Koperasi Agroniaga Palopo beromzet Rp74 M

Selasa, 31 Januari 2012 - 11:52 WIB
Koperasi Agroniaga Palopo beromzet Rp74 M
Koperasi Agroniaga Palopo beromzet Rp74 M
A A A
Sindonews.com - Bantuan permodalan dari pemerintah tidak semata-mata menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan koperasi di daerah. Koperasi Agroniaga Palopo buktinya.

Siapa sangka, koperasi yang baru berdiri lima tahun ini memiliki omzet hingga Rp74 miliar. Koperasi yang mengekspor rumput laut ini mampu eksis di antara ribuan koperasi di Indonesia yang mengalami mati suri.

Koperasi yang berada di wilayah pesisir Kota Palopo, Balandai, Kecamatan Wara Utara, mampu mengembangkan usahanya khusus pengolahan rumput laut.

Pada tahun pertama beroperasi sebagai koperasi khusus memediasi petani rumput laut, koperasi binaan Dinas Koperindag dan UKM Palopo ini khusus menggarap petani rumput laut di wilayah Kota Palopo, terutama di daerah pesisir Palopo, mulai wilayah Sampoddo hingga Telluwanua.

Seiring perkembangan dan kemajuan koperasi ini, anggotanya terus bertumbuh dan tidak lagi sebatas nelayan rumput laut Palopo, tetapi melebar ke wilayah Luwu Raya lainnya, mulai Kabupaten Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur, hingga ke kabupaten lain di Sulsel. Bahkan, melebarkan sayap hingga Sulawesi Tengah.

Anggota koperasi yang didirikan Direktur Celebes Seaweed Group sekaligus Kabid Koperasi pada Dinas Koperindag dan UKM Palopo Karno, telah mencapai sekira 5.000 petani rumput laut. Rata-rata anggotanya telah mampu mengembangkan usaha yang digeluti, seperti budi daya dan pengolahan rumput laut.

Koperasi Agroniaga tidak sebatas memasarkan produksi rumput laut, tetapi bermitra dengan petani rumput laut dalam hal pengadaan bibit dan berbagai kebutuhan budi daya. Petani juga terayomi setelah menjadi anggota koperasi karena konsistensi harga rumput laut tetap terjaga dan tidak anjlok.

Dalam satu tahun terakhir, Koperasi Agroniaga telah mengekspor langsung rumput laut khusus jenis gracilaria ke beberapa negara Asia, terutama Jepang dan Korea Selatan. Ekspor rumput laut gracilaria sebagai salah satu komoditas unggulan lokal Palopo terus berkembang dan melebar ke negara Eropa dan Amerika Selatan, seperti Chili dan Peru.

“Bayangkan saja, sekarang ini Koperasi Agroniaga telah melayani ekspor satu kali seminggu dengan nilai sekitar Rp700 juta atau setara 150 ton rumput laut kering. Ekspor terbesar ke Jepang dan Korea Selatan,” kata Pemimpin Koperasi Agroniaga Palopo Mursalim.

Dia juga menambahkan perputaran uang di koperasi ini sangat cepat dan bertumbuh dimana telah mencapai Rp74 miliar dan rata-rata anggota mendapatkan kredit lunak dari bank karena adanya kepercayaan perbankan terhadap koperasi agroniaga.

Kabid Koperasi Dinas Koperindag dan UKM Palopo Karno memuji kemajuan pesat yang dialami Koperasi Agroniaga Palopo. Bahkan, Karno sebagai salah satu pendiri Koperasi Agroniaga, mengungkapkan bahwa koperasi tersebut sebagai pelopor ekspor rumput laut di Sulsel.

“Meski koperasi ini berada di Kota Palopo, Koperasi Agroniaga menjadi satu-satunya koperasi di Indonesia yang telah mengekspor langsung rumput laut ke beberapa negara Asia dan Eropa,” ujarnya.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang menyempatkan diri berkunjung dan bersilaturahmi dengan ribuan anggota Koperasi Agroniaga, mengaku takjub dengan kemajuan yang dialami Koperasi Agroniaga karena telah menjadi pionir ekspor rumput laut Sulsel ke beberapa negara Asia dan Eropa.

