Ekspor RI terhantam krisis global
A
A
A
Sindonews.com - Pertumbuhan ekspor Indonesia di awal tahun 2012 mengalami pelemahan sebagai akibat dampak krisis global. Pelemahan ekspor ini terjadi sejak Oktober 2011 lalu.
“Pelemahan ini menunjukkan dampak krisis yang terjadi di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) mulai berimbas terhadap ekspor Indonesia,” kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Jakarta, Kamis (1/3/2012)
Dicontohkan pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke RRT di bulan Januari 2012 melemah dari 151 peren menjadi hanya 17 persen, sementara ekspor ke Korea Selatan mengalami pertumbuhan negatif minus 17 persen dari sebelumnya meningkat 208 persen. Selain itu, dampak krisis global terhadap melemahnya kinerja ekspor selama beberapa bulan terakhir ini juga dapat dilihat dari pertumbuhannya.
Pertumbuhan ekspor bulan Januari 2012 menurun signifikan dari 25 persen pada bulan Januari 2011 menjadi hanya 6,1 persen. “Apabila dilihat dari pergerakannya cenderung menuju ke arah yang menurun, dari 33 persen menjadi 27 persen,” paparnya.
Imbas dampak negatif ini tidak hanya menimpa Indonesia, namun juga menimpa negara-negara pesaing Indonesia, seperti RRT dan Korea Selatan. Ekspor dari RRT ke dunia di bulan Januari 2012 mengalami penurunan 0,5 persen, sementara ekspor Korea Selatan turun 7,0 persen. “Penurunan tersebut akan memberikan efek domino terhadap negara lain melalui perdagangan termasuk Indonesia,” jelas Bayu.
Meski pertumbuhan ekspor mengalami pelemahan namun ekspor Indonesia periode Januari 2012 mencapai USD15,5 miliar, meningkat 6,1 persen dibanding Januari 2011. Peningkatan ekspor ini didorong oleh kenaikan ekspor sektor migas sebesar 13,7 persen dan sektor non-migas sebesar 4,4 persen.
Kinerja ekspor non-migas Januari 2012 membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Surplus total perdagangan Januari 2012 mencapai USD920 juta, terdiri dari surplus non-migas sebesar USD920 juta, dan defisit migas sebesar USD10 juta. “Defisit neraca perdagangan migas di bulan Januari 2012 dipicu oleh meningkatnya harga minyak dunia akibat krisis politik di beberapa negara produsen minyak di Timur Tengah,” jelas Bayu.
Menurutnya, produk ekspor non-migas Indonesia di tahun 2011 semakin beragam. Hal ini dapat dilihat dari peran 10 produk utama Indonesia yang semakin mengecil dari tahun sebelumnya menjadi 45,8 persen. Meskipun demikian, nilai ekspor 10 produk utama pada tahun 2011 mengalami kenaikan, kecuali Kakao. Ini mengindikasikan dampak positif dari strategi pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri melalui kebijakan Bea Keluar dimana volume ekspor Kakao Olahan naik sebesar 109,3 persen sedangkan volume Biji Kakao turun 51,4 persen.
Pada tahun yang sama, produk Karet, Alas kaki dan Otomotif mengalami pertumbuhan signifikan baik dari segi volume maupun nilai ekspor. Sementara beberapa produk seperti Sawit, Karet, Kopi, TPT tumbuh didorong oleh kenaikan harga di pasar internasional.
Ekspor non-migas Indonesia selama bulan Januari 2012 masih tetap didominasi oleh sektor industri, meskipun pertumbuhannya melambat hanya mencapai 2,1 persen. Sebaliknya, sektor pertambangan justru mengalami peningkatan yang pesat sebesar 14,8 persen, tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Peran pasar Top-5 (Jepang, RRT, AS, Singapura dan Malaysia) mengalami penurunan pada bulan Januari 2012 menjadi 41,9 persen, di atas target Renstra Kementerian Perdagangan 2010-2014 yang berkisar 43-47 persen.
India berhasil menggeser posisi Singapura, menempati peringkat keempat sebagai pasar utama ekspor non-migas Indonesia. Ekspor non-migas ke beberapa pasar non-tradisional mengalami peningkatan signifikan, terutama ke Afrika dan Amerika Tengah yang tumbuh masing-masing sebesar 25,9 persen dan 21,7 persen.
