Untung TDL tak ikut naik
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat Ekonomi Universitas Padjadjaran (Unpad) Kodrat Wibowo mendukung kesepakatan yang dilakukan oleh pemerintah dan DPR RI untuk tidak menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) di tahun ini. Pasalnya, masyarakat yang sudah cukup ditekan dengan kenaikan harga BBM pada April nanti akan menjadi lebih menderita jika TDL ikut dinaikkan.
"Artinya kalau listrik naik maka yang kena untung memang APBN, karena bisa sehat, tapi masyarakat menengah ke bawah akan terkena dampak yang paling besar,"ujarnya saat ditemui di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (17/3/2012).
Dia menekankan bahwa pemerintah harus lebih memahami kondisi masyarakat, khususnya yang menengah ke bawah. Karena dengan kondisi APBN yang sehat, tidak cukup menjadi alasan bagi mereka.
"Masyarakat yang penting bisa besok bisa makan apa. Kalau sekarang harga BBM subsidi naik dan BBM ini mendorong harga-harga lain bisa naik coba bayangkan ada kenaikan TDL dalam tahun yang sama, kita tidak bisa bayangkan masyarakat marah,"jelasnya.
Walaupun skema kenaikan dalam usulannya dilakukan bertahap dan hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang mempergunakan listrik dengan kapasitas 900 MW, menurut Kodrat tetap akan berpengaruh besar bagi kenaikan harga barang.
"Karena kita tahu bahwa setiap kegiatan perekonomian ini punya efek langsung terhadap harga barang. Kalau listrik naik, terutama untuk produksi, harga barang juga ikut naik, nah ini adalah tambahan. Mungkin bagi saya sangat mengerikan kalau dampak inflasi akibat BBM ditambah pula dengan inflasi akibat kenaikan TDL," paparnya.
Kodrat mengatakan, walaupun ada penambahan defisit nantinya, namun hal tersebut masih bisa diatasi, seperti mengandalkan Surat Utang Negara (SUN) dan semacamnya.
"Tidak masalah defisit kita akan bisa atasi, karena apa, betul kita tidak mengutang keluar negeri , dan kita punya arti bahwa kita mengutang dan yang memberikan utangan adalah masyarakat indonesia sendiri. Jadi utangnya bunganya semua masuk kedalam kantong masyarakat sendiri daripada kita meminjam ke luar negeri, itu saya kira lebih baik," pungkasnya.
"Artinya kalau listrik naik maka yang kena untung memang APBN, karena bisa sehat, tapi masyarakat menengah ke bawah akan terkena dampak yang paling besar,"ujarnya saat ditemui di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (17/3/2012).
Dia menekankan bahwa pemerintah harus lebih memahami kondisi masyarakat, khususnya yang menengah ke bawah. Karena dengan kondisi APBN yang sehat, tidak cukup menjadi alasan bagi mereka.
"Masyarakat yang penting bisa besok bisa makan apa. Kalau sekarang harga BBM subsidi naik dan BBM ini mendorong harga-harga lain bisa naik coba bayangkan ada kenaikan TDL dalam tahun yang sama, kita tidak bisa bayangkan masyarakat marah,"jelasnya.
Walaupun skema kenaikan dalam usulannya dilakukan bertahap dan hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang mempergunakan listrik dengan kapasitas 900 MW, menurut Kodrat tetap akan berpengaruh besar bagi kenaikan harga barang.
"Karena kita tahu bahwa setiap kegiatan perekonomian ini punya efek langsung terhadap harga barang. Kalau listrik naik, terutama untuk produksi, harga barang juga ikut naik, nah ini adalah tambahan. Mungkin bagi saya sangat mengerikan kalau dampak inflasi akibat BBM ditambah pula dengan inflasi akibat kenaikan TDL," paparnya.
Kodrat mengatakan, walaupun ada penambahan defisit nantinya, namun hal tersebut masih bisa diatasi, seperti mengandalkan Surat Utang Negara (SUN) dan semacamnya.
"Tidak masalah defisit kita akan bisa atasi, karena apa, betul kita tidak mengutang keluar negeri , dan kita punya arti bahwa kita mengutang dan yang memberikan utangan adalah masyarakat indonesia sendiri. Jadi utangnya bunganya semua masuk kedalam kantong masyarakat sendiri daripada kita meminjam ke luar negeri, itu saya kira lebih baik," pungkasnya.
()