Bandung, tumbuh kreatif hingga mancanegara
A
A
A
Sindonews.com – Kota Bandung sebagai daerah industri kreatif tentu sudah dikenal banyak orang.Produk kreatif asal kota ini tidak hanya disukai konsumen lokal atau nasional, masyarakat internasional pun sudah mengakuinya.
Istilah industri kreatif sebenarnya mulai terdengar di telinga masyarakat Kota Bandung sekitar tahun 2000-an. Menjamurnya distro (distribution store)yang khas dengan desain karya anak Bandung asli merupakan salah satunya. Setelah itu, maraknya trademark kreatif asli Bandung seperti kuliner dan musik menambah pertumbuhan industri kreatif di kota ini. Pengamat ekonomi kreatif Universitas Padjadjaran (Unpad) Achuviarta Kartibi mengakui hal itu.
Menurut dia, awal mula industri kreatif di Kota Bandung sudah berlangsung jauh lebih lama dari ramainya istilah tersebut diperbincangkan. ”Ekonomi kreatif (ekraf) di Bandung sudah terasa sebelum tahun 2000, ditandai dengan julukan Paris Van Java sebagai ikon fesyen kreatif masa lalu,”ujarnya kepada SINDO. Akan tetapi, dia mengakui perkembangannya mulai progresif dan cepat semenjak adanya kesepakatan di Jepang pada 2005 lalu yang menyatakan Bandung potensial menjadi kota industri kreatif.
”Pengembangan ekraf identik dengan kondisi basis masyarakat yang konsumtif. Maka tepatlah Bandung dinyatakan kota kreatif, sebab potensial untuk menarik minat pelancong bahkan warganya berbelanja,”kata dia. Menurut dia, geliat industri fesyen dan kuliner didukung beberapa unsur fundamental yang dimiliki Bandung. Di antaranya banyak terdapat perguruan tinggi,basis masyarakat seni yang tinggi, wilayah pertanian yang menyuplai kebutuhan ekraf kuliner, serta infrastruktur tol Cipularang yang berperan besar mendongkrak kebutuhan transportasi ekraf.
Bicara ekraf di Kota Bandung saat ini memang identik dengan keberadaan distro. Achu mengatakan, distro,multimedia, game, grafiti, mural, dan banyak ekraf berbasis desain memang menjadi pilar pengembangan ekraf Kota Bandung. Selain itu, saat ini ekraf jadi agenda pemerintah kota hingga nasional. Di samping ekraf berbasis desain, kata Achu,musik indie dan tradisional menjadi ikon ekraf Bandung yang positif bersinergi dengan selera pasar.
”Semua bersinergi seiring pola konsumtif masyarakat,” tegasnya. Bahkan,Achu mengungkapkan, peran komunitas kreatif nonprofit yang juga menjamur membantu perkembangan industri kreatif ini. ”Terutama dari seniman, tapi jangka menengah ke depan harus bertujuan profitable.Komunitas sepatutnya memiliki unsur pengembangan ekonomi dan nilai jual,” ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan ekonomi kreatif dalam koridor pembangunan regional dan nasional semakin diminati berbagai pihak.Hal ini harus menjadi penyemangat bagi kalangan yang terjun dalam industri kreatif. Heryawanmengatakan,kontribusi subsektor industri kreatif terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada 2011, industri kreatif mampu menunjukkan kontribusi terhadap pendapatan domestik bruto secara nasional sebesar 7,29 persen. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada dalam kisaran 6,5 persen.”Saat ini,kota dan kabupaten di Jawa Barat semakin antusias menjadi kota dan kabupaten kreatif,” katanya.
Pertumbuhan yang sangat pesat ini cukup beralasan mengingat cakupan industri kreatif relatif luas seperti periklanan, arsitektur, seni murni dan barang antik, kerajinan, desain, fesyen, film dan video, hiburan interaktif dan permainan komputer, musik, perangkat lunak dan animasi, serta televisi dan radio.
