Air susut, produksi listrik PLTA Saguling berkurang
A
A
A
Sindonews.com - Akibat menyusut dan berkurangnya air yang mengalir ke Waduk Saguling, PLTA Saguling, berdampak kepada pengurangan produksi listrik dari PLTA ini. Akan tetapi hal ini masih dipandang dalam level aman dan tidak menjadi ancaman bagi pasokan listrik Jawa-Bali.
"Karena pasokan air berkurang, maka saat ini dari empat mesin yang ada kami hanya mengaktifkan dua mesin saja. Itu pun hanya pada beban puncak saja pada pukul 17.00-22.00," tutur General Manager PT Indonesia Power (IP) Unit Bisnis Pembangkit (UBP) PLTA Saguling Eri Prabowo, Senin (13/2/2012).
Menurutnya kondisi itu terjadi sejak Januari 2012 dimana debit air Saguling hanya sebesar 50-60 kubik/detik. Padahal pada Februari 2010 debit air Saguling mencapai 650 kubik/detik sehingga ke empat mesin turbin di PLTA Saguling yang satu mesinnya memiliki daya terpasang 175 MW, pada saat itu semua berproduksi.
Kendati begitu Eri mengaku, tinggi muka air (TMA) Waduk Saguling masih dalam kondisi aman walaupun saat ini masih masuk kategori musim kemarau. TMA normal adalah 643 meter di atas permukaan laut (mdpl) sedangkan angka kritis/minimum dan sudah tidak bisa berproduksi lagi adalah 623 mdpl. Saat ini kondisi TMA Waduk Saguling berkisar
628-629 mdpl.
"Kondisi masih aman mengingat produksi listrik masih berjalan seperti biasa sesuai permintaan Pusat Pengatur dan Pengendali Beban (P3B). Kalaupun suplai listrik dari PLTA Saguling berkurang bisa dicover dari PLTA Karacak, Ubrug, Plengan, Lamajan, Cikalong, Bengkok dan Dago dan Kondang," bebernya.
Eri mengaku, kondisi dua mesin yang hanya bisa berproduksi dan dua dimatikan, dimanfaatkan untuk dilakukan retrofit governer. Yaitu perbaharuan teknologi aliran sistem air yang masuk ke turbin air selama enam bulan ke depan. Tujuannya supaya mesin turbin bisa bekerja lebih efisien lagi, operasional cepat dan respon cepat.
"Sejak beroperasi pada 1985 mesin turbin di PLTA Saguling ini belum pernah diperbaiki. Momentum berkurangnya pasokan air yang membuat hanya dua mesin yang beroperasi dari total empat mesin yang ada, kami manfaatkan untuk kembali meng-upgrade mesin-mesin tersebut secara bergiliran," ujarnya.
"Karena pasokan air berkurang, maka saat ini dari empat mesin yang ada kami hanya mengaktifkan dua mesin saja. Itu pun hanya pada beban puncak saja pada pukul 17.00-22.00," tutur General Manager PT Indonesia Power (IP) Unit Bisnis Pembangkit (UBP) PLTA Saguling Eri Prabowo, Senin (13/2/2012).
Menurutnya kondisi itu terjadi sejak Januari 2012 dimana debit air Saguling hanya sebesar 50-60 kubik/detik. Padahal pada Februari 2010 debit air Saguling mencapai 650 kubik/detik sehingga ke empat mesin turbin di PLTA Saguling yang satu mesinnya memiliki daya terpasang 175 MW, pada saat itu semua berproduksi.
Kendati begitu Eri mengaku, tinggi muka air (TMA) Waduk Saguling masih dalam kondisi aman walaupun saat ini masih masuk kategori musim kemarau. TMA normal adalah 643 meter di atas permukaan laut (mdpl) sedangkan angka kritis/minimum dan sudah tidak bisa berproduksi lagi adalah 623 mdpl. Saat ini kondisi TMA Waduk Saguling berkisar
628-629 mdpl.
"Kondisi masih aman mengingat produksi listrik masih berjalan seperti biasa sesuai permintaan Pusat Pengatur dan Pengendali Beban (P3B). Kalaupun suplai listrik dari PLTA Saguling berkurang bisa dicover dari PLTA Karacak, Ubrug, Plengan, Lamajan, Cikalong, Bengkok dan Dago dan Kondang," bebernya.
Eri mengaku, kondisi dua mesin yang hanya bisa berproduksi dan dua dimatikan, dimanfaatkan untuk dilakukan retrofit governer. Yaitu perbaharuan teknologi aliran sistem air yang masuk ke turbin air selama enam bulan ke depan. Tujuannya supaya mesin turbin bisa bekerja lebih efisien lagi, operasional cepat dan respon cepat.
"Sejak beroperasi pada 1985 mesin turbin di PLTA Saguling ini belum pernah diperbaiki. Momentum berkurangnya pasokan air yang membuat hanya dua mesin yang beroperasi dari total empat mesin yang ada, kami manfaatkan untuk kembali meng-upgrade mesin-mesin tersebut secara bergiliran," ujarnya.
()