Indeks saham anjlok 1,62%

Sabtu, 25 Februari 2012 - 13:08 WIB
Indeks saham anjlok 1,62%
Indeks saham anjlok 1,62%
A A A


Sindonews.com - Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan dilakukan pemerintah direspons negatif pelaku bursa. Indeks harga saham gabungan (IHSG) kemarin ditutup melemah 64,25 poin atau 1,62% ke level 3.894,562.

Kondisi tersebut kontras dengan sejumlah bursa Asia yang mengalami penguatan, seperti indeks Hang Seng naik 0,1%, indeks Nikkei naik 0,5%, indeks Shanghai naik 1,2%, indeks ASX naik 0,4%.

Menurut Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, rencana pemerintah menaikkan harga BBM menjadi salah satu alasan dari melemahnya indeks. Hal ini karena akan cukup banyak emiten yang terpengaruh dengan kenaikan harga BBM. “Harus diingat negara lain tidak memberikan subsidi sebanyak yang diberikan pemerintah,” ujar Edwin di Jakarta, Jumat 24 Februari 2012.

Selain karena rencana kenaikan harga BBM, lanjut Edwin, penurunan IHSG juga dipicu pernyataan perusahaan investasi asing, yang mengatakan price earning ratio (PER) IHSG yang sudah mahal dibandingkan bursa negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

Karena itu, porsi investasi mereka di Bursa Efek Indonesia (BEI) diturunkan dari 8% menjadi 6%. Namun, Edwin optimistis hal itu tidak akan berlangsung lama, karena dibandingkan dengan bursa saham negara Asia lainnya, pertumbuhan laba bersih emiten yang tercatat di BEI jauh lebih tinggi. Selain itu, kondisi sosial ekonomi di Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara lain.

Direktur Utama BEI Ito Warsito mengatakan, sebaiknya investor tidak hanya melihat PER IHSG yang sudah cukup tinggi. Pasalnya, PER yang tinggi tersebut sebanding dengan pendapatan perusahaan terbuka (emiten), yang tercatat di BEI pada 2011 yang bisa lebih dari Rp200 triliun. Hal itu didasarkan dari capaian perusahaan terbuka per September 2011 yang sedikit melampaui pendapatan 2010 yakni Rp173 triliun.

Dia menerangkan, kendati saat ini emiten masih menyelesaikan laporan keuangan 2011, Ito memprediksi laba bersih emiten pada 2012 bisa tumbuh lebih dari 20%. Emiten yang bergerak pada sektor consumer, perbankan dan batu bara diyakini akan menjadi penggerak pertumbuhan laba emiten pada 2012 ini.

IPO Maret 2012

Sementara itu, BEI mengharapkan perusahaan yang akan mengajukan pelaksanaan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) mulai marak akhir Maret. “Akhir Maret mendatang diharapkan pendaftaran perusahaan untuk melepas saham ke publik melalui mekanisme IPO marak,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito.

Menurut dia, calon emiten saat ini masih menunggu laporan keuangan 2011 sebelum mendaftarkan perusahaan nya untuk mencatatkan sahamnya di bursa. Dia mengatakan, jumlah perusahaan yang melakukan IPO awal tahun ini masih tergolong minim karena calon emiten masih akan memutuskan untuk menggunakan laporan keuangan kuartal keempat 2011 atau laporan keuangan setahun penuh sebelum melantai di BEI.

Namun, dia meyakini perusahaan yang berencana mencatatkan sahamnya di bursa efek domestik tahun ini masih antusias. “Jadi, kami harapkan akhir Maret akan banyak calon emiten yang mendaftarkan (filing) untuk IPO,” kata Eddy.

Sepanjang tahun ini, baru tiga perusahaan yang melaksanakan pencatatan saham di BEI. Sementara BEI menargetkan sebanyak 25 perusahaan melaksanakan IPO pada 2012.

Tiga perusahaan yang telah melaksanakan IPO tahun ini yakni PT Minna Padi Investama Tbk (PADI), PT TIPhone Mobile Tbk (TELE), dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA). Sebelumnya, BEI menargetkan lima perusahaan dapat melakukan pencatatan saham di bursa domestik pada kuartal pertama tahun ini. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4237 seconds (0.1#10.140)