Antam cetak pendapatan Rp10,3 T
A
A
A
Sindonews.com - PT Aneka Tambang (Antam) Tbk (ANTM) membukukan pendapatan bersih Rp10,346 triliun pada 2011, atau naik 18,32 persen dibanding tahun sebelumnya Rp8,744 triliun. Sementara laba bersih perseroan mencapai Rp1,928 triliun, atau naik 15,1 persen dibanding tahun sebelumnya Rp1,675triliun.
Direktur Utama ANTM Alwinsyah Loebis mengatakan, naiknya laba bersih perseroan ditopang meningkatnya volume penjualan dan harga komoditas perseroan. ”Naiknya pendapatan bersih perusahaan diikuti naiknya beban pokok penjualan sebesar 26,04 persen menjadi Rp7,319 triliun dari tahun sebelumnya Rp5,807 triliun,” katanya di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, naiknya beban pokok penjualan, laba kotor yang berhasil dibukukan perseroan naik sekitar 3,1 persen menjadi Rp3,028 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp2,937 triliun.
Sementara itu, bertambahnya beban usaha menjadi Rp1,015 triliun dari sebelumnya Rp968,5 miliar menyebabkan laba usaha perseroan meningkat 2,23 persen menjadi Rp2,013 triliun dibanding 2010 senilai Rp1,969 triliun.
Menurut dia, dengan kenaikan beban pokok penjualan, laba kotor yang berhasil dibukukan perseroan juga naik sekitar 3,1 persen menjadi Rp3,028 triliun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,937 triliun.
Dia menerangkan, bertambahnya beban usaha menjadi Rp1,015 triliun dari sebelumnya Rp968,5 miliar menyebabkan laba usaha perseroan meningkat 2,23 persen menjadi Rp2,013 triliun dibanding 2010 senilai Rp1,969 triliun.
Alwinsyah menambahkan, naiknya laba usaha perseroan mendorong capaian laba bersih pada tahun lalu. Akibat naiknya laba bersih perusahaan tambang pelat merah ini, laba bersih per saham dasar meningkat 14,52 persen menjadi Rp202,44 dibanding tahun sebelumnya Rp176,77 per lembar saham.
Adapun, kas dan setara kas perseroan pada akhir tahun lalu tercatat naik 33,33 persen menjadi Rp5,64 triliun dibanding 2010 senilai Rp4,23 triliun. Meningkatnya pendapatan perseroan pada tahun lalu, kata Alwinsyah, didorong naiknya volume ekspor feronikel dan penjualan emas.
Perseroan sebelumnya menargetkan volume ekspor feronikel sebesar 18.000 ton, namun realisasinya meningkat menjadi 19.000 ton. Sedangkan, untuk penjualan emas meningkat dari 7 ton menjadi 8 ton. Selain volume, naiknya harga emas juga memberi imbas positif terhadap kinerja perseroan pada tahun lalu. Pada 2011 harga emas rata-rata USD1.700 per ons troy (ozt).
Untuk penjualan emas tahun ini, ANTM menargetkan sama dengan tahun lalu sekitar 8 ton. Jumlah tersebut meningkat dibanding target sebelumnya sebanyak 6,5 ton. Mengenai harga, dia memperkirakan, harga emas dunia pada semester I tahun ini masih fluktuatif. Namun pada semester II, dia optimistis harga emas akan kembali naik. Hal itu didasarkan pada perkiraan membaiknya perekonomian dunia.
Untuk feronikel, perseroan juga menargetkan bisa memproduksi dan menjual feronikel mencapai 18.000 ton dengan harga rata-rata Rp20.000– 22.000 pada 2012.
Sekretaris Perusahaan ANTM Bimo Budi Satriyo menambahkan, feronikel menjadi komoditas yang memberi kontribusi pendapatan perseroan pada tahun lalu. ”Feronikel memberi kontribusi 36 persen dari total pendapatan,” ujar dia.
Menurutnya, produksi feronikel sepanjang tahun lalu meningkat sekitar 5 persen menjadi 19.690 TNi dibanding produksi tahun sebelumnya sebanyak 18.688 TNi.