“Pelemahan ini menunjukkan dampak krisis yang terjadi di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) mulai berimbas terhadap ekspor Indonesia,” kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Jakarta, Kamis (1/3/2012)
Dicontohkan pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke RRT di bulan Januari 2012 melemah dari 151 peren menjadi hanya 17 persen, sementara ekspor ke Korea Selatan mengalami pertumbuhan negatif minus 17 persen dari sebelumnya meningkat 208 persen. Selain itu, dampak krisis global terhadap melemahnya kinerja ekspor selama beberapa bulan terakhir ini juga dapat dilihat dari pertumbuhannya.
Pertumbuhan ekspor bulan Januari 2012 menurun signifikan dari 25 persen pada bulan Januari 2011 menjadi hanya 6,1 persen. “Apabila dilihat dari pergerakannya cenderung menuju ke arah yang menurun, dari 33 persen menjadi 27 persen,” paparnya.
Imbas dampak negatif ini tidak hanya menimpa Indonesia, namun juga menimpa negara-negara pesaing Indonesia, seperti RRT dan Korea Selatan. Ekspor dari RRT ke dunia di bulan Januari 2012 mengalami penurunan 0,5 persen, sementara ekspor Korea Selatan turun 7,0 persen. “Penurunan tersebut akan memberikan efek domino terhadap negara lain melalui perdagangan termasuk Indonesia,” jelas Bayu.
Meski pertumbuhan ekspor mengalami pelemahan namun ekspor Indonesia periode Januari 2012 mencapai USD15,5 miliar, meningkat 6,1 persen dibanding Januari 2011. Peningkatan ekspor ini didorong oleh kenaikan ekspor sektor migas sebesar 13,7 persen dan sektor non-migas sebesar 4,4 persen.
Kinerja ekspor non-migas Januari 2012 membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Surplus total perdagangan Januari 2012 mencapai USD920 juta, terdiri dari surplus non-migas sebesar USD920 juta, dan defisit migas sebesar USD10 juta. “Defisit neraca perdagangan migas di bulan Januari 2012 dipicu oleh meningkatnya harga minyak dunia akibat krisis politik di beberapa negara produsen minyak di Timur Tengah,” jelas Bayu.
Menurutnya, produk ekspor non-migas Indonesia di tahun 2011 semakin beragam. Hal ini dapat dilihat dari peran 10 produk utama Indonesia yang semakin mengecil dari tahun sebelumnya menjadi 45,8 persen. Meskipun demikian, nilai ekspor 10 produk utama pada tahun 2011 mengalami kenaikan, kecuali Kakao. Ini mengindikasikan dampak positif dari strategi pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri melalui kebijakan Bea Keluar dimana volume ekspor Kakao Olahan naik sebesar 109,3 persen sedangkan volume Biji Kakao turun 51,4 persen.
Pada tahun yang sama, produk Karet, Alas kaki dan Otomotif mengalami pertumbuhan signifikan baik dari segi volume maupun nilai ekspor. Sementara beberapa produk seperti Sawit, Karet, Kopi, TPT tumbuh didorong oleh kenaikan harga di pasar internasional.
Ekspor non-migas Indonesia selama bulan Januari 2012 masih tetap didominasi oleh sektor industri, meskipun pertumbuhannya melambat hanya mencapai 2,1 persen. Sebaliknya, sektor pertambangan justru mengalami peningkatan yang pesat sebesar 14,8 persen, tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Peran pasar Top-5 (Jepang, RRT, AS, Singapura dan Malaysia) mengalami penurunan pada bulan Januari 2012 menjadi 41,9 persen, di atas target Renstra Kementerian Perdagangan 2010-2014 yang berkisar 43-47 persen.
India berhasil menggeser posisi Singapura, menempati peringkat keempat sebagai pasar utama ekspor non-migas Indonesia. Ekspor non-migas ke beberapa pasar non-tradisional mengalami peningkatan signifikan, terutama ke Afrika dan Amerika Tengah yang tumbuh masing-masing sebesar 25,9 persen dan 21,7 persen.
()