Harga gas domestik murah, ancam ketersediaan gas

Selasa, 24 Januari 2012 - 17:48 WIB
Harga gas domestik murah,...
Harga gas domestik murah, ancam ketersediaan gas
A A A
Sindonews.com - Badan Pelaksana kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menegaskan harga jual rata-rata gas untuk ekspor setidaknya 60 persen lebih tinggi dibandingkan harga jual rata-rata untuk gas domestik.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana mengatakan hal ini membawa penerimaan negara dari ekspor gas bumi jauh melampaui penerimaan negara dari penjualan gas domestik. Harga gas domestik yang sangat murah seringkali membuat KKKS enggan untuk mengembangkan lapangan gasnya untuk memenuhi pasar domestik.

"Pada gilirannya hal ini dapat mengancam kontinuitas ketersediaan gas untuk kebutuhan industri dalam negeri. Dengan demikian sesungguhnya, dalam jangka panjang, harga gas yang sangat murah justru dapat merugikan industri dan konsumen gas dalam negeri. Karena tidak menjamin ketersediaan gas yang berkelanjutan," ujar Gde dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (24/1/2012).

Dirinya mengungkapkan harga jual rata-rata gas ekspor melalui pipa dan pengiriman kargo gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dalam kurun waktu 2009-2011 mencapai USD10-USD11 per million metric british thermal unit (mmbtu) sementara harga jual gas untuk domestik dalam kurun waktu yang sama tercatat hanya sebesar USD4-USD4,5 per mmbtu.

“Jadi jika dibandingkan, dari selisih harga jual rata-rata gas ekspor yang lebih tinggi dari harga jual rata-rata gas domestik sebenarnya kita telah memberikan ‘subsidi’ kepada industri domestik sebesar Rp40 triliun per tahun. Atau dengan kata lain, industri domestik telah mendapatkan subsidi sebesar Rp120 triliun dari harga jual gas yang murah tersebut,” tegasnya.

Gde menjelaskan kalau dilihat rata-rata harga gas pipa domestik dari tahun 2009-2011 berkisar antara 40-50 persen dari harga gas pipa ekspor. Harga gas ke PT Perusahaan Gas Negara (PT PGN) bahkan dibawah harga rata-rata nasional. Harga gas untuk PGN rata-rata masih dibawah rata-rata harga gas nasional yang USD5,17 per mmbtu.

"Pasokan gas Conoco Philips ke PGN hingga saat ini hanya dihargai USD1,8 per mmbtu. Sementara harga rata-rata gas pipa ekspor tahun 2011 sudah dikisaran USD13-14 per mmbtu. Sementara itu harga rata-rata ekspor LNG tahun 2011 pada kisaran USD12-13 per mmbtu," ungkapnya.

Dia juga menambahkan jika dibandingkan dengan harga gas internasional, maka sebenarnya penjualan gas ke domestik sangat jauh dibawah harga gas internasional. "Hitungannya, rata-rata kita “mensubsidi” harga gas domestik sekitar Rp40 triliun per tahun,” katanya.

Lebih lanjut Gde menambahkan penerimaan negara dari penjualan gas bumi maupun minyak bumi seluruhnya dimasukkan kedalam APBN untuk kemudian didistribusikan untuk segala keperluan Bangsa. Termasuk untuk pembangunan infrastruktur, subsidi pendidikan, subsidi BBM, subsidi listrik dan lain-lain. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8782 seconds (0.1#10.140)