Bahan baku mebel rotan menipis
A
A
A
Sindonews.com – Langkanya bahan baku rotan membuat eksistensi ekspor mebel rotan dari Desa Trangsan, Gatak, Sukoharjo terancam. Saat ini perajin mebel rotan tinggal menghabiskan stok bahan baku yang ada.
“Dari stok yang ada, kami perkirakan hanya bertahan beberapa bulan,” ujar salah satu perajin mebel rotan Trangsan, Sunarsa, kemarin. Dia menuturkan, hingga kemarin perajin masih kesulitan mendapatkan bahan baku rotan.
Untuk itu, Sunarsa berharap pemkab segera memfasilitasi kerja sama dengan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah (Kalteng). Pascakebijakan larangan ekspor bahan baku rotan, seharusnya bahan baku rotan mudah didapat. Kenyataan yang terjadi di lapangan, sejak akhir Januari lalu perajin kesulitan mendapatkan bahan baku rotan. Saat ini, papar Sunarsa, perajin memang masih bisa bertahan.
Dia memperkirakan jika masalah bahan baku tidak terpecahkan, ekspor mebel rotan akan terancam keberlangsungannya. Padahal rata-rata hasil mebel rotan dari Trangsan, Gatak diekspor ke luar negeri. “Kami berharap masalah ini segera ada solusinya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo Sriyono mengutarakan, selama ini mebel rotan Trangsan, Gatak di ekspor sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat.
Dengan adanya masalah bahan baku, Sriyono khawatir jumlah ekspor mebel rotan akan mengalami penurunan. Menurut Sriyono, ekspor mebel rotan Sukoharjo belum stabil dengan adanya krisis ekonomi di Eropa. Dengan ditambah masalah bahan baku rotan, pihaknya khawatir semakin menambah suram eksistensi ekspor mebel rotan dari kabupaten ini. Sejumlah negara tujuan ekspor mebel rotan Sukoharjo antara lain Jerman, Belanda, Inggris, Hungaria, dan Swiss.
Selain Eropa, mebel rotan juga diekspor ke daratan Amerika Serikat, Australia, dan sejumlah negara di Asia seperti Korea Selatan. “Tahun lalu sebenarnya ekspor mebel rotan mengalami peningkatan. Saya harap tahun ini kembali naik meski saat ini tengah ada masalah bahan baku,” katanya.
Nilai ekspor mebel rotan Sukoharjo pada 2011 mencapai USD3.361.247. Jumlah itu naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD2.502.309. Kenaikan ekspor tersebut mencapai 34,33 persen. Agar dapat terus bersaing, Sriyono mendorong pengusaha dan perajin terus berinovasi.
Apalagi, beberapa negara berkembang lain tidak mau kalah. Mereka memproduksi kerajinan yang menyerupai rotan, tapi berbahan baku plastik. Meski demikian, dia optimistis produk kerajinan rotan Sukoharjo dapat terus eksis. “Kita tetap optimistis. Tapi, pemerintah juga berharap perajin punya komitmen karena pemkab siap memfasilitasi,” kata Sriyono.
“Dari stok yang ada, kami perkirakan hanya bertahan beberapa bulan,” ujar salah satu perajin mebel rotan Trangsan, Sunarsa, kemarin. Dia menuturkan, hingga kemarin perajin masih kesulitan mendapatkan bahan baku rotan.
Untuk itu, Sunarsa berharap pemkab segera memfasilitasi kerja sama dengan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah (Kalteng). Pascakebijakan larangan ekspor bahan baku rotan, seharusnya bahan baku rotan mudah didapat. Kenyataan yang terjadi di lapangan, sejak akhir Januari lalu perajin kesulitan mendapatkan bahan baku rotan. Saat ini, papar Sunarsa, perajin memang masih bisa bertahan.
Dia memperkirakan jika masalah bahan baku tidak terpecahkan, ekspor mebel rotan akan terancam keberlangsungannya. Padahal rata-rata hasil mebel rotan dari Trangsan, Gatak diekspor ke luar negeri. “Kami berharap masalah ini segera ada solusinya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo Sriyono mengutarakan, selama ini mebel rotan Trangsan, Gatak di ekspor sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat.
Dengan adanya masalah bahan baku, Sriyono khawatir jumlah ekspor mebel rotan akan mengalami penurunan. Menurut Sriyono, ekspor mebel rotan Sukoharjo belum stabil dengan adanya krisis ekonomi di Eropa. Dengan ditambah masalah bahan baku rotan, pihaknya khawatir semakin menambah suram eksistensi ekspor mebel rotan dari kabupaten ini. Sejumlah negara tujuan ekspor mebel rotan Sukoharjo antara lain Jerman, Belanda, Inggris, Hungaria, dan Swiss.
Selain Eropa, mebel rotan juga diekspor ke daratan Amerika Serikat, Australia, dan sejumlah negara di Asia seperti Korea Selatan. “Tahun lalu sebenarnya ekspor mebel rotan mengalami peningkatan. Saya harap tahun ini kembali naik meski saat ini tengah ada masalah bahan baku,” katanya.
Nilai ekspor mebel rotan Sukoharjo pada 2011 mencapai USD3.361.247. Jumlah itu naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD2.502.309. Kenaikan ekspor tersebut mencapai 34,33 persen. Agar dapat terus bersaing, Sriyono mendorong pengusaha dan perajin terus berinovasi.
Apalagi, beberapa negara berkembang lain tidak mau kalah. Mereka memproduksi kerajinan yang menyerupai rotan, tapi berbahan baku plastik. Meski demikian, dia optimistis produk kerajinan rotan Sukoharjo dapat terus eksis. “Kita tetap optimistis. Tapi, pemerintah juga berharap perajin punya komitmen karena pemkab siap memfasilitasi,” kata Sriyono.
()