Industri Kreatif Tonggak Percepatan Eknomi
Wali Kota Cimahi, Itoc Tochija mengatakan, pertumbuhan ekonomi diwilayah kerjanya telah menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Hal itu dampak dari konsep ekonomi kerakyatan berbasis pada industri kreatif seperti halnya produk telematika hingga kuliner. Selain itu, percepatan pembangunan sektor ekonomi yang disesuaikan dengan konsep percepatan ekonomi yang disusun pemerintah pusat melalui Masterplan Percepatan Pertumbuhan Perekonomian Indonesia (MP3I) juga cukup mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dia mengakui, Pemkot Cimahi belum mampu menyelesaikan insfrastruktur penunjang industri kreatif,sepertihalnya kelengkapan Gedung Baros Information dan Technology Creatif (BITC). ”Termasuk aksebilitas pengembangan industri kreatif berbasis masyarakat,hal itu merupakan pekerjaan rumah kami, ” ujar Itoc ditemui di komplek perkantoran Pemkot Cimahi, belum lama ini. Sementara itu, banyak industri kreatif yang berkembang di Kota Bandung saat ini.
Namun, salah satu industri kreatif yang menjadi pendorong pegiat ekraf di Kota Bandung adalah UNKL347. Perusahaan kaos yang berlokasi di Jalan Sulanjana, Kota Bandung itu disebut-sebut menjadi pembuka pintu ekraf desain kaos pertama pada 1996 silam. Head Promotion UNKL347 Edi Brokoli mengatakan,bertahannya persaingan dalam industri kreatif tidak hanya kemampuan berkreasi.
Menurut dia, jiwa orisinal, mandiri, dan ciri khas merupakan faktor penunjang karya kreatif yang absolut. ”Berawal dari bersatunya musik, hobi olahraga skateboard, surfing, dan desain contohnya. Kami berusaha mempertahankannya agar tak pernah hilang,” kata dia saat ditemui di Jalan Sulanjana. Dia menyebutkan,upaya itu dilakukan di tengah-tengah industri kreatif yang terus berkembang dalam kepentingan bisnis. Edi mengajak, para pegiat kreatif tetap bisa berinovasi untuk menciptakan tren dengan improvisasi.
Dia mengaku, berkat kemampuannya mempertahankan jiwa orisinal, mandiri,dan ciri khas itu UNKL347 mampu memiliki beberapa toko di Australia, Berlin, Jepang, dan ratusan reseller di Indonesia. Bahkan, dia mengaku, UNKL347 telah merambah bisnis desain interior pada 2012 ini.
Istilah industri kreatif sebenarnya mulai terdengar di telinga masyarakat Kota Bandung sekitar tahun 2000-an. Menjamurnya distro (distribution store)yang khas dengan desain karya anak Bandung asli merupakan salah satunya. Setelah itu, maraknya trademark kreatif asli Bandung seperti kuliner dan musik menambah pertumbuhan industri kreatif di kota ini. Pengamat ekonomi kreatif Universitas Padjadjaran (Unpad) Achuviarta Kartibi mengakui hal itu.
Menurut dia, awal mula industri kreatif di Kota Bandung sudah berlangsung jauh lebih lama dari ramainya istilah tersebut diperbincangkan. ”Ekonomi kreatif (ekraf) di Bandung sudah terasa sebelum tahun 2000, ditandai dengan julukan Paris Van Java sebagai ikon fesyen kreatif masa lalu,”ujarnya kepada SINDO. Akan tetapi, dia mengakui perkembangannya mulai progresif dan cepat semenjak adanya kesepakatan di Jepang pada 2005 lalu yang menyatakan Bandung potensial menjadi kota industri kreatif.
”Pengembangan ekraf identik dengan kondisi basis masyarakat yang konsumtif. Maka tepatlah Bandung dinyatakan kota kreatif, sebab potensial untuk menarik minat pelancong bahkan warganya berbelanja,”kata dia. Menurut dia, geliat industri fesyen dan kuliner didukung beberapa unsur fundamental yang dimiliki Bandung. Di antaranya banyak terdapat perguruan tinggi,basis masyarakat seni yang tinggi, wilayah pertanian yang menyuplai kebutuhan ekraf kuliner, serta infrastruktur tol Cipularang yang berperan besar mendongkrak kebutuhan transportasi ekraf.
