Target pertumbuhan ekonomi dikoreksi

Rabu, 15 Februari 2012 - 08:44 WIB
Target pertumbuhan ekonomi dikoreksi
Target pertumbuhan ekonomi dikoreksi
A A A


Sindonews.com - Target pertumbuhan ekonomi dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 akan dikoreksi akibat dampak ketidakpastian global yang mulai mengganggu perekonomian nasional.

Kementerian Keuangan menilai, kondisi perekonomian dunia masih cenderung labil dan berisiko, baik bagi negara maju maupun negara berkembang. Koreksi laju pertumbuhan ekonomi dunia dari 4 persen ke 3,3 persen yang disampaikan oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menunjukkan semakin besarnya potensi krisis ekonomi dunia yang dipicu oleh kondisi negara maju.

“Krisis sekarang akan lebih panjang,” ungkap Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati saat memaparkan perkembangan ekonomi terkini di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 14 Februari 2012.

Beberapa indikator dan kondisi dalam perekonomian dunia, kata dia, telah memberikan sinyal negatif bagi negara berkembang.

Melemahnya tingkat permintaan dunia pada akhir tahun 2011 yang berkorelasi pada penurunan kinerja perdagangan internasional berdampak cukup signifikan pada ekonomi nasional. Hal itu tampak dari pertumbuhan ekspor Indonesia pada Desember 2011 yang mengalami perlambatan dari 10,2 persen di Desember 2010 menjadi hanya 2,2 persen.

Anny mengatakan, dari berbagai gambaran dan perkembangan yang terjadi dalam ekonomi dunia, pemerintah memutuskan mempercepat pembahasan perubahan atas APBN 2012. Pemerintah tidak hanya melakukan kaji ulang atas postur anggaran saja tetapi juga melakukan revisi atas asumsi makro.

“Nanti kalau memang pemerintah melakukan APBN-P, ada kemungkinan review koreksi pertumbuhan karena kondisi perekonomian global,” jelasnya.

Dalam asumsi makro APBN 2012, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen atau lebih optimistis dibandingkan target tahun lalu yang dipatok sebesar 6,5 persen. Saat ini Kementerian Keuangan masih melakukan kajian dan perhitungan-perhitungan yang memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.

Meski berencana melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi tahun ini, Anny berharap bahwa revisi APBN tidak akan terlalu jauh dari target awal.

“Ingin tetap dekati 6,7 persen karena itu acuan awal. Kalau ada koreksi tidak jauh, mungkin sekitar 6,5 persen atau 6,6 persen. Kita tetap fokus dan kerja keras untuk mencapai target awal,” tandasnya.

Semakin tingginya potensi krisis ekonomi dunia juga disampaikan Menteri Keuangan Agus Martowardojo. Dia menjelaskan, kondisi ekonomi global masih menghadapi berbagai risiko akibat belum tuntasnya persoalan utang di negara-negara Eropa.

Perlambatan permintaan negara maju sejalan dengan melemahnya kinerja perdagangan internasional dan ekspor Indonesia. Meski demikian, ekonomi dalam negeri diyakini masih cukup kuat saat ini. “Kondisi ekonomi Indonesia relatif lebih baik,” ucap Menkeu.

Kondusifnya ekonomi domestik masih bisa dilihat dari berbagai indikator. Nilai tukar yang saat ini berada di level Rp9.014 per dolar AS tetap terjaga dengan tingkat apresiasi sebesar 0,61 persen (year on year).

Apresiasi rupiah terhadap dolar masih relatif lebih baik dibandingkan negara lain dalam satu kawasan seperti Jepang, China, Malaysia, Singapura yang rata-rata terapresiasi di kisaran 3–7 persen.

Tekanan inflasi dalam negeri juga relatif stabil. Tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat sepanjang tahun 2011 pun masih terjaga, bahkan cenderung terus meningkat. Selain itu, realisasi investasi sepanjang 2011 yang sanggup menembus Rp251,2 triliun atau meningkat 20,4 persen juga diklaim sebagai sebuah peningkatan yang signifikan di tengah ketidakpastian.

Hal ini tidak terlepas dari kenaikan peringkat utang di mana Indonesia telah dinyatakan sebagai salah satu negara layak investasi (investment grade).

Mantan Dirut Bank Mandiri ini mengatakan, predikat itu memberi dorongan atas aliran modal asing yang masuk ke Indonesia. Hingga Januari 2012, aliran modal yang masuk ke Indonesia baik melalui instrumen jangka pendek maupun jangka panjang mencapai Rp15,4 triliun.

Sedangkan, dari indikator rasio utang, Indonesia pun jauh lebih baik jika dibandingkan sejumlah negara maju. Rasio utang Indonesia kini di kisaran 25–26 persen, lebih rendah dibanding Yunani yang mencapai 159,1 persen, Italia 119,6 persen, Portugal 110,1 persen, dan Irlandia 104,9 persen. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6887 seconds (0.1#10.140)