BNPB: Subsidi BBM setara dana bencana 30 tahun
A
A
A
Sindonews.com - Besaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam APBNP 2012 ditetapkan sebesar Rp137,4 triliun. Jumlah ini sangat besar jika dibandingkan dengan alokasi dana cadangan penanggulangan bencana yang sekira Rp4,5 triliun per tahun, atau 3,3 persen dari subsidi BBM.
"Bahkan jika diasumsikan dana cadangan penanggulangan bencana flat, atau tetap saja Rp4,5 per tahunnya, maka Rp137,4 triliun tersebut setara dengan penggunaan selama 30 tahun. Padahal dana cadangan penanggulangan bencana tersebut digunakan untuk mengatasi semua bencana besar maupun kecil yang terjadi di seluruh Indonesia," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalau siaran rilisnya di Jakarta, Minggu (1/4/2012).
Dia menambahkan dana untuk penanggulangan bencana ini terlalu kecil. Tidak aneh jika akhirnya korban bencana memperoleh bantuan pembangunan rumah menunggu 3 tahun setelah bencana.
Ia juga menjelaskan kemungkinan membengkaknya subsidi BBM dalam APBNP 2012, sebab asumsinya harga Indonesia Crude Price (ICP) sebesar USD105 per barel. Padahal, harga riil Februari 2012 sudah mencapai USD122 per barel. Hal ini juga merujuk pada tahun 2011 yang memperlihatkan, dimana subsidi BBM dalam APBNP Rp129,7 triliun, namun realisasinya Rp165,2 triliun.
"Subdisi BBM Rp137,4 triliun sangat besar. Angka tersebut jauh lebih besar daripada total kerusakan dan kerugian bencana besar yang terjadi di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2011. Total dampak 10 bencana besar di Indonesia 'hanya' sekitar Rp106,7 triliun. Artinya dampak bencana yang meluluhlantakkan kehidupan masyarakat di daerah bencana tersebut hanya 78 persen dari subsidi BBM 2012," tambahnya.
Kerusakan dan kerugian dari 10 bencana besar tersebut adalah: gempa bumi dan tsunami Aceh dan Nias (2004) Rp41,4 triliun, gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006) Rp29,15 triliun, gempa bumi Sumatera Barat (2007) Rp2,45 triliun, banjir Jakarta (2007) Rp5,18 triliun, gempa bumi Bengkulu (2007) Rp1,88 triliun, gempa bumi Sumatera Barat (2009) Rp20,87 triliun, tsunami Mentawai (2010) Rp348 miliar, banjir bandang Wasior (2010) Rp281 miliar, erupsi Merapi (2010) Rp3,56 triliun, dan lahar dingin Merapi (2011) sekitar Rp1,6 triliun.
Sebagai gambaran lain, dia mengungkapkan subsidi BBM dengan nilai Rp137,4 triliun tersebut, jika digunakan untuk pembangunan infrastruktur maka banyak manfaatnya. Jembatan Selat Sunda (JSS) dengan panjang 31 Km dan lebar hanya membutuhkan Rp117 triliun. JSS ini dapat menjadi landmark Indonesia dan manfaat lain.
Selain itu menurutnya, dana tersebut juga dapat dialokasikan kepada pembangunan kereta api cepat Jakarta-Surabaya sepanjang 685 Km, sehingga Jakarta-Surabaya dapat dicapai 3 jam. Kebutuhan Jakarta Outer Ring Road (JORR) Tahap II sepanjang 122,6 km sebanyak Rp5 triliun.
Kemudian, pembangunan MRT Jakarta sepanjang 14 km yang butuh dana Rp8,5 triliun, sehingga kemacetan dapat diatasi. Atau pembangunan Jembatan Suramadu atau sejenis yang menghabiskan dana Rp4,5 triliun sehingga dapat menjangkau aksesibilitas antar pulau. Artinya subsidi BBM tersebut sangat besar.
