Soto Pak Man, digemari pejabat sampai artis
A
A
A
Sindonews.com - Kuliner di Kota Semarang, Jawa Tengah, sangat lekat dengan soto. Makanan berkuah ini seolah sudah menjadi ciri khas Kota Semarang. Tak hanya warga lokal yang suka soto, orang luar Semarang pun tak pernah lupa menikmati soto saat berkunjung ke ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini.
Alasan itulah yang membuat Yudi Indras Windarto terjun ke bisnis kuliner dengan membuka warung soto. Nama Soto Pak Man dipilih lantaran sudah familier bagi orang Semarang. Yudi mengajak kerja sama Sulaeman Solikin, orang yang pertama kali membuat Soto Pak Man.
Sebutan Pak Man diambil dari nama Sulaeman yang kini tinggal di Jalan Purwosari No 20 Semarang. Dalam kerja sama ini, Sulaeman Solikin bertugas memasok bumbu soto. Adapun urusan lainnya seperti tempat, peralatan, termasuk pengelolaan, ditangani Yudi.
Yudi memanfaatkan lahan rumah dari keluarga istrinya yang berada di Jalan Tri Lomba Juang 20 Semarang untuk disulap menjadi warung Soto Pak Man. “Dulu sini itu pekarangan yang ada pohonnya besar,orang pada takut ke sini,” ujarnya menceritakan awal mula mendirikan warung soto kepada SINDO di Semarang belum lama ini.
Waktu itu ia berpikiran ada lahan kosong di tengah kota yang tidak terawat sehingga sayang kalau tidak dimanfaatkan untuk usaha. Apalagi saat itu sebenarnya sudah ada yang berminat menyewa lahan tersebut untuk membuka restoran.
“Dengan pertimbangan itu, saya beranikan membuka Soto Pak Man. Tiga tahun lalu Mas, jadi pas 2009,” katanya. Pada awalnya, Soto Pak Man milik Yudi tidak langsung ramai. Bahkan bisa dibilang sangat sepi. “Masa-masa terberat saya ya pas satu sampai empat bulan pertama, sehari jualan itu cuma dapat Rp350.000, padahal investasi saya bikin warung itu Rp300 juta lho Mas,” terangnya.
Namun berkat keuletan dan keyakinannya, perlahan-lahan usaha kulinernya itu mulai banyak dikunjungi orang. Momentum kebangkitan warung sotonya terjadi saat libur Lebaran 2009. “Lebaran kan banyak yang mudik, banyak yang liburan, sejak itu pembelinya mulai ramai,” katanya.
Dengan bantuan pinjaman dari Bank BRI,warung sotonya terus berkembang dan makin digemari orang. Tanpa menyebut besarnya pinjaman, ia mengaku sangat terbantu dengan pinjaman Bank BRI. Buka dari pukul 06.00 hingga 20.00 WIB,warung sotonya selalu berjubel pembeli.
Pengunjung tidak hanya dari Semarang, melainkan juga orang luar kota. Dalam sehari Soto Pak Man yang dikelolanya bisa menjual 450 mangkuk soto dengan harga Rp6.000 per mangkuk. Pelanggan Soto Pak Man dari berbagai kalangan,mulai dari warga biasa, artis hingga para pejabat.
Di Warung Soto Pak Man Tri Lomba Juang Semarang terpampang foto-foto tokoh yang pernah makan soto di tempat itu, termasuk artis asli Semarang, Tukul Arwana. Yudi sendiri sebenarnya tidak memiliki bakat dagang. Pria kelahiran Semarang, 18 Agustus 1973,ini juga belum pernah sekali pun membuka usaha kuliner atau membuka toko.
Yudi yang hanya tamatan sekolah menengah atas (SMA) ini sebetulnya malah seorang kontraktor tulen. Ia besar dan lama menggeluti usaha kontraktor. Bisa dibilang ia datang dari keluarga kontraktor yang biasa mengurusi proyek, jauh dari urusan bisnis kuliner seperti soto. “Istri saya juga keluarga kontraktor,” tegasnya.
Lantas bagaimana Yudi membagi waktu untuk mengurusi warung sotonya sehingga bisa sukses seperti sekarang? Dia mengaku punya banyak tangan kanan atau orang kepercayaan. Orang-orang kepercayaan, termasuk istrinya lah, yang membantu menjalankan usaha. Adapun yang menjadi kunci sukses warung sotonya adalah rasanya yang membuat orang ketagihan.
Soto Pak Man yang dikelola Yudi ini disajikan dengan kuah bening. “Dari aspek kesehatan itu kalau bening kan lebih sehat daripada yang bersantan,”katanya. Rasa sedap pada kuah sotonya yang bening itu merupakan kaldu atau air hasil rebusan ayam.
Apalagi ditambah bumbu racikan Sulaeman Solikin (Pak Man) yang sudah terbukti bisa diterima orang.“Takaran bumbu dan kaldu itu berpengaruh terhadap rasa dan takaran kita terbukti sudah menciptakan rasa yang disukai banyak orang,” paparnya. Selain rasa, warung sotonya juga nyaman bagi pembeli.
“Konsep warung kita itu yang jelas bersih, tidak tenda dan tidak eksklusif sehingga orang tidak sungkan, semua kalangan bisa masuk dan merasa nyaman,” ujarnya.
Kenyamanan semakin bertambah lantaran warung sotonya juga menyediakan ruangan VIP yang tentunya dilengkapi dengan fasilitas pendingin udara. Ruang VIP itu tidak hanya untuk sekadar makan, melainkan juga bisa dipakai untuk pertemuan. “Bisa makan sekaligus rapat atau ngobrol-ngobrol soal bisnis,” katanya.
