BP Migas: Cadangan minyak RI kian tipis
A
A
A
Sindonews.com - Dari tahun ke tahun produksi minyak Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 1995. Bahkan, Indonesia yang tadinya termasuk negara pengekspor minyak, kini justru terbalik menjadi pengimpor minyak. Bukan lantaran tidak ada usaha untuk meningkatkan produksi, namun memang cadangan minyaknya yang kian menipis.
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas, Gde Pradnyana menyatakan, secara realistis Indonesia sedang berada di tahun penurunan produksi. Hal tersebut dimungkinkan karena sesuai dengan siklus yang terjadi secara tahun ke tahun.
"Secara realistis kita sedang berada di tahun penurunan produksi. Karena sebelumnya kita sudah mencapai puncaknya saat lapangan migas mencapai produksi sebesar 1,6 juta barel per hari (bph) pada tahun 1977. Setelah itu turun dan kemudian kita menemukan lapangan duri tahun 1995 dengan produksinya sebesar 1,6 juta bph juga dan kemudian turun juga sampai sekarang," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (29/2/2012).
Kondisi tersebut, lanjutnya, sudah diupayakan dengan mencoba mencari lapangan-lapangan baru. "Kita menemukan 15 lapangan baru, tetapi 12 lapangan tersebut malah berproduksi gas. Jadi memang kita masih dalam penurunan produksi sehingga tiap tahun berpotensi penurunan sebesar 12 persen per tahun," jelasnya.
Saat ini, terang Gde, BP Migas terus mencoba mencari solusi, misalnya dengan melakukan pengeboran dan eksplorasi secara terus menerus untuk mendapatkan minyak yang dapat mengurangi penurunan agar tidak terlalu signifikan.
"Kami bisa meminimalisir angka penurunan tersebut menjadi tiga persen. Dan semoga Cepu dapat beroperasi di 2014, produksinya kan 165 ribu bph. Jadi kita harapkan produksi kita naik lagi," pungkasnya.
Terkait Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP), dalam perhitungannya, dimasukkan asumsi makro untuk lifting minyak tersebut sebesar 905-910 bph, sehingga dapat menjawab pertanyaan DPR mengenai angka realistis asumsi makro untuk lifting. (bro)
()