Laba BCA-BNI tumbuh dua digit
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatatkan laba bersih (unaudited) yang tumbuh signifikan pada 2011. Laba bersih BNI pada 2011 naik 28 persen menjadi Rp5,69 triliun dibandingkan 2010 Rp4,1 triliun.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan laba bersih sepanjang 2011 sebesar Rp10,2 triliun atau naik 18 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp8,37 triliun.
Berdasarkan Laporan Keuangan Perbankan yang dipublikasikan pada situs Bank Indonesia (BI), kenaikan laba bersih BNI ditopang pendapatan operasional selain bunga BNI dari Rp4,53 triliun pada 2010 menjadi Rp6,57 triliun pada 2011.Sementara itu,pendapatan bunga bersih menjadi Rp12,35 triliun pada 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp11,39 triliun.
Laba nonoperasional BNI pada 2011 naik menjadi Rp6,9 triliun dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp5,6 triliun. Adapun laba nonoperasional BNI turun menjadi Rp214 miliar dibandingkan pada 2010 yang mencapai Rp278 miliar. Sepanjang 2011, total kredit yang disalurkan BNI mencapai Rp158,16 triliun, lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit di 2010 yang sebesar Rp133,22 triliun.
Dengan demikian, total aset BNI per akhir 2011 mencapai Rp289,45 triliun, naik tipis dari akhir 2010 yang mencapai sebesar Rp241,40 triliun. Sekretaris Perusahaan BNI Tribuana Tungga Dewi tidak berkomentar banyak terkait kinerja perseroan. “Tunggu besok, ya,” ujar Tribuana lewat pesan singkat kemarin. Laba bersih BCA sepanjang 2011 ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang tercatat sebesar Rp16,87 triliun, naik 20 persen dari sebelumnya Rp13,48 triliun pada akhir 2010.
Adapun pendapatan operasional selain bunga mencapai Rp7,99 triliun, sedangkan laba operasional menjadi Rp12,34 triliun, naik dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp10,31 triliun. Selain pertumbuhan laba, total kredit yang disalurkan BCA mencapai Rp202,26 triliun, naik 50 persen dibandingkan penyaluran kredit pada 2011 sebesar Rp154 triliun. Dan total aset BCA per akhir 2011 mencapai Rp378,6 triliun, naik tipis dari akhir 2010 yang mencapai Rp323,34 triliun.
Sementara itu, sepanjang 2011 PT Federal International Finance (FIF) mengalami penurunan laba bersih sebesar delapan persen menjadi Rp1,079 triliun dibandingkan dengan 2010 senilai Rp1,174 triliun. Presiden Direktur FIF Suhartono mengatakan, penurunan laba bersih disebabkan naiknya beban pendapatan sebesar 20 persen dari Rp2,97 triliun pada 2010 menjadi Rp3,56 triliun pada 2011.
“Kenaikan beban tersebut berasal dari kenaikan belanja operasional meliputi penyesuaian kesejahteraan karyawan, seperti gaji dan ekspansi jaringan perusahaan,” ujar Suhartono dalam siaran persnya kemarin.
Menurut Suhartono, dari sisi pendapatan, pada 2011 pendapatan FIF naik 10 persen dari Rp4,53 triliun pada 2010 menjadi Rp4,98 triliun.“Untuk nonperforming loan(NPL),kami berhasil mencapai angka 1,43 persen. Pencapaian tersebut merupakan yang terbaik sepanjang lima tahun terakhir,” katanya.
Sampai dengan Desember 2011, kata dia, FIF mengelola piutang pembiayaan konsumen bersihnya setelah dikurangi porsi joint finance, bunga, dan cadangan kerugian piutang (provisi) senilai Rp15,85 triliun, atau naik 39 persen dari tahun lalu yang senilai Rp11,41 triliun. Hal itu, kata Suhartono, didukung dengan pembiayaan sepanjang 2011 senilai Rp20,1 triliun atau meningkat 22 persen dari 2010 yang sebesar Rp16,4 triliun.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan laba bersih sepanjang 2011 sebesar Rp10,2 triliun atau naik 18 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp8,37 triliun.
Berdasarkan Laporan Keuangan Perbankan yang dipublikasikan pada situs Bank Indonesia (BI), kenaikan laba bersih BNI ditopang pendapatan operasional selain bunga BNI dari Rp4,53 triliun pada 2010 menjadi Rp6,57 triliun pada 2011.Sementara itu,pendapatan bunga bersih menjadi Rp12,35 triliun pada 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp11,39 triliun.
Laba nonoperasional BNI pada 2011 naik menjadi Rp6,9 triliun dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp5,6 triliun. Adapun laba nonoperasional BNI turun menjadi Rp214 miliar dibandingkan pada 2010 yang mencapai Rp278 miliar. Sepanjang 2011, total kredit yang disalurkan BNI mencapai Rp158,16 triliun, lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit di 2010 yang sebesar Rp133,22 triliun.
Dengan demikian, total aset BNI per akhir 2011 mencapai Rp289,45 triliun, naik tipis dari akhir 2010 yang mencapai sebesar Rp241,40 triliun. Sekretaris Perusahaan BNI Tribuana Tungga Dewi tidak berkomentar banyak terkait kinerja perseroan. “Tunggu besok, ya,” ujar Tribuana lewat pesan singkat kemarin. Laba bersih BCA sepanjang 2011 ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang tercatat sebesar Rp16,87 triliun, naik 20 persen dari sebelumnya Rp13,48 triliun pada akhir 2010.
Adapun pendapatan operasional selain bunga mencapai Rp7,99 triliun, sedangkan laba operasional menjadi Rp12,34 triliun, naik dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp10,31 triliun. Selain pertumbuhan laba, total kredit yang disalurkan BCA mencapai Rp202,26 triliun, naik 50 persen dibandingkan penyaluran kredit pada 2011 sebesar Rp154 triliun. Dan total aset BCA per akhir 2011 mencapai Rp378,6 triliun, naik tipis dari akhir 2010 yang mencapai Rp323,34 triliun.
Sementara itu, sepanjang 2011 PT Federal International Finance (FIF) mengalami penurunan laba bersih sebesar delapan persen menjadi Rp1,079 triliun dibandingkan dengan 2010 senilai Rp1,174 triliun. Presiden Direktur FIF Suhartono mengatakan, penurunan laba bersih disebabkan naiknya beban pendapatan sebesar 20 persen dari Rp2,97 triliun pada 2010 menjadi Rp3,56 triliun pada 2011.
“Kenaikan beban tersebut berasal dari kenaikan belanja operasional meliputi penyesuaian kesejahteraan karyawan, seperti gaji dan ekspansi jaringan perusahaan,” ujar Suhartono dalam siaran persnya kemarin.
Menurut Suhartono, dari sisi pendapatan, pada 2011 pendapatan FIF naik 10 persen dari Rp4,53 triliun pada 2010 menjadi Rp4,98 triliun.“Untuk nonperforming loan(NPL),kami berhasil mencapai angka 1,43 persen. Pencapaian tersebut merupakan yang terbaik sepanjang lima tahun terakhir,” katanya.
Sampai dengan Desember 2011, kata dia, FIF mengelola piutang pembiayaan konsumen bersihnya setelah dikurangi porsi joint finance, bunga, dan cadangan kerugian piutang (provisi) senilai Rp15,85 triliun, atau naik 39 persen dari tahun lalu yang senilai Rp11,41 triliun. Hal itu, kata Suhartono, didukung dengan pembiayaan sepanjang 2011 senilai Rp20,1 triliun atau meningkat 22 persen dari 2010 yang sebesar Rp16,4 triliun.
()