Manfaat kenaikan BBM bagi rakyat minim
A
A
A
Sindonews.com - Institute for Development Economic and Finance (Indef) merekomendasikan agar kenaikan harga BBM ditunda. Hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh dari kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) lebih kecil dibandingkan biaya sosial ekonomi yang harus ditanggung oleh perekonomian dan rakyat.
Pengamat Ekonomi Indef Ahmad Erani Yustika menyatakan dengan asumsi kenaikan BBM sebesar Rp1.500 per liter, akan berdampak negatif terhadap makro ekonomi.
"Simulasi Indef menghasilkan beberapa proyeksi kedepan. Pertama pertumbuhan ekonomi akan merosot menjadi 5,8 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini antara lain disebabkan oleh investasi yang jatuh yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga kredit," ujarnya dalam konferensi pers Indef di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Kemudian angka inflasi menurutnya juga akan melonjak sampai dengan 3-4 persen, sehingga membuat daya beli masyarakat jatuh. Daya beli masyarakat atau kaum miskin akan berkurang sekitar 10-15 persen.
"Akibat penurunan daya beli akan membuat jumlah kemiskinan meningkat 1,1-1,3 persen atau sekitar 1,5 juta penduduk. Meskipun aneka skema kompensasi sudah dijalankan," jelasnya.
Jika diakumulasikan, tegas Ahmad, secara keseluruhan pendapatan nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB) akan berkurang Rp125 triliun dibandingkan apabila BBM tidak dinaikkan. "Itu belum termasuk dampak efek lanjutan terhadap kenaikan pengangguran, penurunan ekspor dan lain sebgainya," pungkasnya. (ank)
Pengamat Ekonomi Indef Ahmad Erani Yustika menyatakan dengan asumsi kenaikan BBM sebesar Rp1.500 per liter, akan berdampak negatif terhadap makro ekonomi.
"Simulasi Indef menghasilkan beberapa proyeksi kedepan. Pertama pertumbuhan ekonomi akan merosot menjadi 5,8 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini antara lain disebabkan oleh investasi yang jatuh yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga kredit," ujarnya dalam konferensi pers Indef di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Kemudian angka inflasi menurutnya juga akan melonjak sampai dengan 3-4 persen, sehingga membuat daya beli masyarakat jatuh. Daya beli masyarakat atau kaum miskin akan berkurang sekitar 10-15 persen.
"Akibat penurunan daya beli akan membuat jumlah kemiskinan meningkat 1,1-1,3 persen atau sekitar 1,5 juta penduduk. Meskipun aneka skema kompensasi sudah dijalankan," jelasnya.
Jika diakumulasikan, tegas Ahmad, secara keseluruhan pendapatan nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB) akan berkurang Rp125 triliun dibandingkan apabila BBM tidak dinaikkan. "Itu belum termasuk dampak efek lanjutan terhadap kenaikan pengangguran, penurunan ekspor dan lain sebgainya," pungkasnya. (ank)
()