Semester I, Bukopin terbitkan subdebt Rp2 T
A
A
A
Sindonews.com – PT Bank Bukopin Tbk berencana menerbitkan obligasi subordinasi (subdebt) berkelanjutan dengan total nilai sekitar Rp2 triliun berjangka waktu dua tahun pada semester I/2012.
Dana subdebt akan digunakan untuk memperkuat permodalan Bukopin. Direktur Keuangan dan Perencanaan Bukopin Tri Joko Prihanto menjelaskan, tingginya ekspansi kredit perseroan yang per akhir Desember 2011 sekitar Rp38 triliun (unaudited) telah menyebabkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) menyusut menjadi 13 persen atau mendekati posisi CAR sebelum rights issue pada 2011.
Melalui penerbitan subdebt berkelanjutan ini, kata Tri, di tahun pertama perseroan berharap dapat memanfaatkan sekitar Rp1 triliun, sementara sisanya dapat digunakan lagi di tahun 2013. Perkuatan modal ini, kata dia, diharapkan dapat menopang ekspansi kredit di tahun 2012 yang dipatok di kisaran 15–20 persen.
”Kami mempersiapkan perkuatan modal dari sisi tier dua, subdebt. Mudah-mudahan dalam semester ini selesai, kalau kuartal selesai ya bisa lebih efektif,” ujarnya di sela-sela diskusi dan media briefingdi Jakarta, kemarin.
Tri menambahkan, melalui subdebt dan dengan modal ditahan, diperkirakan CAR perseroan akan berada di kisaran 15–16 persen. Tapi apabila tanpa subdebt dan hanya modal ditahan, CAR akan menyusut menjadi 11–12 persen.Tri mengaku lebih nyaman apabila dapat menjaga CAR di atas 12 persen sehingga memberikan ruang untuk bertumbuh dan juga sebagai buffer permodalan.
”Sekarang 13 persen, itu masih bisa tumbuh dengan kredit 15-20 persen tapi lebih baik di atas 12 persen,” katanya.
Menurut Tri, penerbitan subdebt ini adalah yang pertama kali dilakukan perseroan. Sebelumnya, pada tahun 1989 dan 2003, perseroan pernah menerbitkan obligasi dan telah dilunasi pada 2008. Meski belum bersedia menyebutkan detail, Tri telah menunjuk tiga underwriter yang berasal baik dari BUMN maupun swasta. ”Kita harap bunganya single digit,”imbuhnya.
Emisi Obligasi
Sementara, Ketua Forum Komunikasi Indonesia (FKI) Elvyn G Masassya memprediksi nilai emisi surat utang (obligasi) meningkat sekitar Rp200 triliun pada tahun ini. Hal ini menyusul naiknya peringkat Indonesia menjadi layak investasi.
“Perkiraan kami, obligasi pada tahun ini meningkat Rp200 triliun, termasuk obligasi negara dan korporasi,” katanya. Menurut Elvyn,ada potensi bagi anggota FKI untuk menambah investasi di instrumen itu.
Menurut Elvyn, tumbuhnya nilai emisi obligasi tahun ini sebagai imbas diberikannya peringkat utang Indonesia dari dua lembaga pemeringkat internasional, yakni Fitch Ratings dan Moody’s.
Adapun, jumlah obligasi yang jatuh tempo pada tahun ini berjumlah Rp117,42 triliun, dengan rincian sebanyak Rp91,10 triliun obligasi pemerintah dan Rp26,32 triliun obligasi korporasi. Sebanyak Rp27,7 triliun dari obligasi pemerintah yang jatuh memiliki seri fixed rate, sedangkan Rp25,6 triliun di antara obligasi korporasi yang jatuh tempo memiliki seri fixed rate.
Direktur Utama PT Penilai Harga Efek Indonesia Ignatius Girendroheru sebelumnya menjelaskan, meski masih dibayangi krisis di Eropa dan perlambatan ekonomi di dunia, namun dengan kondisi perekonomian yang masih baik,menyebabkan obligasi dalam negeri masih terus tumbuh. Untuk menutupinya serta melengkapi maturity profile yang masih kosong, pemerintah telah menargetkan penerbitan SBN bruto Rp240,33 triliun. Di samping itu, penerbitan obligasi korporasi diperkirakan juga akan marak.
Hal itu seiring dengan semakin besarnya kebutuhan korporasi khususnya sektor perbankan dan pembiayaan sebagai salah satu instrumen memperoleh dana segar. Selain itu, korporasi merasa menerbitkan obligasi lebih murah daripada pinjam di perbankan.
Tahun ini, nilai obligasi korporasi yang diterbitkan diperkirakan lebih tinggi dari 2011 yang hanya Rp45,08 triliun. Sedangkan yang menjadi acuan yield obligasi korporasi adalah government bond.“Government bond masih mendominasi pada 2012. Tapi adanya investment grade bisa jadi membuat permintaan obligasi korporasi menjadi lebih banyak,”kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas Marciano Herman berpendapat prospek obligasi pada tahun ini masih positif karena adanya ekspektasi menurunnya bunga obligasi dan naiknya peringkat utang Indonesia.
”Lebih bagus kalau suku bunga perbankan bisa turun. Harusnya fokus pemerintah di sana,”ujarnya. Dia menjelaskan, jika suku bunga kredit perbankan turun akan memberi imbas positif bagi perusahaan untuk ekspansi membangun proyek lantaran cost of fund perusahaan yang juga turun.
