Pakan turun, industri unggas untung
A
A
A
Sindonews.com – Turunnya harga pakan ternak unggas sejak lima hari lalu sebesar Rp200- Rp300/kg, diprediksi akan berdampak pada produksi industri unggas di Jawa Barat.
Sekretaris DPP Pengusaha Peternak Unggas Indonesia (PPUI) Aswin Pulungan mengatakan, turunnya harga pakan ternak itu akibat kebijakan bebasnya bea masuk bahan baku ternak yang diberlakukan pemerintah. Dia menyebutkan, penurunan harga pakan ternak telah terjadi lima hari lalu dengan penurunan sebesar Rp200-Rp300 per kilogram atau dari harga Rp5.300 menjadi Rp5.000 per kilogram.
“Turunnya harga pakan ternak memberi keuntungan bagi industri unggas berskala besar,” jelas Aswin Pulungan kemarin. Menurut dia, turunnya harga pakan ternak memberikan kontribusi iklim usaha unggas di Jabar. Sebab, bisa menggenjot produksi unggas dalam negeri. Selain itu, harga jual unggas di pasaran juga bisa ditekan.“Jabar memberi andil 60 persen terhadap produksi unggas nasional,” kata dia. Aswin mengakui, industri unggas skala besar yang ada di Jawa Barat masih didominasi penanaman modal asing (PMA).
Di mana, 80 persen produksi unggas dalam negeri ditopang PMA. Sementara sisanya berasal dari industri dalam negeri dan perorangan. Dikuasainya produksi unggas dalam negeri oleh PMA setelah pemerintah menerbitkan UU No 18/2009 tentang Budi Daya Unggas oleh Asing. Namun, turunnya harga pakan ternak tidak memberi pengaruh signifikan bagi peternak berskala kecil dan perorangan.
Sehingga, kebijakan pemerintah membebaskan bea masuk bahan baku pakan ternak, belum memberi andil apapun bagi masyarakat Indonesia. Peternak lokal, lanjut dia, bisa menikmati hasilnya, apabila industri unggas berkala besar menaikkan harga jual unggas. "Sementara,industri besar yang menentukan harga jual unggas seperti ayam potong dan ayam DOC.Peternak lokal hanya sedikit sekali mengambil keuntungan,”jelas dia.
Sebagai contoh, harga ayam di tingkat konsumen mencapai Rp25 ribu/kg. Padahal, harga jual ayam potong di kandang Rp14 ribu/kg. Ketika disinggung turunnya harga ayam akhirakhir ini, Aswin memastikan bukan dipengaruhi harga pakan.
Sekretaris DPP Pengusaha Peternak Unggas Indonesia (PPUI) Aswin Pulungan mengatakan, turunnya harga pakan ternak itu akibat kebijakan bebasnya bea masuk bahan baku ternak yang diberlakukan pemerintah. Dia menyebutkan, penurunan harga pakan ternak telah terjadi lima hari lalu dengan penurunan sebesar Rp200-Rp300 per kilogram atau dari harga Rp5.300 menjadi Rp5.000 per kilogram.
“Turunnya harga pakan ternak memberi keuntungan bagi industri unggas berskala besar,” jelas Aswin Pulungan kemarin. Menurut dia, turunnya harga pakan ternak memberikan kontribusi iklim usaha unggas di Jabar. Sebab, bisa menggenjot produksi unggas dalam negeri. Selain itu, harga jual unggas di pasaran juga bisa ditekan.“Jabar memberi andil 60 persen terhadap produksi unggas nasional,” kata dia. Aswin mengakui, industri unggas skala besar yang ada di Jawa Barat masih didominasi penanaman modal asing (PMA).
Di mana, 80 persen produksi unggas dalam negeri ditopang PMA. Sementara sisanya berasal dari industri dalam negeri dan perorangan. Dikuasainya produksi unggas dalam negeri oleh PMA setelah pemerintah menerbitkan UU No 18/2009 tentang Budi Daya Unggas oleh Asing. Namun, turunnya harga pakan ternak tidak memberi pengaruh signifikan bagi peternak berskala kecil dan perorangan.
Sehingga, kebijakan pemerintah membebaskan bea masuk bahan baku pakan ternak, belum memberi andil apapun bagi masyarakat Indonesia. Peternak lokal, lanjut dia, bisa menikmati hasilnya, apabila industri unggas berkala besar menaikkan harga jual unggas. "Sementara,industri besar yang menentukan harga jual unggas seperti ayam potong dan ayam DOC.Peternak lokal hanya sedikit sekali mengambil keuntungan,”jelas dia.
Sebagai contoh, harga ayam di tingkat konsumen mencapai Rp25 ribu/kg. Padahal, harga jual ayam potong di kandang Rp14 ribu/kg. Ketika disinggung turunnya harga ayam akhirakhir ini, Aswin memastikan bukan dipengaruhi harga pakan.
()