TKI pemasok devisa terbesar kedua setelah migas
A
A
A
Sindonews.com - Strategi pembangunan ekonomi dan investasi di Indonesia, yang mengejar pertumbuhan ekonomi berbasis modal, ternyata belum mampu mengatasi masalah kesempatan kerja, pengangguran dan kemiskinan.
Hal ini antara lain karena Indonesia adalah negara yang perekonomiannya memiliki kelebihan tenaga kerja, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak serta merta berdampak secara signifikan mengatasi pengangguran dan kemiskinan.
Sementara itu, animo Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja di luar negeri sebagai solusi dari terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri terus meningkat dari tahun ketahun, namun peningkatan layanan dan penempatannya masih menemui permasalahan.
"Meningkatnya jumlah TKI untuk bekerja di luar negeri memang berkait erat dengan keberhasilan para TKI dalam bekerja di luar negeri," ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang tenaga kerja, pendidikan dan Kesehatan, James T Riyadi dalam acara seminar Revisi UU No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Rabu (29/2/2012).
Dari sekian banyak TKI, kata James, yang bekerja di luar negeri rata-rata pendidikan tertinggi masih setingkat SLTA. Kondisi demikian menjadikan TKI kurang bisa memberikan daya tawar kepada majikan atau perusahaan yang memperkerjakannya.
Hal tersebut, lanjut dia, dikarenakan keterbatasan pengetahuan, terutama yang menyangkut tata kerja dan budaya masyarakat setempat serta peraturan yang berlaku. Lebih lanjut ia mengatakan, penempatan TKI di luar negeri memang menjadi alternatif untuk memberi pekerjaan kepada warga negara Indonesia (WNI).
"TKI di luar negeri telah menjadi pemasok devisa terbesar kedua setelah migas, yang mencapai Rp60 triliun (USD6,615 miliar) hingga akhir tahun 2009 dan Bank Dunia memperkirakan tenaga kerja Indonesia membawa remitansi sedikitnya USD7,1 miliar pada 2010," tambahnya.
Untuk Asia, sambung dia, Indonesia merupakan salah satu negara pengirim tenaga kerja terbesar bersama dengan Filipina dan Srilanka.
Hal ini antara lain karena Indonesia adalah negara yang perekonomiannya memiliki kelebihan tenaga kerja, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak serta merta berdampak secara signifikan mengatasi pengangguran dan kemiskinan.
Sementara itu, animo Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja di luar negeri sebagai solusi dari terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri terus meningkat dari tahun ketahun, namun peningkatan layanan dan penempatannya masih menemui permasalahan.
"Meningkatnya jumlah TKI untuk bekerja di luar negeri memang berkait erat dengan keberhasilan para TKI dalam bekerja di luar negeri," ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang tenaga kerja, pendidikan dan Kesehatan, James T Riyadi dalam acara seminar Revisi UU No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Rabu (29/2/2012).
Dari sekian banyak TKI, kata James, yang bekerja di luar negeri rata-rata pendidikan tertinggi masih setingkat SLTA. Kondisi demikian menjadikan TKI kurang bisa memberikan daya tawar kepada majikan atau perusahaan yang memperkerjakannya.
Hal tersebut, lanjut dia, dikarenakan keterbatasan pengetahuan, terutama yang menyangkut tata kerja dan budaya masyarakat setempat serta peraturan yang berlaku. Lebih lanjut ia mengatakan, penempatan TKI di luar negeri memang menjadi alternatif untuk memberi pekerjaan kepada warga negara Indonesia (WNI).
"TKI di luar negeri telah menjadi pemasok devisa terbesar kedua setelah migas, yang mencapai Rp60 triliun (USD6,615 miliar) hingga akhir tahun 2009 dan Bank Dunia memperkirakan tenaga kerja Indonesia membawa remitansi sedikitnya USD7,1 miliar pada 2010," tambahnya.
Untuk Asia, sambung dia, Indonesia merupakan salah satu negara pengirim tenaga kerja terbesar bersama dengan Filipina dan Srilanka.
()