Ciptakan jiwa entrepreneur di kalangan generasi muda
A
A
A
Sindonews.com - Rendahnya jiwa wirausaha di kalangan generasi muda saat ini sangat berpengaruh pada kreativitas menciptakan peluang usaha atau membuka lapangan kerja baru. Akibatnya, tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Selatan (Sulsel) saat ini mencapai 224.000 orang.
Pengangguran ini merupakan lulusan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang setiap tahun terus bertambah. Sementara lapangan kerja yang tersedia tidak berbanding dengan alumni perguruan tinggi yang ditelurkan.
Pemenang Wirausaha Muda Mandiri asal Sulsel, Ikrar Mallarangeng, mengatakan, saat ini jiwa entrepreneurship di kalangan mahasiswa bisa dibilang masih lemah. Karena itu, kondisi ini harus ditangani secara strategis dan bersifat holistis atau memuat seluruh aspek teoritis serta praktis.
Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menjadi seorang entrepreneur. Mahasiswa tidak lagi mengandalkan kesempatan yang datang kepada dirinya, tetapi menciptakan sendiri kesempatan maju dan berkarya.
“Sayang juga kalau energi yang dimiliki teman-teman hanya digunakan seperti itu (mengamen). Yang jelas harus yakin dan berani berjuang, pasti bisa,” ungkap lelaki asal Kabupaten Maros ini.
Entrepreneurship untuk mahasiswa bertujuan membangun jiwa kemandirian. Mahasiswa diarahkan untuk berkreasi dengan merintis usaha sejak di bangku kuliah. Dalam proses perintisan tersebut, tentu ada proses belajar secara nyata. Berbagai pengalaman dalam mengelola usaha yang dirintis sangat dibutuhkan setelah lulus dari kampus nanti. Mereka akan lebih siap menghadapi persaingan, khususnya dalam bidang ekonomi.
Kondisi ini juga mengantar mahasiswa tidak lagi bergantung kepada panggilan lamaran dari perusahaan karena mereka telah memiliki usaha yang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Menurutnya, untuk tahap awal, usaha yang dijalankan mungkin saja berskala kecil atau menengah. Akan tetapi, karena memiliki semangat entrepreneurship berupa keinginan maju dan jiwa inovasi yang tinggi, usaha itu dapat berubah menjadi skala besar.
Contoh nyata, usaha alat musik tradisional yang dirintisnya. Kendati pada awalnya dipandang sebelah mata dan harus mengalami jatuh bangun, saat ini Ikrar sudah mampu meraup omzet Rp250 juta per bulan dengan mengandalkan sumber daya manusia lokal.
Sementara itu, Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Perguruan Tinggi (PT) Bakorda Sulsel terus menyebarkan virus kewirausahaan di kalangan mahasiswa.
Ketua HIPMI PT Sulsel Zainal Abidin berharap, kehadiran Hipmi PT dapat mencetak para wiraswasta dengan program akselerasi. Sepanjang Januari hingga Februari 2012 yang merupakan bulan kebangkitan kewirausahaan, secara maraton Hipmi PT Sulsel berkomitmen akan menggelar kegiatan di sejumlah kampus di Makassar.
Kegiatan ini menghadirkan pengusaha-pengusaha sukses sebagai pembicara untuk berbagi kisah dalam merintis sebuah usaha serta memberikan suntikan motivasi bagi para peserta. Misalnya menghadirkan pemilik bakso Qalbu, Hj Zakiyah, sebagai salah seorang pembicara. (ank)
Pengangguran ini merupakan lulusan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang setiap tahun terus bertambah. Sementara lapangan kerja yang tersedia tidak berbanding dengan alumni perguruan tinggi yang ditelurkan.
Pemenang Wirausaha Muda Mandiri asal Sulsel, Ikrar Mallarangeng, mengatakan, saat ini jiwa entrepreneurship di kalangan mahasiswa bisa dibilang masih lemah. Karena itu, kondisi ini harus ditangani secara strategis dan bersifat holistis atau memuat seluruh aspek teoritis serta praktis.
Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar dengan mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menjadi seorang entrepreneur. Mahasiswa tidak lagi mengandalkan kesempatan yang datang kepada dirinya, tetapi menciptakan sendiri kesempatan maju dan berkarya.
“Sayang juga kalau energi yang dimiliki teman-teman hanya digunakan seperti itu (mengamen). Yang jelas harus yakin dan berani berjuang, pasti bisa,” ungkap lelaki asal Kabupaten Maros ini.
Entrepreneurship untuk mahasiswa bertujuan membangun jiwa kemandirian. Mahasiswa diarahkan untuk berkreasi dengan merintis usaha sejak di bangku kuliah. Dalam proses perintisan tersebut, tentu ada proses belajar secara nyata. Berbagai pengalaman dalam mengelola usaha yang dirintis sangat dibutuhkan setelah lulus dari kampus nanti. Mereka akan lebih siap menghadapi persaingan, khususnya dalam bidang ekonomi.
Kondisi ini juga mengantar mahasiswa tidak lagi bergantung kepada panggilan lamaran dari perusahaan karena mereka telah memiliki usaha yang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Menurutnya, untuk tahap awal, usaha yang dijalankan mungkin saja berskala kecil atau menengah. Akan tetapi, karena memiliki semangat entrepreneurship berupa keinginan maju dan jiwa inovasi yang tinggi, usaha itu dapat berubah menjadi skala besar.
Contoh nyata, usaha alat musik tradisional yang dirintisnya. Kendati pada awalnya dipandang sebelah mata dan harus mengalami jatuh bangun, saat ini Ikrar sudah mampu meraup omzet Rp250 juta per bulan dengan mengandalkan sumber daya manusia lokal.
Sementara itu, Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Perguruan Tinggi (PT) Bakorda Sulsel terus menyebarkan virus kewirausahaan di kalangan mahasiswa.
Ketua HIPMI PT Sulsel Zainal Abidin berharap, kehadiran Hipmi PT dapat mencetak para wiraswasta dengan program akselerasi. Sepanjang Januari hingga Februari 2012 yang merupakan bulan kebangkitan kewirausahaan, secara maraton Hipmi PT Sulsel berkomitmen akan menggelar kegiatan di sejumlah kampus di Makassar.
Kegiatan ini menghadirkan pengusaha-pengusaha sukses sebagai pembicara untuk berbagi kisah dalam merintis sebuah usaha serta memberikan suntikan motivasi bagi para peserta. Misalnya menghadirkan pemilik bakso Qalbu, Hj Zakiyah, sebagai salah seorang pembicara. (ank)
()