DBS akuisisi Danamon, bukti perbankan RI seksi
A
A
A
Sindonews.com - Terkait mayoritas saham di perbankan Indonesia yang dimiliki oleh pihak asing, Pengamat Ekonomi Aviliani mengatakan akuisisi Bank Danamon yang dilakukan oleh investor asing seperti DBS adalah bukti bahwa market Indonesia masih menarik untuk asing. Hal ini dikarenakan di Indonesia, asing boleh memiliki saham hingga 99 persen.
"Dia beli banknya, nanti kan ada dari dana masyarakat. Beda dengan negara-negara maju, justru mereka harus jualan. Jadi orang lebih tertarik dengan Indonesia karena market, kemudian kelas menengah. Serta bank di Indonesia itu memperbolehkan kepemilikan sangat besar," ungkap Aviliani saat ditemui di Hotel Pullman Jakarta, Rabu (4/4/2012).
Aviliani menjelaskan, di beberapa negara seperti Korea dan Australia, kepemilikan asing hanya boleh sekitar 30 persen, sedangkan di Indonesia hingga 90 persen, ini adalah bukti bahwa Indonesia paling diminati.
"Indonesia yang paling enak. Jadi menarik, walaupun gonjang-ganjing BBM, orang masih melihat kita punya prospek," tegasnya.
Aviliani juga menegaskan, jika Bank Indonesia menerapakan azaS pembatasan asing maka Indonesia sendiri yang akan kesulitan, sebab ketika perbankan melakukan rate issue rata-rata asing yang membeli.
"Jika BI menolak investor kedalam, problemnya adalah ketika kita jual saham lainnya (right issue), itu yang kebanyakan membeli kan asing, jadi kalau kita membatasi kepemilikan asing menjadi problem. Karena nanti apakah bisa terstabilkan, atau malah harga bank jadi jatuh sahamnya? Jadi menurut saya, kalau kepemilikan it's ok," tuturnya.
Walaupun demikian Aviliani menekankan, jika asing ingin membuka cabang murni asing, sebaiknya tidak diperbolehkan. Sebaiknya asing membuat badan sendiri seperti PT.
"Tapi kalau misalnya mereka buka cabang yang kaitannya dengan total asing itu jangan boleh. Nanti itu diwajibkan bikin PT sendiri, jadi terkait dengan di internasional," ujarnya. (ank)
"Dia beli banknya, nanti kan ada dari dana masyarakat. Beda dengan negara-negara maju, justru mereka harus jualan. Jadi orang lebih tertarik dengan Indonesia karena market, kemudian kelas menengah. Serta bank di Indonesia itu memperbolehkan kepemilikan sangat besar," ungkap Aviliani saat ditemui di Hotel Pullman Jakarta, Rabu (4/4/2012).
Aviliani menjelaskan, di beberapa negara seperti Korea dan Australia, kepemilikan asing hanya boleh sekitar 30 persen, sedangkan di Indonesia hingga 90 persen, ini adalah bukti bahwa Indonesia paling diminati.
"Indonesia yang paling enak. Jadi menarik, walaupun gonjang-ganjing BBM, orang masih melihat kita punya prospek," tegasnya.
Aviliani juga menegaskan, jika Bank Indonesia menerapakan azaS pembatasan asing maka Indonesia sendiri yang akan kesulitan, sebab ketika perbankan melakukan rate issue rata-rata asing yang membeli.
"Jika BI menolak investor kedalam, problemnya adalah ketika kita jual saham lainnya (right issue), itu yang kebanyakan membeli kan asing, jadi kalau kita membatasi kepemilikan asing menjadi problem. Karena nanti apakah bisa terstabilkan, atau malah harga bank jadi jatuh sahamnya? Jadi menurut saya, kalau kepemilikan it's ok," tuturnya.
Walaupun demikian Aviliani menekankan, jika asing ingin membuka cabang murni asing, sebaiknya tidak diperbolehkan. Sebaiknya asing membuat badan sendiri seperti PT.
"Tapi kalau misalnya mereka buka cabang yang kaitannya dengan total asing itu jangan boleh. Nanti itu diwajibkan bikin PT sendiri, jadi terkait dengan di internasional," ujarnya. (ank)
()