Padahal, Pemerintah Provinsi Sulsel selama ini belum mendata koperasi tersebut, bahkan nyaris belum tersentuh bantuan dari Pemprov.

Untuk lebih meningkatkan dan membantu pengembangan rumput laut di Sulsel, terutama di wilayah utara Sulsel, Pemprov Sulsel menawarkan kerja sama dengan Koperasi Agroniaga untuk peningkatan produksi dan kualitas rumput laut. Bentuk kerja sama tersebut, yakni Pemprov Sulsel akan membangun pabrik pengolahan rumput laut tahun ini di Kota Palopo.

“Pabrik rumput laut ini akan dikerjasamakan Pemprov dengan Koperasi Agroniaga, khusus peningkatan produksi dan kualitas rumput laut, termasuk pemasarannya untuk memenuhi kebutuhan ekspor rumput laut Sulsel. Makanya, saya minta Koperasi Agroniaga segera mengajukan proposal kerja sama kepada Pemprov,” ujarnya.

Tak kurang, Menteri Koperasi dan UKM RI Syarief Hasan turut terkesima mengetahui adanya koperasi di Palopo yang bisa eksis dan berkembang tanpa campur tangan pemerintah daerah, terutama dalam pemberian bantuan permodalan.

Bahkan, Syarief sempat menegur salah satu stafnya yang ikut mengunjungi Koperasi Agroniaga Palopo, lantaran keberadaan koperasi ini tidak terdata di Kementerian Koperasi dan UKM sebagai salah satu koperasi yang eksis dan berkembang di Indonesia khusus menangani ekspor rumput laut.

Menteri kelahiran Palopo ini mengaku, mengetahui keberadaan koperasi tersebut dari Kabid Koperasi Dinas Koperasi dan UKM Palopo Karno. Penasaran dengan informasi tersebut, Syarief meminta kepada Wali Kota Palopo HPA Tenriadjeng dijadwalkan berkunjung ke Koperasi Agroniaga.

Dia ingin melihat lebih dekat koperasi yang dinilainya sangat luar biasa karena koperasi tersebut bisa eksis di tengah banyaknya koperasi yang mati suri di Indonesia.

Ternyata, rasa penasaran Syarief terjawab. Ketika mengunjungi Koperasi Agroniaga, Syarief didampingi dua anggota DPR RI Bahrum Daido dan Andi Timo Pangerang, menyaksikan langsung proses pengepakan rumput laut yang siap diekspor ke Jepang dan Korea Selatan.

“Koperasi Agroniaga Palopo ini sungguh luar biasa dan bisa dijadikan koperasi percontohan di Indonesia karena eksis dan berkembang pesat tanpa campur tangan pemerintah,” katanya.

Kementerian Koperasi dan UKM RI mulai 2012 ini mendata dan menyeleksi koperasi eksis di Indonesia untuk dilist dalam 300 koperasi terbesar tingkat nasional. Kementerian yang dipimpinnya telah membentuk tim khusus untuk mendata dan mengategori prasyarat koperasi agar bisa masuk dalam daftar bergengsi itu.

“Saya sendiri akan mengusulkan Koperasi Agroniaga masuk dalam list 300 koperasi terbesar dan eksis tingkat nasional,bahkan dunia,” katanya. Saat ini jumlah koperasi tak aktif di Indonesia terus meningkat dan mencapai persentase 25 persen mati suri dari total koperasi di Indonesia sekitar 187 ribu unit.

Ditargetkan, 2014 mendatang, dari 187 ribu unit koperasi, sekitar lima persen koperasi mati suri dan lainnya akan didorong bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM bersama Dekopin di masing-masing kabupaten/kota di Tanah Air. “Untuk menekan jumlah koperasi mati suri harus diupayakan pengaktifannya kembali minimal 5-7 persen per tahun,” ucapnya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2737 seconds (0.1#10.140)