Pengajuan SKA ekpor di Medan menurun

Rabu, 01 Februari 2012 - 13:48 WIB
Pengajuan SKA ekpor di Medan menurun
Pengajuan SKA ekpor di Medan menurun
A A A
Sindonews.com - Pengajuan Surat Keterangan Asal (SKA) ekspor di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut selama Januari 2012 mengalami penurunan. Biasanya rata-rata setiap hari mencapai 100 dokumen yang diajukan, namun hingga kemarin hanya sekitar 70 dokumen SKA per hari yang diajukan.

Kasie Hasil Pertanian dan Pertambangan Disperindag Sumut Fitra Kurnia mengatakan, penurunan jumlah pengajuan SKA ini lantaran banyak pengusaha yang belum menerima kontrak ekspor untuk Januari.

“Biasanya sejak Desember, buyer (pembeli) sudah mulai menerima kontrak untuk Januari, tapi berdasarkan pengakuan pengusaha banyak yang belum mendapat kontrak ekspor. Pengusaha sepertinya masih wait and see terhadap perkembangan krisis,” ujarnya.

Karena itu, lanjutnya pada Januari ini pergerakan ekspor belum menunjukkan perkembangan. Namun Fitra yakin, kondisi ini tidak berlangsung lama. Diperkirakan pengajuan SKA akan kembali normal pada Februari ini.

Menurut Fitra, secara umum ekspor Sumut memperlihatkan pertumbuhan yang menggembirakan. Ekspor nonmigas pada 2011 naik 32,14 persen dibanding 2010 lalu dengan nilai Rp10,9 miliar.

Selain itu, volume ekspor nonmigas juga mengalami peningkatan dari 7,40 juta ton menjadi 7,49 juta ton pada 2011. Untuk ekspor ini, penyumbang terbesarnya adalah turunan kelapa sawit, kopi, karet, dan barang dari karet serta Crude Palm Oil (CPO).

“Walau begitu, banyak juga komoditas yang mengalami penurunan ekspor, di antaranya alumunium, biji cokelat. dan pulp atau bubur kertas,” ucap dia.

Fitra menambahkan, realisasi ekspor hasil pertanian dan pertambangan berdasarkan SKA sepanjang 2011 naik 23,71 persen menjadi Rp5,865 miliar atau sebanyak 4,731juta ton dari tahun 2010 yang hanya Rp4,741 miliar dengan volume 4,939 juta ton.

“Realisasi ekspor hasil pertanian dan pertambangan ini lebih ditentukan oleh kenaikan harga komoditas di pasaran international. Karena jika dilihat, volume ekspor sebenarnya turun 4,20 persen,” pungkasnya.

Ekspor hasil pertanian dan pertambangan ini juga didominasi oleh CPO dan turunannya. Di antaranya CPO, RBD, Crude Palm Kernel Oil (CPKO), Shorteining dan Palm Fatty Acid. Nilai ekspor CPO dan turunannya ini mencapai Rp3,944 miliar atau naik 24,28 persen dibanding pada 2010.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut, Sofyan Subang mengatakan penurunan ekspor pada akhir dan awal tahun itu merupakan kondisi yang biasa terjadi.

Hal itu disebabkan, buyer menahan pembelian menikmati liburan akhir tahun. “Bahkan ada buyer yang ingin melihat-melihat apa yang mau dibeli pada kontrak selanjutnya,” kata Sofyan. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0585 seconds (0.1#10.140)