Pertamina tunjuk 3 underwriter
A
A
A
Sindonews.com - PT Pertamina Persero menunjuk tiga penjamin emisi (underwriter) asing untuk menerbitkan obligasi global (global bond) pada tahun ini. Ketiga underwriter asing tersebut yakni Citi Group, HSBC, dan Barclays Capital.
Direktur Utama Pertamina Persero Karen Agustiawan mengatakan, ketiga underwriter masih mengkaji nilai maupun waktu penerbitan obligasi global. Di samping itu, perseroan akan memperhatikan kondisi pasar saat ini untuk menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan aksi korporasi.
Karen menjelaskan, perseroan hanya akan menyebutkan nilai dan waktu pelaksanaan penerbitan obligasi global tepat pada waktunya. Pasalnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas (migas) ini ingin memperoleh harga yang maksimal. “Kalau kita buka sekarang, nanti dapat murah,” ujarnya di Jakarta kemarin.
Sementara, lanjut dia, perseroan pada tahun lalu telah menerbitkan obligasi global senilai USD1 miliar. Kupon dari obligasi global pada tahun lalu sebesar 5,25 persen dan imbal hasil (yield) 5,5 persen dengan tenor selama 10 tahun.
Joint lead underwriters(JLU) obligasi global tahun lalu adalah Citi Group, Credit Suisse, dan HSBC. Obligasi Global Pertamina pada tahun lalu dicatatkan di bursa efek Singapura. Obligasi global tersebut mendapat peringkat BB+ dengan prospek positif dari Fitch Ratings dan Moody’s. Selain itu, juga mendapat peringkat Ba1 dengan prospek stabil dari Standars & Poors.
Karen menambahkan, adapun dana hasil penerbitan obligasi global yang akan diterbitkan tahun ini akan digunakan perseroan untuk pengembangan industri hulu maupun hilir. Perseroan pada tahun ini menyiapkan investasi sebesar Rp52,8 triliun, dengan komposisi 80 persen dialokasikan untuk bisnis hulu dan sisanya 20 persen untuk pengembangan di hilir.
Dana tersebut untuk pengembangan usaha perseroan, yang merupakan bagian dari program Masterplan Percepatan Pembangunan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk membangun infrastruktur di seluruh Indonesia.
Dia juga menjelaskan, sumber pendanaan investasi mayoritas berasal dari eksternal perusahaan mencapai 80 persen. Sedangkan, 20 persen berasal dari kas internal perusahaan. Proyek utama perseroan pada tahun ini di antaranya pembangunan floating storage regassification unit (FSRU) di Jawa Barat.
Direktur Utama PT Penilai Harga Efek Indonesia Ignatius Girendroheru menilai, meski masih dibayangi oleh krisis di Eropa dan pelambatan ekonomi di dunia, kondisi perekonomian yang masih baik akan menyebabkan obligasi dalam negeri tumbuh.
Menurutnya, penerbitan obligasi korporasi diperkirakan juga akan marak seiring makin besarnya kebutuhan korporasi, terutama sektor perbankan dan pembiayaan sebagai salah satu instrumen memperoleh dana segar.
Di samping itu, lanjut dia, menerbitkan obligasi lebih murah daripada pinjaman perbankan, sehingga nilai emisi obligasi pada tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun lalu mencapai Rp45,08 triliun. (ank)
Direktur Utama Pertamina Persero Karen Agustiawan mengatakan, ketiga underwriter masih mengkaji nilai maupun waktu penerbitan obligasi global. Di samping itu, perseroan akan memperhatikan kondisi pasar saat ini untuk menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan aksi korporasi.
Karen menjelaskan, perseroan hanya akan menyebutkan nilai dan waktu pelaksanaan penerbitan obligasi global tepat pada waktunya. Pasalnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas (migas) ini ingin memperoleh harga yang maksimal. “Kalau kita buka sekarang, nanti dapat murah,” ujarnya di Jakarta kemarin.
Sementara, lanjut dia, perseroan pada tahun lalu telah menerbitkan obligasi global senilai USD1 miliar. Kupon dari obligasi global pada tahun lalu sebesar 5,25 persen dan imbal hasil (yield) 5,5 persen dengan tenor selama 10 tahun.
Joint lead underwriters(JLU) obligasi global tahun lalu adalah Citi Group, Credit Suisse, dan HSBC. Obligasi Global Pertamina pada tahun lalu dicatatkan di bursa efek Singapura. Obligasi global tersebut mendapat peringkat BB+ dengan prospek positif dari Fitch Ratings dan Moody’s. Selain itu, juga mendapat peringkat Ba1 dengan prospek stabil dari Standars & Poors.
Karen menambahkan, adapun dana hasil penerbitan obligasi global yang akan diterbitkan tahun ini akan digunakan perseroan untuk pengembangan industri hulu maupun hilir. Perseroan pada tahun ini menyiapkan investasi sebesar Rp52,8 triliun, dengan komposisi 80 persen dialokasikan untuk bisnis hulu dan sisanya 20 persen untuk pengembangan di hilir.
Dana tersebut untuk pengembangan usaha perseroan, yang merupakan bagian dari program Masterplan Percepatan Pembangunan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk membangun infrastruktur di seluruh Indonesia.
Dia juga menjelaskan, sumber pendanaan investasi mayoritas berasal dari eksternal perusahaan mencapai 80 persen. Sedangkan, 20 persen berasal dari kas internal perusahaan. Proyek utama perseroan pada tahun ini di antaranya pembangunan floating storage regassification unit (FSRU) di Jawa Barat.
Direktur Utama PT Penilai Harga Efek Indonesia Ignatius Girendroheru menilai, meski masih dibayangi oleh krisis di Eropa dan pelambatan ekonomi di dunia, kondisi perekonomian yang masih baik akan menyebabkan obligasi dalam negeri tumbuh.
Menurutnya, penerbitan obligasi korporasi diperkirakan juga akan marak seiring makin besarnya kebutuhan korporasi, terutama sektor perbankan dan pembiayaan sebagai salah satu instrumen memperoleh dana segar.
Di samping itu, lanjut dia, menerbitkan obligasi lebih murah daripada pinjaman perbankan, sehingga nilai emisi obligasi pada tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun lalu mencapai Rp45,08 triliun. (ank)
()