Ekspor Sulsel Januari melorot 24,44%
A
A
A
Sindonews.com - Dipicu menurunnya nilai ekspor tujuh komoditas utama, menyebabkan ekspor Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Januari lalu mengalami kemerosotan sebesar 24,22 persen dibandingkan bulan Desember 2011 dengan nilai mencapai USD81,64 juta.
"Ketujuh komoditas tersebut adalah nikel, ikan, udang dan kepiting, kayu dan barang kayu dan biji-bijian berminyak, garam, belerang, kapur, semen, karet dan barang karet. Sehingga pada Januari lalu total ekspor Sulsel sebanyak USD81,64 juta. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding ekspor di bulan Desember 2011 lalu, sebesar USD108,05 juta," jelas Kepala BPS Sulsel Bambang Pramono, Kamis (1/3/2012).
Namun menurut dia, nilai ekspor Januari 2012 tersebut lebih besar jika dibandingkan ekspor diperiode yang sama tahun 2011 lalu. "Januari tahun 2011, nilai ekspor Sulsel sebanyak USD59,25 juta. Peningkatannya mencapai 37,79 persen," katanya.
Bambang mengatakan, ada lima kelompok komoditas yang mengalami peningkatan ekspor. Seperti daging, ikan olahan serta olahan makanan hewan. "Termasuk kelompok kakao mengalami peningkatan," paparnya.
Lima negara yang memberikan nilai ekspor terbesar adalah Jepang sebanyak USD40,40 juta, Malaysia dengan nilai ekspor USD13,25 juta. "Amerika dengan nilai ekspor USD6,82 juta, China sebesar USD5,59 juta, Korea Selatan RpUSD3,38 juta," jelasnya.
Menurut dia, kontribusi kelima negara tersebut mencapai USD69,45 juta atau sebesar 85,07 persen dari total ekspor Sulsel. "Selama Januari 2012, ekspor dari sepuluh komoditas memberikan kontribusi 96,64 persen terhadap total ekspor Sulsel. Sedangkan peranan komoditas lainnya sebesar 3,36 persen," sebutnya.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulsel Achmad Habib mengaku, banyak faktor turunnya ekspor Sulsel di bulan Januari lalu. “Bisa jadi karena cuaca buruk diakhir tahun lalu,” paparnya.
Namun untuk memastikan penurunan tersebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan eksportir. Termasuk sejumlah asosiasi pengusaha. “Kami akan minta masukan ke pengusaha dimana letak masalahnya. Sehingga ekspor beberapa komoditas menurun,” ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Pengusaha Tambak Sulsel Andi Thamsil mengungkapkan, jumlah produksi udang Sulsel terus mengalami penurunan. “Tahun 2010 lalu, produksi udang kita sekitar 17 ribu ton,” sebutnya.
Namun pada tahun 2011, jumlahnya menurun menjadi 14 ribu ton. Dia mengatakan, seharusnya tahun 2012 ini produksi udang Sulsel sebanyak 25 ribu ton. “Karena sesuai dengan target pemerintah, tahun 2013 nanti sebanyak 30 ribu ton,” katanya.
Menurutnya, dengan adanya penurunan tersebut, seharusnya pemerintah sesegera mungkin mencari akar masalahnya. “Kalau tidak segera ditangani, makin besar masalahnya,” jelasnya.
Thamsil mencontohkan, banyak udang asal Sulsel yang diantarpulaukan. Kemudian diekspor melalui pelabuhan Bali dan Surabaya. “Tentu akan muncul pertanyaan, kenapa di ekspor di luar Sulsel,” tegasnya.
Bisa jadi menurut dia, ada kelebihan yang diperoleh eksportir jika mengirim melalui pelabuhan lain. “Ini seharusnya jadi pekerjaan rumah pemerintah untuk menyelesaikannya,” pungkasnya. (ank)
"Ketujuh komoditas tersebut adalah nikel, ikan, udang dan kepiting, kayu dan barang kayu dan biji-bijian berminyak, garam, belerang, kapur, semen, karet dan barang karet. Sehingga pada Januari lalu total ekspor Sulsel sebanyak USD81,64 juta. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding ekspor di bulan Desember 2011 lalu, sebesar USD108,05 juta," jelas Kepala BPS Sulsel Bambang Pramono, Kamis (1/3/2012).
Namun menurut dia, nilai ekspor Januari 2012 tersebut lebih besar jika dibandingkan ekspor diperiode yang sama tahun 2011 lalu. "Januari tahun 2011, nilai ekspor Sulsel sebanyak USD59,25 juta. Peningkatannya mencapai 37,79 persen," katanya.
Bambang mengatakan, ada lima kelompok komoditas yang mengalami peningkatan ekspor. Seperti daging, ikan olahan serta olahan makanan hewan. "Termasuk kelompok kakao mengalami peningkatan," paparnya.
Lima negara yang memberikan nilai ekspor terbesar adalah Jepang sebanyak USD40,40 juta, Malaysia dengan nilai ekspor USD13,25 juta. "Amerika dengan nilai ekspor USD6,82 juta, China sebesar USD5,59 juta, Korea Selatan RpUSD3,38 juta," jelasnya.
Menurut dia, kontribusi kelima negara tersebut mencapai USD69,45 juta atau sebesar 85,07 persen dari total ekspor Sulsel. "Selama Januari 2012, ekspor dari sepuluh komoditas memberikan kontribusi 96,64 persen terhadap total ekspor Sulsel. Sedangkan peranan komoditas lainnya sebesar 3,36 persen," sebutnya.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulsel Achmad Habib mengaku, banyak faktor turunnya ekspor Sulsel di bulan Januari lalu. “Bisa jadi karena cuaca buruk diakhir tahun lalu,” paparnya.
Namun untuk memastikan penurunan tersebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan eksportir. Termasuk sejumlah asosiasi pengusaha. “Kami akan minta masukan ke pengusaha dimana letak masalahnya. Sehingga ekspor beberapa komoditas menurun,” ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Pengusaha Tambak Sulsel Andi Thamsil mengungkapkan, jumlah produksi udang Sulsel terus mengalami penurunan. “Tahun 2010 lalu, produksi udang kita sekitar 17 ribu ton,” sebutnya.
Namun pada tahun 2011, jumlahnya menurun menjadi 14 ribu ton. Dia mengatakan, seharusnya tahun 2012 ini produksi udang Sulsel sebanyak 25 ribu ton. “Karena sesuai dengan target pemerintah, tahun 2013 nanti sebanyak 30 ribu ton,” katanya.
Menurutnya, dengan adanya penurunan tersebut, seharusnya pemerintah sesegera mungkin mencari akar masalahnya. “Kalau tidak segera ditangani, makin besar masalahnya,” jelasnya.
Thamsil mencontohkan, banyak udang asal Sulsel yang diantarpulaukan. Kemudian diekspor melalui pelabuhan Bali dan Surabaya. “Tentu akan muncul pertanyaan, kenapa di ekspor di luar Sulsel,” tegasnya.
Bisa jadi menurut dia, ada kelebihan yang diperoleh eksportir jika mengirim melalui pelabuhan lain. “Ini seharusnya jadi pekerjaan rumah pemerintah untuk menyelesaikannya,” pungkasnya. (ank)
()