Daerah keluhkan dana hibah perusahaan sawit
A
A
A
Sindonews.com - Dua wilayah penghasil sawit terbesar di Sulbar yakni Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara (Matra), mengeluh dengan dana hibah dari perusahaan sawit yang beroperasi di daerah masing-masing. Selama ini dana hibah tersebut sebesar lima rupiah per liter Crude Palm Oil (CPO). Angka itu dinilai sangat jauh dari hasil yang diperoleh.
Bupati Matra, Agus Ambo Djiwa, baru-baru ini bahkan menekankan untuk meninjau kembali regulasi retribusi yang merugikan daerah. Menurutnya, dengan segala pertimbangan daerah penghasil harus mendapat porsi yang lebih besar.
Namun Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, meminta pemahaman para bupatinya. Disebutkan setiap pajak perusahaan yang diserahkan pada pemerintah pusat akan dikembalikan ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
"Ini memang menjadi keluhan dua bupati. Kami sudah sampaikan bahwa pajak eksportnya dipungut oleh pemerintah pusat dan itu sangat tinggi. Apalagi pajak dari perusahaan besar seperti PT Astra Raya Lestari yang memiliki enam group perusahaan di Sulbar. Sekarang sedang diperjuangkan agar pajak eksport itu dibagi dengan daerah penghasil. Artinya, tidak semua lari ke Jakarta. Sehingga pemkab tidak merasa tidak disentuh dengan hasil perkebunan di daerahnya," kata Anwar kemarin.
Sebenarnya dampak positif dari perusahaan ini cukup besar. Anwar mengulas, tiap petani mendapat pendapatan rata-rata Rp2,5 juta per bulan per hektar. Jika per petani memiliki lima hektar lahan sawit tentu mendapatkan Rp12,5 juta per bulan. Angka itu jauh lebih besar dari gaji Gubernur per bulan.
Fakta itu juga yang menjadi salah satu penyebab angka kemiskinan di Sulbar lebih tinggi di perkotaan dibanding pedesaan. Menurutnya, di kota itu dipengaruhi oleh kecilnya kesempatan kerja dan gelombang besar pendatang, atau yang disebutnya sebagai peminat, ke Sulbar.
"Saya sarankan, daripada tidak memiliki penghasilan tetap lebih baik menjadi petani sawit saja. Asal benar-benar bekerja. Apalagi tahun ini PT Astra akan menambah kapasitas produksi pabriknya dari 30 ton per jam menjadi 60 ton per jam. Sehingga semua buah sawit akan terserap. Ini jawaban dari keluhan petani dan peluang berusaha bagi yang baru atau akan memulai," katanya.
Pemprov Sulbar akan meningkatkan kerjasama dengan PT Astra Raya Lestari, terutama program-program yang pro rakyat. Sebab dampaknya akan dirasakan langsung oleh daerah.
PT Astra rencananya akan membangun sendiri dua pelabuhan CPO di Kabupaten Matra. Yakni di daerah Sarudu dan Tanjung Bakau. Anwar meminta mereka memanfaatkan pelabuhan kontainer Belang-Belang di Kecamatan Kalukku Mamuju yang bertaraf interasional. Pembangunan pelabuhan itu dijadwalkan selesai tiga tahun ke depan.
Direktur Enveronment Social Resources PT Astra Raya Lestari Joko Supriyono, mengatakan, angka lima rupiah per liter CPO itu merupakan kebijakan hibah perusahaan secara global. Nominal itu akan sangat besar jika dihitung dengan produksi perusahaan.
"Jangan dilihat dari angka per liter. Kita hitung saja satu ton berapa liter dan diakumulasikan dengan total jumlah produski kami per bulan. Selain itu, jumlah dana hibah yang diberikan pada daerah sudah melalui perhitungan yang matang," sanggahnya.
Perusahan, lanjut Joko, tidak hanya memberikan dana hibah pada daerah. Namun juga memberikan bantuan sektor sosial, pendidikan dan kesehatan secara langsung di luar dana hibah. (bro)
()