Karena banyak membangun proyek, selain mencari pinjaman dari perbankan, perusahaan juga akan mencarinya ke pasar modal melalui penerbitan obligasi karena lebih murah dibanding pinjaman perbankan.
Dana subdebt akan digunakan untuk memperkuat permodalan Bukopin. Direktur Keuangan dan Perencanaan Bukopin Tri Joko Prihanto menjelaskan, tingginya ekspansi kredit perseroan yang per akhir Desember 2011 sekitar Rp38 triliun (unaudited) telah menyebabkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) menyusut menjadi 13 persen atau mendekati posisi CAR sebelum rights issue pada 2011.
Melalui penerbitan subdebt berkelanjutan ini, kata Tri, di tahun pertama perseroan berharap dapat memanfaatkan sekitar Rp1 triliun, sementara sisanya dapat digunakan lagi di tahun 2013. Perkuatan modal ini, kata dia, diharapkan dapat menopang ekspansi kredit di tahun 2012 yang dipatok di kisaran 15–20 persen.
”Kami mempersiapkan perkuatan modal dari sisi tier dua, subdebt. Mudah-mudahan dalam semester ini selesai, kalau kuartal selesai ya bisa lebih efektif,” ujarnya di sela-sela diskusi dan media briefingdi Jakarta, kemarin.
Tri menambahkan, melalui subdebt dan dengan modal ditahan, diperkirakan CAR perseroan akan berada di kisaran 15–16 persen. Tapi apabila tanpa subdebt dan hanya modal ditahan, CAR akan menyusut menjadi 11–12 persen.Tri mengaku lebih nyaman apabila dapat menjaga CAR di atas 12 persen sehingga memberikan ruang untuk bertumbuh dan juga sebagai buffer permodalan.
”Sekarang 13 persen, itu masih bisa tumbuh dengan kredit 15-20 persen tapi lebih baik di atas 12 persen,” katanya.
Menurut Tri, penerbitan subdebt ini adalah yang pertama kali dilakukan perseroan. Sebelumnya, pada tahun 1989 dan 2003, perseroan pernah menerbitkan obligasi dan telah dilunasi pada 2008. Meski belum bersedia menyebutkan detail, Tri telah menunjuk tiga underwriter yang berasal baik dari BUMN maupun swasta. ”Kita harap bunganya single digit,”imbuhnya.
Emisi Obligasi
Sementara, Ketua Forum Komunikasi Indonesia (FKI) Elvyn G Masassya memprediksi nilai emisi surat utang (obligasi) meningkat sekitar Rp200 triliun pada tahun ini. Hal ini menyusul naiknya peringkat Indonesia menjadi layak investasi.
“Perkiraan kami, obligasi pada tahun ini meningkat Rp200 triliun, termasuk obligasi negara dan korporasi,” katanya. Menurut Elvyn,ada potensi bagi anggota FKI untuk menambah investasi di instrumen itu.
Menurut Elvyn, tumbuhnya nilai emisi obligasi tahun ini sebagai imbas diberikannya peringkat utang Indonesia dari dua lembaga pemeringkat internasional, yakni Fitch Ratings dan Moody’s.
Adapun, jumlah obligasi yang jatuh tempo pada tahun ini berjumlah Rp117,42 triliun, dengan rincian sebanyak Rp91,10 triliun obligasi pemerintah dan Rp26,32 triliun obligasi korporasi. Sebanyak Rp27,7 triliun dari obligasi pemerintah yang jatuh memiliki seri fixed rate, sedangkan Rp25,6 triliun di antara obligasi korporasi yang jatuh tempo memiliki seri fixed rate.
Direktur Utama PT Penilai Harga Efek Indonesia Ignatius Girendroheru sebelumnya menjelaskan, meski masih dibayangi krisis di Eropa dan perlambatan ekonomi di dunia, namun dengan kondisi perekonomian yang masih baik,menyebabkan obligasi dalam negeri masih terus tumbuh. Untuk menutupinya serta melengkapi maturity profile yang masih kosong, pemerintah telah menargetkan penerbitan SBN bruto Rp240,33 triliun. Di samping itu, penerbitan obligasi korporasi diperkirakan juga akan marak.
Hal itu seiring dengan semakin besarnya kebutuhan korporasi khususnya sektor perbankan dan pembiayaan sebagai salah satu instrumen memperoleh dana segar. Selain itu, korporasi merasa menerbitkan obligasi lebih murah daripada pinjam di perbankan.
Tahun ini, nilai obligasi korporasi yang diterbitkan diperkirakan lebih tinggi dari 2011 yang hanya Rp45,08 triliun. Sedangkan yang menjadi acuan yield obligasi korporasi adalah government bond.“Government bond masih mendominasi pada 2012. Tapi adanya investment grade bisa jadi membuat permintaan obligasi korporasi menjadi lebih banyak,”kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas Marciano Herman berpendapat prospek obligasi pada tahun ini masih positif karena adanya ekspektasi menurunnya bunga obligasi dan naiknya peringkat utang Indonesia.
”Lebih bagus kalau suku bunga perbankan bisa turun. Harusnya fokus pemerintah di sana,”ujarnya. Dia menjelaskan, jika suku bunga kredit perbankan turun akan memberi imbas positif bagi perusahaan untuk ekspansi membangun proyek lantaran cost of fund perusahaan yang juga turun.
Karena banyak membangun proyek, selain mencari pinjaman dari perbankan, perusahaan juga akan mencarinya ke pasar modal melalui penerbitan obligasi karena lebih murah dibanding pinjaman perbankan.
()