Pemerintah diminta stop impor benih sawit
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah diminta menutup keran impor benih kelapa sawit, karena kapasitas produksi di dalam negeri mampu mencukupi kebutuhan perkebunan sawit.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kompartemen Lingkungan dan Riset Daud Darsono mengatakan, Indonesia mampu memproduksi 250 juta benih kelapa sawit. Dia mengatakan, kemampuan produksi benih nasional tersebut sudah bisa memenuhi kebutuhan 1,2 juta hektare perkebunan kelapa sawit, baik untuk yang ekspansi maupun peremajaan.
”Bahkan secara kualitas, benih yang diproduksi di dalam negeri lebih bagus. Harganya juga lebih murah,”kata Daud di sela-sela International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) di Nusa Dua, Bali,kemarin. Direktur Utama PT SMART Tbk itu mengatakan, benih kelapa sawit yang bagus sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas,khususnya di perkebunan rakyat yang produktivitasnya masih rendah yaitu sekitar 1,5 ton CPO (minyak sawit mentah) per hektare.
Saat ini, dari sekitar 8,2 juta ton lahan perkebunan sawit di Indonesia, 40% atau 3,28 juta hektare merupakan perkebunan rakyat. Dari jumlah tersebut, sekitar 40% atau sekitar 1,3 juta hektare merupakan perkebunan rakyat mandiri. ”Perkebunan sawit yang dikelola dengan baik, yang penggunaan bibitnya resmi, manajemen pemupukannya bagus, akan mampu menghasilkan 7,5 ton CPO/hektare pada usia 8–15 tahun, bahkan bisa 12 ton CPO/hektare dengan bibit tertentu,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, amat disayangkan apabila sekitar 1,3 juta hektare lahan sawit rakyat hanya menghasilkan sekitar 1,6 juta ton CPO, dengan asumsi produktivitas lahan hanya 1–1,5 ton CPO/hektare. ”Itu (peningkatan produktivitas perkebunan rakyat) harus menjadi target, agar terjadi pertumbuhan produksi,” katanya.
Dia berharap dana revitalisasi yang dikucurkan pemerintah mampu meningkatkan produktivitas tersebut. Ditambahkan Ketua Gapki Kompartemen Pemasaran Susanto Yang, biasanya pemakai benih impor adalah perusahaan-perusahaan asing yang ingin memakai benih dari negara mereka, seperti perusahaan perkebunan dari Malaysia. ”Benih impor sebagian besar berasal dari Malaysia, Papua Nugini,dan Kosta Rika,” ujar Susanto.
Di sisi lain, pelaku industri sawit di Indonesia menilai sengketa lahan antara masyarakat dan perusahaan perkebunan kelapa sawit akan terus ada. ”Sengketa lahan adalah bagian dari sustainable atau keberlanjutan industri ini,” ujar Daud. (bro)
()