyawan, jadi karena capek juga pergi pagi pulang malam terus besok paginya pergi lagi dan weekend pun inginnya cuma istirahat maka tunggu apa lagi berwirausahalah," pungkasnya. (ank)
()