"Ini hanya perbandingan antara subsidi BBM dengan dampak bencana dan pembangunan infrastruktur. Untuk menunjukkan bahwa dana tersebut sangat besar," tandasnya. (ank)
"Bahkan jika diasumsikan dana cadangan penanggulangan bencana flat, atau tetap saja Rp4,5 per tahunnya, maka Rp137,4 triliun tersebut setara dengan penggunaan selama 30 tahun. Padahal dana cadangan penanggulangan bencana tersebut digunakan untuk mengatasi semua bencana besar maupun kecil yang terjadi di seluruh Indonesia," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, dalau siaran rilisnya di Jakarta, Minggu (1/4/2012).
Dia menambahkan dana untuk penanggulangan bencana ini terlalu kecil. Tidak aneh jika akhirnya korban bencana memperoleh bantuan pembangunan rumah menunggu 3 tahun setelah bencana.
Ia juga menjelaskan kemungkinan membengkaknya subsidi BBM dalam APBNP 2012, sebab asumsinya harga Indonesia Crude Price (ICP) sebesar USD105 per barel. Padahal, harga riil Februari 2012 sudah mencapai USD122 per barel. Hal ini juga merujuk pada tahun 2011 yang memperlihatkan, dimana subsidi BBM dalam APBNP Rp129,7 triliun, namun realisasinya Rp165,2 triliun.
"Subdisi BBM Rp137,4 triliun sangat besar. Angka tersebut jauh lebih besar daripada total kerusakan dan kerugian bencana besar yang terjadi di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2011. Total dampak 10 bencana besar di Indonesia 'hanya' sekitar Rp106,7 triliun. Artinya dampak bencana yang meluluhlantakkan kehidupan masyarakat di daerah bencana tersebut hanya 78 persen dari subsidi BBM 2012," tambahnya.
Kerusakan dan kerugian dari 10 bencana besar tersebut adalah: gempa bumi dan tsunami Aceh dan Nias (2004) Rp41,4 triliun, gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006) Rp29,15 triliun, gempa bumi Sumatera Barat (2007) Rp2,45 triliun, banjir Jakarta (2007) Rp5,18 triliun, gempa bumi Bengkulu (2007) Rp1,88 triliun, gempa bumi Sumatera Barat (2009) Rp20,87 triliun, tsunami Mentawai (2010) Rp348 miliar, banjir bandang Wasior (2010) Rp281 miliar, erupsi Merapi (2010) Rp3,56 triliun, dan lahar dingin Merapi (2011) sekitar Rp1,6 triliun.
Sebagai gambaran lain, dia mengungkapkan subsidi BBM dengan nilai Rp137,4 triliun tersebut, jika digunakan untuk pembangunan infrastruktur maka banyak manfaatnya. Jembatan Selat Sunda (JSS) dengan panjang 31 Km dan lebar hanya membutuhkan Rp117 triliun. JSS ini dapat menjadi landmark Indonesia dan manfaat lain.
Selain itu menurutnya, dana tersebut juga dapat dialokasikan kepada pembangunan kereta api cepat Jakarta-Surabaya sepanjang 685 Km, sehingga Jakarta-Surabaya dapat dicapai 3 jam. Kebutuhan Jakarta Outer Ring Road (JORR) Tahap II sepanjang 122,6 km sebanyak Rp5 triliun.
Kemudian, pembangunan MRT Jakarta sepanjang 14 km yang butuh dana Rp8,5 triliun, sehingga kemacetan dapat diatasi. Atau pembangunan Jembatan Suramadu atau sejenis yang menghabiskan dana Rp4,5 triliun sehingga dapat menjangkau aksesibilitas antar pulau. Artinya subsidi BBM tersebut sangat besar.
"Ini hanya perbandingan antara subsidi BBM dengan dampak bencana dan pembangunan infrastruktur. Untuk menunjukkan bahwa dana tersebut sangat besar," tandasnya. (ank)
()