Blok migas di Sulbar belum tentu dieksploitasi
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (PESDM) Sulbar Agussalim Tamadjoe mengatakan, lima blok migas yang ada di Sulbar belum tentu akan dieksploitasi oleh rekanan pemenang tender. Sebab hingga triwulan pertama 2012 ini belum ada satu pun titik pada setiap blok ditemukan migas.
"Meskipun ada, nilai ekonomisnya tidak menguntungkan mereka. Benar, Sulbar memiliki kandungan migas yang cukup besar. Namun harus dicari titik yang lebih tepat untuk mendapatkan migas yang menguntungkan. Artinya, kandungannya besar dan bisa dieksploitasi dalam waktu lama," katanya, Senin (19/3/2012).
Diakui, semua perusahaan minyak besar yang memenangkan tender itu tidak patah arang. Mereka terus melakukan eksplorasi berdasarkan hasil survei dan blok masing-masing. Bahkan mereka berani memperpanjang kontrak hingga satu tahun ke depan. Izin eksplorasi yang diberikan pada perusahaan itu selama enam tahun, sejak 2007.
"Posisi seluruh potensi di Sulbar berada pada cekungan Lariang, di Selat Makassar. Namun saat pengeboran, tidak ditemukan kandungan yang sesuai diharapkan sehingga mereka kembali melakukan pemetaan. Sekedar diketahui, setiap eksplorasi perusahaan mengeluarkan biaya triliunan rupiah. Dan itu semua dana mereka sendiri," paparnya.
Karena itu, lanjut Agus, cukup wajar jika mereka tidak menyerah dan mencari titik yang tepat dan menguntungkan. Sebab berdasarkan penelitian, sudah positif Sulbar memiliki kandungan migas yang besar.
Saat ini yang sedang dieksplorasi adalah blok Suremana yang dilakukan oleh Exxon Mobile dengan areal seluas 5.339 kilometer persegi, blok Pasangkayu oleh Marathon Oil dengan luas areal 4.707 kilometer persegi dan blok Kuma oleh Conoco Philips dengan luas areal 5.086 kilometer persegi. Semuanya berada di Kabupaten Mamuju Utara (Matra).
Kemudian blok Mandar juga oleh Exxon Mobile dengan luas areal 4.196 kilometer persegi di Kabupaten Majene dan blok Budong-Budong oleh Tatteli NV dengan luas areal 5.494 kilometer persegi di Kabupaten Mamuju.
Dari semua blok tersebut, hanya blok Budong-Budong yang berada di darat. Atau biasa disebut dengan offshore. Ekplorasi juga dilakukan oleh Statoil di Blok Karama dengan luas areal 4.287 kilometer.
"Blok Budong-Budong, data seismik menunjukkan bahwa kandungan minyak di dalamnya sangat besar. Setelah di bor, ternyata kandungan gasnya yang lebih besar," kata Agus.
Blok yang hampir berhasil dan menunggu eksploitasi adalah Malunda oleh PT. PTTEP Thailand dengan luas areal 5.148 kilometer persegi. Perusahaan pemegang izin blok ini juga akan mengelola blok South Mandar dengan luas areal 3.882 kilometer persegi. Kemudian blok Karama oleh Pearl Oil dengan luas areal 5.389 kilometer persegi.
Kelemahan kinerja semua perusahaan itu adalah pada kapal eksplorasi. Disebutkan Agus, kapal yang beroperasi di Indonesia hanya satu unit. Sehingga pemakaiannya harus bergiliran.
"Meskipun ada, nilai ekonomisnya tidak menguntungkan mereka. Benar, Sulbar memiliki kandungan migas yang cukup besar. Namun harus dicari titik yang lebih tepat untuk mendapatkan migas yang menguntungkan. Artinya, kandungannya besar dan bisa dieksploitasi dalam waktu lama," katanya, Senin (19/3/2012).
Diakui, semua perusahaan minyak besar yang memenangkan tender itu tidak patah arang. Mereka terus melakukan eksplorasi berdasarkan hasil survei dan blok masing-masing. Bahkan mereka berani memperpanjang kontrak hingga satu tahun ke depan. Izin eksplorasi yang diberikan pada perusahaan itu selama enam tahun, sejak 2007.
"Posisi seluruh potensi di Sulbar berada pada cekungan Lariang, di Selat Makassar. Namun saat pengeboran, tidak ditemukan kandungan yang sesuai diharapkan sehingga mereka kembali melakukan pemetaan. Sekedar diketahui, setiap eksplorasi perusahaan mengeluarkan biaya triliunan rupiah. Dan itu semua dana mereka sendiri," paparnya.
Karena itu, lanjut Agus, cukup wajar jika mereka tidak menyerah dan mencari titik yang tepat dan menguntungkan. Sebab berdasarkan penelitian, sudah positif Sulbar memiliki kandungan migas yang besar.
Saat ini yang sedang dieksplorasi adalah blok Suremana yang dilakukan oleh Exxon Mobile dengan areal seluas 5.339 kilometer persegi, blok Pasangkayu oleh Marathon Oil dengan luas areal 4.707 kilometer persegi dan blok Kuma oleh Conoco Philips dengan luas areal 5.086 kilometer persegi. Semuanya berada di Kabupaten Mamuju Utara (Matra).
Kemudian blok Mandar juga oleh Exxon Mobile dengan luas areal 4.196 kilometer persegi di Kabupaten Majene dan blok Budong-Budong oleh Tatteli NV dengan luas areal 5.494 kilometer persegi di Kabupaten Mamuju.
Dari semua blok tersebut, hanya blok Budong-Budong yang berada di darat. Atau biasa disebut dengan offshore. Ekplorasi juga dilakukan oleh Statoil di Blok Karama dengan luas areal 4.287 kilometer.
"Blok Budong-Budong, data seismik menunjukkan bahwa kandungan minyak di dalamnya sangat besar. Setelah di bor, ternyata kandungan gasnya yang lebih besar," kata Agus.
Blok yang hampir berhasil dan menunggu eksploitasi adalah Malunda oleh PT. PTTEP Thailand dengan luas areal 5.148 kilometer persegi. Perusahaan pemegang izin blok ini juga akan mengelola blok South Mandar dengan luas areal 3.882 kilometer persegi. Kemudian blok Karama oleh Pearl Oil dengan luas areal 5.389 kilometer persegi.
Kelemahan kinerja semua perusahaan itu adalah pada kapal eksplorasi. Disebutkan Agus, kapal yang beroperasi di Indonesia hanya satu unit. Sehingga pemakaiannya harus bergiliran.
()