BNI Syariah genjot pembiayaan mikro
A
A
A
Sindonews.com - PT BNI Syariah akan menggenjot pembiayaan syariah melalui pembukaan jaringan mikro tahun ini. Pembukaan outlet mikro ini diharapkan akan mendorong penetrasi terhadap pembiayaan mikro.
Direktur Bisnis BNI Syariah Bambang Widjanarko mengungkapkan, perseroan akan membuka 55 outlet mikro yang terdiri atas 11 kantor cabang dan 44 kantor cabang pembantu tahun ini. Dengan outlet mikro ini, maksimal pembiayaan yang tersalurkan diharapkan Rp5 miliar per outletper bulan.
Menurut dia, upaya memperkuat jaringan ini perlu biaya investasi (capital expediture/ capex) yang cukup tinggi karena selain untuk renovasi, juga diperlukan biaya sewa dan SDM. Kantor cabang saja membutuhkan biaya sekitar Rp1,5-2 miliar, sementara cabang pembantu memerlukan biaya investasi sekitar Rp700 juta. Namun, cabang mikro ini memerlukan sekitar Rp400 juta.
“Cost untuk investasi tinggi. Kalau banyak buka cabang,harus siap laba rendah.Untuk mikro itu butuh sekitar 1,2 tahun baru balik modal, dengan asumsi semua tercapai,” kata dia dalam temu wartawan akhir pekan lalu.
Hingga Februari 2011, lanjut dia, perseroan telah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp5,3 triliun. Jika dirinci dari total pembiayaan sebesar Rp5,3 triliun tersebut, sebanyak Rp3 triliun disalurkan untuk pembiayaan konsumer, pembiayaan komersial sebesar Rp900 miliar, dan pembiayaan retail sebesar Rp1,4 triliun.
Sementara dari sisi dana pihak ketiga, per Februari juga telah mencapai sekitar Rp7,5 triliun. DPK tersebut masih didominasi oleh produk tabungan dan giro yaitu sekitar 55 persen dari total DPK.
Menurut dia, perseroan akan tetap menjaga porsi dana murah lebih tinggi dibandingkan deposito dengan menjaga di kisaran 50 persen. Menjaga porsi dana murah dinilai penting sehingga penyaluran pembiayaan dapat lebih dioptimalkan.
Bambang menilai beberapa cara yang terus diupayakan untuk menghimpun dana murah adalah dengan menggandeng universitas maupun bekerja sama dengan institusi atau organisasi keislaman seperti PP Muhammadiyah.
Hal sama juga dilakukan Bank Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) yang tahun ini menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 22-25 persen pada 2012 atau menjadi sekitar Rp35,09–35,95 triliun dari sebelumnya Rp28,76 triliun.
Direktur Utama BJB Bien Subiantoro menjelaskan, pada 2011 penyaluran kredit perseroan bertambah Rp5,09 triliun atau menjadi Rp28,76 triliun, naik 21,50 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp23,67 triliun pada 2010.
Menurut Bien, kredit perseroan akan tetap diarahkan pada dua pilar pertumbuhan bank yaitu segmen konsumer dan mikro, bahkan mikro ditargetkan dapat bertumbuh 75-100 persen. Per 2011 kredit mikro perseroan tercatat sebesar Rp2,95 triliun, naik 24,6 persen dibandingkan 2010 sebesar Rp2,36 triliun. Dengan target 75-100 persen, kredit mikro diperkirakan akan mencapai Rp5,16-5,9 triliun.
“Untuk mengejar aset, pilarnya adalah consumer loan dan mikro. Corporate dan commercial kita tumbuh hatihati supaya NPL tidak naik,” ungkap dia dalam Analyst Meeting di Jakarta akhir pekan lalu.
Untuk mendukung pertumbuhan kredit, khususnya mikro, perseroan akan membuka dan mengembangkan sebanyak 429 “Waroeng BJB”, cabang khusus yang menangani mikro. Selain itu, bank asal Jawa Barat ini juga akan membuka 209 cabang lainnya.
