Bangkitnya pariwisata Indonesia

Senin, 12 Maret 2012 - 08:38 WIB
Bangkitnya pariwisata...
Bangkitnya pariwisata Indonesia
A A A
Sindonews.com - Pesawat Garuda GA-088 yang menerbangkan saya ke Amsterdam dari Jakarta pekan lalu sungguh luar biasa.Pada penerbangan saya yang kedua ke Amsterdam ini, seluruh kursi pesawat terisi.

Baik kelas ekonomi maupun bisnis benar-benar tidak ada yang kosong. Keadaan ini sungguh bertolak belakang dengan pemandangan setahun sebelumnya. Ketika itu untuk kelas bisnis, dari 36 kursi yang tersedia, hanya 12 kursi terisi.

Bahkan berdasarkan informasi pramugari, sering terjadi jumlah penumpang bisnis demikian sedikitnya. Oleh karena itu, load factor yang sedemikian tinggi pada penerbangan kali ini sungguh membuat gembira pramugari tersebut karena sepanjang perjalanan banyak hal yang harus dia kerjakan demi melayani para penumpang.

Suatu hal yang juga sangat luar biasa, mayoritas penumpang pesawat Garuda tersebut adalah orang-orang asing dengan sebagian besar orang Eropa. Bahkan pada saat di Imigrasi Belanda, saya semakin menyadari, beberapa wajah yang saya tandai tampaknya sebagai orang Indonesia, ternyata, juga warga negara Eropa karena paspornya adalah paspor negara yang termasuk dalam Uni Eropa. Dari beberapa orang yang sempat saya tanyai, mereka mengatakan, kunjungan mereka ke Indonesia untuk berlibur. Mungkin mereka mencoba untuk menghindar dari udara ekstrem yang melanda Eropa beberapa waktu lalu.

Pilihan mereka untuk terbang bersama Garuda tentunya didorong harga tiket yang menurut mereka cukup menarik. Dengan pesawat baru, bahkan dengan fasilitas tempat duduk yang bisa diubah menjadi tempat tidur serta pelayanan yang tidak kalah dengan penerbangan lain, harga tiket kelas bisnis yang mereka bayar ternyata kurang dari setengah jika mereka harus terbang dengan KLM ataupun Singapore Airlines. Kombinasi ini jelas membuat Indonesia menjadi tujuan wisata yang murah dan sekaligus menarik.

Dari perjalanan tersebut, saya teringat dengan perjalanan saya ke Amsterdam sebelumnya di mana saya bertemu satu keluarga Belanda dengan dua anak yang masih remaja. Dalam perjalanan ke Indonesia itu, ternyata mereka telah merencanakan tamasya perjalanan darat dari Medan ke Padang dengan memakan waktu sekitar tiga minggu melalui tempat yang saya sendiri, sebagai orang Indonesia, bahkan belum pernah mendengar namanya. Hal tersebut menggambarkan betapa banyak ragam tujuan wisata yang ternyata kita miliki tanpa kita sendiri menyadarinya.

Dengan melihat gambaran penuhnya pesawat Garuda tersebut, data statistik yang menyatakan jumlah wisatawan mancanegara pada Januari 2012 lalu naik 18,93 persen dibandingkan dengan data periode yang sama 2011 ternyata tidaklah jauh berbeda dengan kenyataan yang ada. Kenaikan sebesar itu bukanlah peningkatan kecil. Oleh karena itu perkembangan tersebut perlu ditanggapi dengan perhatian lebih besar bagi bangkitnya industri pariwisata. Kebangkitan industri pariwisata telah mendorong bangkitnya industri perhotelan serta industri hospitality lainnya.

Di berbagai tempat di Indonesia, kita melihat banyaknya hotel yang baru dibangun dengan kelas sangat beragam. Di Bali kita melihat ada hotel tanpa bintang hingga hotel berbintang enam. Hotel sangat mewah tersebut ternyata memiliki segmen konsumen sendiri sehingga pada akhirnya dari sisi komersial pembangunan hotel tersebut sungguh masuk akal, dalam arti perhitungan bisnisnya. Di Yogyakarta ada hotel baru yang termasuk dalam jaringan Accor yang dalam waktu singkat sudah mampu menarik pelanggan cukup besar.

Hotel tersebut, yang tidak jauh dari pusat keramaian Malioboro,ternyata dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak karena dengan harga yang terjangkau, lokasinya sangat membantu para tamu untuk mendekatkan diri pada berbagai atraksi wisata di kota tersebut.Sementara itu hotel baru yang dibangun di Jalan Solo ternyata bahkan sempat membukukan tingkat hunian 100 persen. Saya yang mencoba untuk memesan kamar di hotel itu dalam kunjungan ke Yogya baru-baru ini ternyata melihat kenyataan, banyak tamu lain yang berpikiran sama dengan saya.

Seorang teman, yang sebetulnya bukan berasal dari industri perhotelan, mencoba peruntungan dengan membangun kawasan vila di pantai barat Pulau Lombok. Sungguh di luar dugaan dia sendiri, bahkan pada saat low season sekalipun, tingkat hunian hotel yang dia bangun sudah melampaui tingkat break even point. Ini menunjukkan, ada pasar yang besar yang tidak kita duga yang telah berkembang sehingga jika kita mampu memanfaatkannya, kita akan memperoleh keuntungan komersial lebih dari yang kita harapkan.

Jaringan vila teman tersebut, yang berharga dari Rp1,5 juta sampai Rp3 juta per malam, jelas bukan pasar bagi wisatawan backpack. Pada harga tersebut, pasar yang tercipta adalah pasar yang berupa wisatawan kelas menengah ke atas, baik dari mancanegara maupun domestik. Dengan telah laris dan populernya Bali, banyak turis yang akhirnya mencoba daerah-daerah baru di Indonesia. Pada kunjungan saya ke Yogya baru-baru ini, saya surprise bahwa seorang wisatawan dari Perth, Australia, bercerita dia sudah pernah bepergian ke Ubud, Sanur, Kuta maupun Nusa Dua.

Tapi pada kesempatan kali ini dia tinggal di Hyatt Regency Yogya dan menyatakan, dia sungguh menemukan Yogya yang sangat indah. Komentar yang tulus (genuine) semacam ini perlu ditangkap dan dimanfaatkan bagi pengembangan industri pariwisata lebih lanjut. Jika Yogya sudah dikenal sebagai tujuan wisata dengan Borobudur, Prambanan maupun kota Yogya sendiri, rasanya tidak lama lagi kita akan melihat pantai selatan Yogya, terutama daerah Gunungkidul, akan menjadi magnet baru bagi industri pariwisata di Indonesia.

Saya pernah mendapatkan kesamaan antara jalan yang saya lalui dari Imogiri ke Panggang dengan Seventeen Mile Drive di daerah Monterrey, California, yang sangat terkenal dengan lapangan golfnya,yaitu Pebble Beach. Gunungkidul, terutama yang berada di daerah pantai selatan, jelas memiliki karakteristik tersebut.Bahkan dengan keasliannya saat ini, daerah itu memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan.

Barangkali pembentukan Badan Otorita Pantai Gunungkidul diperlukan agar bisa membangun pantai selatan Gunungkidul sehingga tidak kalah dengan yang telah berkembang di Nusa Dua.Semoga industri pariwisata kita semakin bangkit di masa-masa mendatang. Saya sendiri sungguh cinta dengan negara kita, Indonesia.

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0573 seconds (0.1#10.140)