Pemkab Sidoarjo didesak pertahankan pasar tradisional

Senin, 12 Maret 2012 - 13:46 WIB
Pemkab Sidoarjo didesak pertahankan pasar tradisional
Pemkab Sidoarjo didesak pertahankan pasar tradisional
A A A
Sindonews.com - Kalangan dewan mendesak agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo mempertahankan keberadaan pasar tradisional. Meskipun, saat ini banyak tawaran dari investor untuk merevitalisasi pasar dengan model Built Transfer Operations (BTO).

Sekretaris Komisi B (Keuangan, Aset dan Ekonomi) DPRD Sidoarjo Aditya Nindyatman mengatakan, harus ada pasar tradisional yang dipertahankan. Sebab, pasar tradisional merupakan pasar rakyat yang sudah ada secara turun temurun.

Politisi asal PKS tersebut mengaku, boleh saja Pemkab Sidoarjo menggandeng pihak ketiga untuk merevitalisasi pasar. Namun, harus sesuai dengan aturan yang ada dan tidak memberatkan pedagang. Pemkab juga harus memilah-milah pasar yang akan direvitalisasi dan dipertahankan sebagai pasar tradisional.

"Kalau untuk merenovasi pasar tradisional kita punya cukup banyak anggaran. Jadi jangan semua pasar direvitalisasi oleh pihak ketiga," ungkap pria yang menjadi Ketua DPD PKS Sidoarjo tersebut, Senin (12/3/2012).

Dengan kekuatan APBD yang mencapai Rp 2,2 triliun menurutnya sudah mampu untuk membiayai renovasi pasar sendiri. Namun, sejauh ini pemkab kurang maksimal dalam memperbaiki pasar yang kondisinya sudah rusak.

Aditya menyebutkan jika pemkab beralasan tidak ada dana, itu tidaklah benar. Sebab, dalam APBD 2012 Pemkab Sidoarjo menanamkan modal ke Bank Jatim Rp 6,9 miliar. Dana itu sebenarnya bisa untuk merenovasi pasar tradisional yang kondisinya sudah rusak. Sehingga, anggarannya lebih bermanfaat dan langsung dirasakan oleh masyarakat.

Selama ini pasar yang sudah direvitalisasi dengan sistem BTO, seperti Pasar Tulangan, Kecamatan Tulangan, Pasar Taman, Kecamatan Taman dan Pasar Wadungasri, Kecamatan Waru. "Jadi jangan semua pasar di BTO, harus dipilah-pilah. Pasar mana yang harus dipertahankan sebagai pasar tradisional dan pembangunannya tetap ditangani pemkab," tandasnya.

Apalgi Pemkab Sidoarjo sendiri saat ini dinilai kurang memperhatikan pasar tradisional yang ada. Indikasinya, ada pasar tradisional yang selama bertahun-tahun tidak pernah direhab, padahal kondisinya sudah rusak.

Salah satunya Pasar Tradisional Watoe Toelis, di Kecamatan Prambon yang sudah berdiri sejak Tahun 1929. Padahal, pasar tersebut selama ini juga menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar.

"Ada sebanyak 91 pedagang di pasar ini dengan jumlah kios 70 dan stan 21. Tapi beberapa tahun ini belum pernah direhab, padahal kondisinya sudah banyak atap yang bocor dan kumuh," ujar Kepala Unit Pasar Watoe Toelis Moch Fauji Ilmi.

Pedagang yang berjualan di pasar itu juga mengeluhkan kondisi pasar yang tidak pernah direnovasi. Padahal, pasar itu kini semakin ramai seiring dengan berkembangnya perumahan di kawasan Kecamatan Prambon. Atap yang terbuat dari asbes banyak yang bocor, bedak dan los sudah kumuh.

"Kalau pasar ini direhab dengan dan didanai oleh Pemkab Sidoarjo kami bisa terima. Tapi kalau direvitalisasi investor pedagang keberatan. Biarkan pasar ini tetap menjadi pasar tradisional," ujar Sugianto, salah satu pedagang Pasar Tradisional Watoe Toelis. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6747 seconds (0.1#10.140)