Jabar antisipasi dampak kenaikan BBM
A
A
A
Sindonews.com - Rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada April mendatang, diprediksi akan menyebabkan inflasi di Jawa Barat (Jabar) hingga 3 persen. Sehingga pada akhir 2012, inflasi di Jabar menjadi 6 persen.
Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf mengungkapkan, prediksi inflasi mengacu pada kenaikan BBM 2008 yang mencapai 33, 3 persen. Hal itu berdampak pada kehidupan sosial seperti kemiskinan dan kenaikan harga barang.
"Ada memang dampak sosialnya, tetapi akan normal kembali. Kita harap dampaknya sekarang tidak terlalu lama dan bisa segera stabil kembali," kata Dede, usai rapat koordinasi antisipasi kenaikan bahan bakar minyak di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Jumat, kemarin.
Lanjut Dede, untuk mengantisipasi dampak kenaikan BBM itu Pemprov Jabar memiliki kelompok kerja (Pokja). Pokja ini tim bersama yang dibentuk Polda Jabar dan stakeholder. "Kita sudah ada pokja untuk mengantisipasi dampak kenaikan BBM," ungkapnya.
Pokja akan diperkuat SK Gubernur, melibatkan Asisten Perekonomian, Pertamina, Hiswana Migas, yang berwenang melakukan pemantauan, sosialisasi, kerjasama untuk melakukan operasi pasar.
"Kita jaga stock pangan, stock BBM, kebutuhan pokok masyarakat. Saat ini kondisinya masih aman, harga-harga belum ada kenaikan signifikan," katanya.
Selain itu, untuk Jabar stock BBM masih cukup selama 48 hari ke depan, begitu juga pangan cukup sampai 3 bulan.
Selain itu sosialisasi akan dilakukan kepada masyarakat supaya tidak terjadi kepanikan, antrean pembelian dan penimbunan. Untuk itu kepolisian sudah siap diterjunkan untuk menindak tegas spekulan atau penimbun-penimbun.
"Kita siap mengantisipasi. Pokoknya kita jaga inflasi di Jabar yang Kini masih di bawah tiga persen pertahun," tegasnya. (ank)
Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf mengungkapkan, prediksi inflasi mengacu pada kenaikan BBM 2008 yang mencapai 33, 3 persen. Hal itu berdampak pada kehidupan sosial seperti kemiskinan dan kenaikan harga barang.
"Ada memang dampak sosialnya, tetapi akan normal kembali. Kita harap dampaknya sekarang tidak terlalu lama dan bisa segera stabil kembali," kata Dede, usai rapat koordinasi antisipasi kenaikan bahan bakar minyak di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Jumat, kemarin.
Lanjut Dede, untuk mengantisipasi dampak kenaikan BBM itu Pemprov Jabar memiliki kelompok kerja (Pokja). Pokja ini tim bersama yang dibentuk Polda Jabar dan stakeholder. "Kita sudah ada pokja untuk mengantisipasi dampak kenaikan BBM," ungkapnya.
Pokja akan diperkuat SK Gubernur, melibatkan Asisten Perekonomian, Pertamina, Hiswana Migas, yang berwenang melakukan pemantauan, sosialisasi, kerjasama untuk melakukan operasi pasar.
"Kita jaga stock pangan, stock BBM, kebutuhan pokok masyarakat. Saat ini kondisinya masih aman, harga-harga belum ada kenaikan signifikan," katanya.
Selain itu, untuk Jabar stock BBM masih cukup selama 48 hari ke depan, begitu juga pangan cukup sampai 3 bulan.
Selain itu sosialisasi akan dilakukan kepada masyarakat supaya tidak terjadi kepanikan, antrean pembelian dan penimbunan. Untuk itu kepolisian sudah siap diterjunkan untuk menindak tegas spekulan atau penimbun-penimbun.
"Kita siap mengantisipasi. Pokoknya kita jaga inflasi di Jabar yang Kini masih di bawah tiga persen pertahun," tegasnya. (ank)
()