Lokasi yang strategis berada di tengah kota, tepatnya di depan Stadion Tri Lomba Juang, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang untuk menikmati Soto Pak Man ini. Begitu pula tempatparkiryangluasmenjadi poin tersendiri bagi pembeli.
Alasan itulah yang membuat Yudi Indras Windarto terjun ke bisnis kuliner dengan membuka warung soto. Nama Soto Pak Man dipilih lantaran sudah familier bagi orang Semarang. Yudi mengajak kerja sama Sulaeman Solikin, orang yang pertama kali membuat Soto Pak Man.
Sebutan Pak Man diambil dari nama Sulaeman yang kini tinggal di Jalan Purwosari No 20 Semarang. Dalam kerja sama ini, Sulaeman Solikin bertugas memasok bumbu soto. Adapun urusan lainnya seperti tempat, peralatan, termasuk pengelolaan, ditangani Yudi.
Yudi memanfaatkan lahan rumah dari keluarga istrinya yang berada di Jalan Tri Lomba Juang 20 Semarang untuk disulap menjadi warung Soto Pak Man. “Dulu sini itu pekarangan yang ada pohonnya besar,orang pada takut ke sini,” ujarnya menceritakan awal mula mendirikan warung soto kepada SINDO di Semarang belum lama ini.
Waktu itu ia berpikiran ada lahan kosong di tengah kota yang tidak terawat sehingga sayang kalau tidak dimanfaatkan untuk usaha. Apalagi saat itu sebenarnya sudah ada yang berminat menyewa lahan tersebut untuk membuka restoran.
“Dengan pertimbangan itu, saya beranikan membuka Soto Pak Man. Tiga tahun lalu Mas, jadi pas 2009,” katanya. Pada awalnya, Soto Pak Man milik Yudi tidak langsung ramai. Bahkan bisa dibilang sangat sepi. “Masa-masa terberat saya ya pas satu sampai empat bulan pertama, sehari jualan itu cuma dapat Rp350.000, padahal investasi saya bikin warung itu Rp300 juta lho Mas,” terangnya.
Namun berkat keuletan dan keyakinannya, perlahan-lahan usaha kulinernya itu mulai banyak dikunjungi orang. Momentum kebangkitan warung sotonya terjadi saat libur Lebaran 2009. “Lebaran kan banyak yang mudik, banyak yang liburan, sejak itu pembelinya mulai ramai,” katanya.
Dengan bantuan pinjaman dari Bank BRI,warung sotonya terus berkembang dan makin digemari orang. Tanpa menyebut besarnya pinjaman, ia mengaku sangat terbantu dengan pinjaman Bank BRI. Buka dari pukul 06.00 hingga 20.00 WIB,warung sotonya selalu berjubel pembeli.
Pengunjung tidak hanya dari Semarang, melainkan juga orang luar kota. Dalam sehari Soto Pak Man yang dikelolanya bisa menjual 450 mangkuk soto dengan harga Rp6.000 per mangkuk. Pelanggan Soto Pak Man dari berbagai kalangan,mulai dari warga biasa, artis hingga para pejabat.
Di Warung Soto Pak Man Tri Lomba Juang Semarang terpampang foto-foto tokoh yang pernah makan soto di tempat itu, termasuk artis asli Semarang, Tukul Arwana. Yudi sendiri sebenarnya tidak memiliki bakat dagang. Pria kelahiran Semarang, 18 Agustus 1973,ini juga belum pernah sekali pun membuka usaha kuliner atau membuka toko.
Yudi yang hanya tamatan sekolah menengah atas (SMA) ini sebetulnya malah seorang kontraktor tulen. Ia besar dan lama menggeluti usaha kontraktor. Bisa dibilang ia datang dari keluarga kontraktor yang biasa mengurusi proyek, jauh dari urusan bisnis kuliner seperti soto. “Istri saya juga keluarga kontraktor,” tegasnya.
Lantas bagaimana Yudi membagi waktu untuk mengurusi warung sotonya sehingga bisa sukses seperti sekarang? Dia mengaku punya banyak tangan kanan atau orang kepercayaan. Orang-orang kepercayaan, termasuk istrinya lah, yang membantu menjalankan usaha. Adapun yang menjadi kunci sukses warung sotonya adalah rasanya yang membuat orang ketagihan.
Soto Pak Man yang dikelola Yudi ini disajikan dengan kuah bening. “Dari aspek kesehatan itu kalau bening kan lebih sehat daripada yang bersantan,”katanya. Rasa sedap pada kuah sotonya yang bening itu merupakan kaldu atau air hasil rebusan ayam.
Apalagi ditambah bumbu racikan Sulaeman Solikin (Pak Man) yang sudah terbukti bisa diterima orang.“Takaran bumbu dan kaldu itu berpengaruh terhadap rasa dan takaran kita terbukti sudah menciptakan rasa yang disukai banyak orang,” paparnya. Selain rasa, warung sotonya juga nyaman bagi pembeli.
“Konsep warung kita itu yang jelas bersih, tidak tenda dan tidak eksklusif sehingga orang tidak sungkan, semua kalangan bisa masuk dan merasa nyaman,” ujarnya.
Kenyamanan semakin bertambah lantaran warung sotonya juga menyediakan ruangan VIP yang tentunya dilengkapi dengan fasilitas pendingin udara. Ruang VIP itu tidak hanya untuk sekadar makan, melainkan juga bisa dipakai untuk pertemuan. “Bisa makan sekaligus rapat atau ngobrol-ngobrol soal bisnis,” katanya.
Lokasi yang strategis berada di tengah kota, tepatnya di depan Stadion Tri Lomba Juang, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang untuk menikmati Soto Pak Man ini. Begitu pula tempatparkiryangluasmenjadi poin tersendiri bagi pembeli.
()