Harga anjlok, petani tomat di Kuningan merugi
A
A
A
Sindonews.com – Masa panen tomat yang hampir bersamaan di beberapa daerah membuat harga di tingkat petani anjlok. Dari harga normal terendah berkisar Rp2.000/kg, kini harganya hanya Rp1.500/kg.
Permainan tengkulak yang mencari untung lebih besar pun semakin membuat para petani uring-uringan,pasalnya harga satu kg tomat di pasar ternyata dijual hingga Rp5.000/kg.
”Tentu saja kami sangat rugi, tomat dari petani dijual dengan harga Rp1.500/kg, tapi di pasar bisa mencapai Rp5.000/kg. Ini merugikan kami. Kalau tidak dijual tomat-tomat ini malah busuk,” kata Ucu Suali, petani di Desa Cilimus, Kuningan, kemarin.
Ucu mengatakan,saat harga tomat Rp2.000 saja, petani hanya mendapat untung sangat tipis, apalagi ketika harganya jatuh hingga Rp1.500/kg. Ditambah hasil panen yang turun akibat musim hujan,membuat petani menderita kerugian berlipat ganda.
”Musim penghujan kali ini membuat tanaman tomat mudah layu.Dari biasanya kami bisa memanen hingga 10 kali, namun sekarang paling hanya tujuh hingga delapan kali panen saja,” ungkap dia.
Hasilnya pun, lanjut Ucu, ketika musim bagus bisa menghasilkan dua ton tomat sekali panen, sekarang paling 1,4 ton saja. Itu pun petani masih harus membuang tomat-tomat yang busuk dan jumlahnya cukup banyak.
”Seperti hari ini (kemarin) kami hanya memanen sekitar 40 peti yang setiap petinya berisi 35 kg. Bisanya bisa mencapai 50 hingga 60 peti saat panen ketiga seperti sekarang,” ujar dia.
Hal serupa diungkapkan H Saleh, petani di Desa Indapatra, Kecamatan Cigandamekar. Anjloknya harga juga dipengaruhi musim panen yang berbarengan di beberapa daerah penghasil tomat seperti Majalengka dan Bandung.
”Dari daerah Bandung dan Majalengka pun menjual tomatnya sama ke Cirebon seperti saya. Karena pasokan tomat banyak, sehingga tengkulak pun berani menekan harga hingga sangat murah.Yang rugi tentu saja kami para petani,” kata Saleh.
Saleh berharap agar ada perlindungan dari instansi terkait kepada para petani untuk bisa menjual hasil pertaniannya bisa menguntungkan.
Permainan tengkulak yang mencari untung lebih besar pun semakin membuat para petani uring-uringan,pasalnya harga satu kg tomat di pasar ternyata dijual hingga Rp5.000/kg.
”Tentu saja kami sangat rugi, tomat dari petani dijual dengan harga Rp1.500/kg, tapi di pasar bisa mencapai Rp5.000/kg. Ini merugikan kami. Kalau tidak dijual tomat-tomat ini malah busuk,” kata Ucu Suali, petani di Desa Cilimus, Kuningan, kemarin.
Ucu mengatakan,saat harga tomat Rp2.000 saja, petani hanya mendapat untung sangat tipis, apalagi ketika harganya jatuh hingga Rp1.500/kg. Ditambah hasil panen yang turun akibat musim hujan,membuat petani menderita kerugian berlipat ganda.
”Musim penghujan kali ini membuat tanaman tomat mudah layu.Dari biasanya kami bisa memanen hingga 10 kali, namun sekarang paling hanya tujuh hingga delapan kali panen saja,” ungkap dia.
Hasilnya pun, lanjut Ucu, ketika musim bagus bisa menghasilkan dua ton tomat sekali panen, sekarang paling 1,4 ton saja. Itu pun petani masih harus membuang tomat-tomat yang busuk dan jumlahnya cukup banyak.
”Seperti hari ini (kemarin) kami hanya memanen sekitar 40 peti yang setiap petinya berisi 35 kg. Bisanya bisa mencapai 50 hingga 60 peti saat panen ketiga seperti sekarang,” ujar dia.
Hal serupa diungkapkan H Saleh, petani di Desa Indapatra, Kecamatan Cigandamekar. Anjloknya harga juga dipengaruhi musim panen yang berbarengan di beberapa daerah penghasil tomat seperti Majalengka dan Bandung.
”Dari daerah Bandung dan Majalengka pun menjual tomatnya sama ke Cirebon seperti saya. Karena pasokan tomat banyak, sehingga tengkulak pun berani menekan harga hingga sangat murah.Yang rugi tentu saja kami para petani,” kata Saleh.
Saleh berharap agar ada perlindungan dari instansi terkait kepada para petani untuk bisa menjual hasil pertaniannya bisa menguntungkan.
()