Bicara ekraf di Kota Bandung saat ini memang identik dengan keberadaan distro. Achu mengatakan, distro,multimedia, game, grafiti, mural, dan banyak ekraf berbasis desain memang menjadi pilar pengembangan ekraf Kota Bandung. Selain itu, saat ini ekraf jadi agenda pemerintah kota hingga nasional. Di samping ekraf berbasis desain, kata Achu,musik indie dan tradisional menjadi ikon ekraf Bandung yang positif bersinergi dengan selera pasar.
”Semua bersinergi seiring pola konsumtif masyarakat,” tegasnya. Bahkan,Achu mengungkapkan, peran komunitas kreatif nonprofit yang juga menjamur membantu perkembangan industri kreatif ini. ”Terutama dari seniman, tapi jangka menengah ke depan harus bertujuan profitable.Komunitas sepatutnya memiliki unsur pengembangan ekonomi dan nilai jual,” ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan ekonomi kreatif dalam koridor pembangunan regional dan nasional semakin diminati berbagai pihak.Hal ini harus menjadi penyemangat bagi kalangan yang terjun dalam industri kreatif. Heryawanmengatakan,kontribusi subsektor industri kreatif terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada 2011, industri kreatif mampu menunjukkan kontribusi terhadap pendapatan domestik bruto secara nasional sebesar 7,29 persen. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada dalam kisaran 6,5 persen.”Saat ini,kota dan kabupaten di Jawa Barat semakin antusias menjadi kota dan kabupaten kreatif,” katanya.
Pertumbuhan yang sangat pesat ini cukup beralasan mengingat cakupan industri kreatif relatif luas seperti periklanan, arsitektur, seni murni dan barang antik, kerajinan, desain, fesyen, film dan video, hiburan interaktif dan permainan komputer, musik, perangkat lunak dan animasi, serta televisi dan radio.
Industri Kreatif Tonggak Percepatan Eknomi
Wali Kota Cimahi, Itoc Tochija mengatakan, pertumbuhan ekonomi diwilayah kerjanya telah menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Hal itu dampak dari konsep ekonomi kerakyatan berbasis pada industri kreatif seperti halnya produk telematika hingga kuliner. Selain itu, percepatan pembangunan sektor ekonomi yang disesuaikan dengan konsep percepatan ekonomi yang disusun pemerintah pusat melalui Masterplan Percepatan Pertumbuhan Perekonomian Indonesia (MP3I) juga cukup mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dia mengakui, Pemkot Cimahi belum mampu menyelesaikan insfrastruktur penunjang industri kreatif,sepertihalnya kelengkapan Gedung Baros Information dan Technology Creatif (BITC). ”Termasuk aksebilitas pengembangan industri kreatif berbasis masyarakat,hal itu merupakan pekerjaan rumah kami, ” ujar Itoc ditemui di komplek perkantoran Pemkot Cimahi, belum lama ini. Sementara itu, banyak industri kreatif yang berkembang di Kota Bandung saat ini.
Namun, salah satu industri kreatif yang menjadi pendorong pegiat ekraf di Kota Bandung adalah UNKL347. Perusahaan kaos yang berlokasi di Jalan Sulanjana, Kota Bandung itu disebut-sebut menjadi pembuka pintu ekraf desain kaos pertama pada 1996 silam. Head Promotion UNKL347 Edi Brokoli mengatakan,bertahannya persaingan dalam industri kreatif tidak hanya kemampuan berkreasi.
Menurut dia, jiwa orisinal, mandiri, dan ciri khas merupakan faktor penunjang karya kreatif yang absolut. ”Berawal dari bersatunya musik, hobi olahraga skateboard, surfing, dan desain contohnya. Kami berusaha mempertahankannya agar tak pernah hilang,” kata dia saat ditemui di Jalan Sulanjana. Dia menyebutkan,upaya itu dilakukan di tengah-tengah industri kreatif yang terus berkembang dalam kepentingan bisnis. Edi mengajak, para pegiat kreatif tetap bisa berinovasi untuk menciptakan tren dengan improvisasi.
Dia mengaku, berkat kemampuannya mempertahankan jiwa orisinal, mandiri,dan ciri khas itu UNKL347 mampu memiliki beberapa toko di Australia, Berlin, Jepang, dan ratusan reseller di Indonesia. Bahkan, dia mengaku, UNKL347 telah merambah bisnis desain interior pada 2012 ini.
()