Menurut Bien, “Waroeng BJB” baru tahun ini dikembangkan. Biaya investasinya pun tidak besar, hanya sekitar Rp100-150 juta per unit. Bien menilai cabang mikro ini masuk ke biaya operasional, bukan biaya investasi (capital expenditure). (ank)
Direktur Bisnis BNI Syariah Bambang Widjanarko mengungkapkan, perseroan akan membuka 55 outlet mikro yang terdiri atas 11 kantor cabang dan 44 kantor cabang pembantu tahun ini. Dengan outlet mikro ini, maksimal pembiayaan yang tersalurkan diharapkan Rp5 miliar per outletper bulan.
Menurut dia, upaya memperkuat jaringan ini perlu biaya investasi (capital expediture/ capex) yang cukup tinggi karena selain untuk renovasi, juga diperlukan biaya sewa dan SDM. Kantor cabang saja membutuhkan biaya sekitar Rp1,5-2 miliar, sementara cabang pembantu memerlukan biaya investasi sekitar Rp700 juta. Namun, cabang mikro ini memerlukan sekitar Rp400 juta.
“Cost untuk investasi tinggi. Kalau banyak buka cabang,harus siap laba rendah.Untuk mikro itu butuh sekitar 1,2 tahun baru balik modal, dengan asumsi semua tercapai,” kata dia dalam temu wartawan akhir pekan lalu.
Hingga Februari 2011, lanjut dia, perseroan telah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp5,3 triliun. Jika dirinci dari total pembiayaan sebesar Rp5,3 triliun tersebut, sebanyak Rp3 triliun disalurkan untuk pembiayaan konsumer, pembiayaan komersial sebesar Rp900 miliar, dan pembiayaan retail sebesar Rp1,4 triliun.
Sementara dari sisi dana pihak ketiga, per Februari juga telah mencapai sekitar Rp7,5 triliun. DPK tersebut masih didominasi oleh produk tabungan dan giro yaitu sekitar 55 persen dari total DPK.
Menurut dia, perseroan akan tetap menjaga porsi dana murah lebih tinggi dibandingkan deposito dengan menjaga di kisaran 50 persen. Menjaga porsi dana murah dinilai penting sehingga penyaluran pembiayaan dapat lebih dioptimalkan.
Bambang menilai beberapa cara yang terus diupayakan untuk menghimpun dana murah adalah dengan menggandeng universitas maupun bekerja sama dengan institusi atau organisasi keislaman seperti PP Muhammadiyah.
Hal sama juga dilakukan Bank Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) yang tahun ini menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 22-25 persen pada 2012 atau menjadi sekitar Rp35,09–35,95 triliun dari sebelumnya Rp28,76 triliun.
Direktur Utama BJB Bien Subiantoro menjelaskan, pada 2011 penyaluran kredit perseroan bertambah Rp5,09 triliun atau menjadi Rp28,76 triliun, naik 21,50 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp23,67 triliun pada 2010.
Menurut Bien, kredit perseroan akan tetap diarahkan pada dua pilar pertumbuhan bank yaitu segmen konsumer dan mikro, bahkan mikro ditargetkan dapat bertumbuh 75-100 persen. Per 2011 kredit mikro perseroan tercatat sebesar Rp2,95 triliun, naik 24,6 persen dibandingkan 2010 sebesar Rp2,36 triliun. Dengan target 75-100 persen, kredit mikro diperkirakan akan mencapai Rp5,16-5,9 triliun.
“Untuk mengejar aset, pilarnya adalah consumer loan dan mikro. Corporate dan commercial kita tumbuh hatihati supaya NPL tidak naik,” ungkap dia dalam Analyst Meeting di Jakarta akhir pekan lalu.
Untuk mendukung pertumbuhan kredit, khususnya mikro, perseroan akan membuka dan mengembangkan sebanyak 429 “Waroeng BJB”, cabang khusus yang menangani mikro. Selain itu, bank asal Jawa Barat ini juga akan membuka 209 cabang lainnya.
Menurut Bien, “Waroeng BJB” baru tahun ini dikembangkan. Biaya investasinya pun tidak besar, hanya sekitar Rp100-150 juta per unit. Bien menilai cabang mikro ini masuk ke biaya operasional, bukan biaya investasi (capital expenditure). (ank)
()