Krisis ekonomi matikan inovasi pengusaha
A
A
A
Sindonews.com - Sembilan dari 10 perusahaan melaporkan bahwa krisis ekonomi berdampak negatif terhadap kemampuan mereka berinovasi.
Hal ini berdasarkan hasil survei General Electric (GE) mengenai "Global Innovation Barometer" terhadap 3.000 eksekutif bisnis senior di 22 negara, seperti dituangkan dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Sabtu (21/1/2012).
Para eksekutif yang telah disurvei menunjukkan bahwa inovasi makin erat kaitannya dengan daya saing. Daya saing yang dimaksud di mana pasar sebagai dunia usaha lebih puas dengan lingkungan politik dan sosial menghasilkan pertumbuhan GDP lebih tinggi sebesar 5,19 persen dibanding pasar yang dunia bisnisnya mencemaskan atau merasa terancam dengan kebijakan yang ada pertumbuhan GDP-nya hanya 2,32 persen.
"Para eksekutif ini masih menganggap inovasi sebagai kunci pertumbuhan, kesempatan kerja, serta kualitas hidup. Juga sebagai motor penggerak yang dapat memenuhi kebutuhan dunia yang terus tumbuh," kata Senior Vice President dan Chief Marketing Officer dari GE Beth Comstock.
Sehingga, menurutnya, memungkinkan penggunaan sumber daya dengan lebih efisien dengan cara memproduksi dengan lebih sedikit material, yang menciptakan teknologi yang lebih baik untuk mendukung pasar-pasar dunia untuk menumbuhkan perekonomiannya serta meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.
"Pengurangan anggaran litbang di perusahaan diduga sebagai pemicu sulitnya para eksekutif untuk berinovasi. Berinvestasi untuk inovasi adalah kunci penting daya saing di tingkat global, dan bentuknya bisa bermacam-macam dari litbang maupun R&D biasa sampai dengan produk dan pasar baru, maupun model bisnis baru," bebernya.
Dia menambahkan, negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Jerman, China, dianggap sebagai negara-negara yang paling inovatif karena negara-negara tersebut membebaskan eksekutif muda untuk berinovasi.
Perusahaan-perusahaan di dunia melaporkan, penurunan tingkat kepuasan mencapai 42 persen atas efisiensi dan koordinasi dari dukungan pemerintah atas inovasi tersebut.
Negara-negara di mana kebijakan inovasinya bisa dianggap lebih bersaing dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi di banding negara-negara yang kerangka kebijakannya dianggap tidak kompetitif oleh para eksekutif tersebut. (bro)
()