RI berpotensi raup USD101,5 M dari sektor pangan

Selasa, 07 Februari 2012 - 12:50 WIB
RI berpotensi raup USD101,5...
RI berpotensi raup USD101,5 M dari sektor pangan
A A A
Sindonews.com - Krisis pangan yang saat ini menghantui dunia justru bisa menjadi peluang bagi Indonesia. Indonesia diperkirakan berpotensi menjaring devisa minimal sebesar USD101,5 miliar hingga tahun 2014 mendatang dari sektor pangan.

"Untuk di masa yang akan datang, jika kita mampu menjawab menjawab seluruh tantangan yang ada dan mengurangi hambatan-hambatan yang dihadapi, Indonesia berpotensi menjaring devisa minimum sebesar USD101,5 miliar dalam kurun waktu 2010-2014," ungkap Wakil Ketua Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Peternakan Franky O Widjaja di sela acara Jakarta Food Security Summit 2012, Jakarta, Selasa (7/2/2012).

Franky mengatakan, di balik permasalahan yang cukup kompleks, tentunya terdapat potensi besar di Indonesia yang perlu segera digali dan dikembangkan untuk percepatan terwujudnya kemandirian dan kedaulatan pangan di Indonesia.

Sehingga pada gilirannya, Indonesia diharapkan tidak hanya bisa memasok kebutuhan pangan dalam negeri saja, tetapi juga dunia melalui komoditas-komoditas unggulan nasional.

Seperti diketahui, road map Ketahanan Pangan Nasional terkait komoditas unggulan pangan, memfokuskan beberapa komoditas. Enam di antaranya, kelapa sawit, kakako, peternakan, makanan dan minuman, pertanian pangan serta perikanan masuk dalam kegiatan ekonomi utama MP3EI.

Lonjakan penduduk dunia yang diperkirakan akan menembus angka sembilan miliar jiwa di tahun 2045 membuat dunia, menurut data FAO, harus meningkatkan produksi pangannya hingga 70 persen dibandingkan kondisi saat ini.

Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto permasalahan pangan bukan saja dimonopoli oleh negara-negara miskin tetapi mengancam ketahanan pangan di negara-negara maju baik di Asia maupun Eropa.

"Pasokan pangan dari negara berkembang ke negara-negara maju terus mengalami kemerosotan karena berbagai faktor dan di lain pihak, negara maju sendiri memiliki kesulitan dalam menyediakan cukup bahan pangan karena masalah kekurangan lahan serta iklim yang tidak menentu," ujar Suryo.

Kondisi yang seperti ini, dilanjutkan Suryo, tidak terjadi hanya karena faktor iklim yang tidak bersahabat. Banyak hal yang ikut mempengaruhi masalah krisis pangan ini seperti krisis energi, pemanfaatan pangan untuk energi, krisis politik di beberapa negara, krisis ekonomi dan moneter dunia, laju kerusakan lingkungan yang terus meningkat, pertumbuhan ekonomi yang mendorong penggunaan tambahan lahan untuk industri dan pemukiman serta banyak faktor lokal yang lain.

"Oleh karena itu, kami dunia usaha menyadari sepenuhnya bahwa upaya memenuhi pangan secara berkelanjutan pada tingkat nasional merupakan komitmen yang luar biasa," jelasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6866 seconds (0.1#10.140)