Analis Lautandhana Securindo Willy Sanjaya menilai, ANTM merupakan salah satu saham pertambangan yang masih memiliki potensi untuk tumbuh, menyusul perbaikan harga sejumlah komoditas tambang. ”Kinerja baik ANTM diperkirakan berlanjut seiring membaiknya harga jual komoditas,” katanya. (ank)
Direktur Utama ANTM Alwinsyah Loebis mengatakan, naiknya laba bersih perseroan ditopang meningkatnya volume penjualan dan harga komoditas perseroan. ”Naiknya pendapatan bersih perusahaan diikuti naiknya beban pokok penjualan sebesar 26,04 persen menjadi Rp7,319 triliun dari tahun sebelumnya Rp5,807 triliun,” katanya di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, naiknya beban pokok penjualan, laba kotor yang berhasil dibukukan perseroan naik sekitar 3,1 persen menjadi Rp3,028 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp2,937 triliun.
Sementara itu, bertambahnya beban usaha menjadi Rp1,015 triliun dari sebelumnya Rp968,5 miliar menyebabkan laba usaha perseroan meningkat 2,23 persen menjadi Rp2,013 triliun dibanding 2010 senilai Rp1,969 triliun.
Menurut dia, dengan kenaikan beban pokok penjualan, laba kotor yang berhasil dibukukan perseroan juga naik sekitar 3,1 persen menjadi Rp3,028 triliun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,937 triliun.
Dia menerangkan, bertambahnya beban usaha menjadi Rp1,015 triliun dari sebelumnya Rp968,5 miliar menyebabkan laba usaha perseroan meningkat 2,23 persen menjadi Rp2,013 triliun dibanding 2010 senilai Rp1,969 triliun.
Alwinsyah menambahkan, naiknya laba usaha perseroan mendorong capaian laba bersih pada tahun lalu. Akibat naiknya laba bersih perusahaan tambang pelat merah ini, laba bersih per saham dasar meningkat 14,52 persen menjadi Rp202,44 dibanding tahun sebelumnya Rp176,77 per lembar saham.
Adapun, kas dan setara kas perseroan pada akhir tahun lalu tercatat naik 33,33 persen menjadi Rp5,64 triliun dibanding 2010 senilai Rp4,23 triliun. Meningkatnya pendapatan perseroan pada tahun lalu, kata Alwinsyah, didorong naiknya volume ekspor feronikel dan penjualan emas.
Perseroan sebelumnya menargetkan volume ekspor feronikel sebesar 18.000 ton, namun realisasinya meningkat menjadi 19.000 ton. Sedangkan, untuk penjualan emas meningkat dari 7 ton menjadi 8 ton. Selain volume, naiknya harga emas juga memberi imbas positif terhadap kinerja perseroan pada tahun lalu. Pada 2011 harga emas rata-rata USD1.700 per ons troy (ozt).
Untuk penjualan emas tahun ini, ANTM menargetkan sama dengan tahun lalu sekitar 8 ton. Jumlah tersebut meningkat dibanding target sebelumnya sebanyak 6,5 ton. Mengenai harga, dia memperkirakan, harga emas dunia pada semester I tahun ini masih fluktuatif. Namun pada semester II, dia optimistis harga emas akan kembali naik. Hal itu didasarkan pada perkiraan membaiknya perekonomian dunia.
Untuk feronikel, perseroan juga menargetkan bisa memproduksi dan menjual feronikel mencapai 18.000 ton dengan harga rata-rata Rp20.000– 22.000 pada 2012.
Sekretaris Perusahaan ANTM Bimo Budi Satriyo menambahkan, feronikel menjadi komoditas yang memberi kontribusi pendapatan perseroan pada tahun lalu. ”Feronikel memberi kontribusi 36 persen dari total pendapatan,” ujar dia.
Menurutnya, produksi feronikel sepanjang tahun lalu meningkat sekitar 5 persen menjadi 19.690 TNi dibanding produksi tahun sebelumnya sebanyak 18.688 TNi.
Analis Lautandhana Securindo Willy Sanjaya menilai, ANTM merupakan salah satu saham pertambangan yang masih memiliki potensi untuk tumbuh, menyusul perbaikan harga sejumlah komoditas tambang. ”Kinerja baik ANTM diperkirakan berlanjut seiring membaiknya harga jual komoditas,” katanya. (ank)
()