Pertumbuhan kuartal I bisa tembus 6,5%
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal I bisa mencapai 6,5 persen. Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi serta besarnya investasi menjadi salah satu pendorongnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, investasi yang masuk masih tinggi. “(Pertumbuhan) Kuartal I mudah-mudahan masih bisa 6,5 persen. Investasi masih cukup tinggi dan diharapkan konsumsi bisa sedikit naik atau setidaknya sama dengan kuartal I tahun lalu (6,5 persen),” tutur Bambang di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin.
Bambang menambahkan, investasi yang tinggi ini diharapkan bisa mengganti laju ekspor yang mulai melambat memasuki tiga bulan pertama tahun 2012. Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut volume ekspor pada Februari USD15,65 miliar atau turun 0,49 persen dibandingkan Januari.“Investasi dan konsumsi harus bisa menggantikan peran ekspor di 2012. Kalau bisa tumbuh 9–10 persen tahun ini, bisa me-recoverkehilangan pertumbuhan dari ekspor,” ujarnya.
Sebelumnya Bank Dunia mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 dari 6,2 persen menjadi hanya 6,1 persen. Prediksi ini jauh di bawah proyeksi pertumbuhan yang ditetapkan dalam APBN-P sebesar 6,5 persen. Kepala ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Shubham Chauduri mengatakan, pertumbuhan Indonesia tidak optimal pada tahun ini karena pengaruh eksternal yang kuat, salah satunya pelambatan pertumbuhan di negara-negara yang menjadi mitra Indonesia.
Prediksi serupa sebelumnya juga diungkapkan Head of Global Market HSBC Ali Setiawan. Dia mengatakan,pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi sekitar 6,2 persen. “Memasuki pertengahan tahun 2012,HSBC menilai bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 6,2 persen di tahun ini,”ujar Ali dalam acara dialog ekonomi dan politik 2012 dengan tema ”Indonesia the Next Economic Jewel of Asia” beberapa waktu lalu. Namun, tegas dia, HSBC optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini dipandang sebagai negara favorit investasi.
Ali menjelaskan, peningkatan kelas ekonomi menengah di negara- negara ASEAN dan kenaikan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moody’s akan menjadi faktor penggerak ekonomi tahun 2012, meski ekspor Indonesia mengalami penurunan akibat dampak krisis ekonomi global. Indonesia juga dinilai dapat mengambil peran yang lebih signifikan di tingkat regional karena kondisi ekonomi yang sehat didukung oleh sumber daya manusia yang cukup menjanjikan.
Peningkatan stabilitas makroekonomi yang didukung oleh peningkatan investasi dan impor akan meningkatkan peran Indonesia di tingkat regional secara lebih signifikan. Namun, pemerintah harus tetap mempersiapkan langkahlangkah antisipatif terhadap gejolak harga minyak dunia dan kelanjutan program infrastruktur.
Sementara,Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa meyakini bahwa pemerintah masih bisa mempertahankan pertumbuhan sebesar 6,5 persen. “Kita juga mengoreksi (pertumbuhan) dari 6,75 (APBN 2012) menjadi 6,5 persen (APBN-P 2012).Tapi, kita (optimistis) bisa menjaga di 6,5 persen,” ucap Hatta.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, investasi yang masuk masih tinggi. “(Pertumbuhan) Kuartal I mudah-mudahan masih bisa 6,5 persen. Investasi masih cukup tinggi dan diharapkan konsumsi bisa sedikit naik atau setidaknya sama dengan kuartal I tahun lalu (6,5 persen),” tutur Bambang di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin.
Bambang menambahkan, investasi yang tinggi ini diharapkan bisa mengganti laju ekspor yang mulai melambat memasuki tiga bulan pertama tahun 2012. Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut volume ekspor pada Februari USD15,65 miliar atau turun 0,49 persen dibandingkan Januari.“Investasi dan konsumsi harus bisa menggantikan peran ekspor di 2012. Kalau bisa tumbuh 9–10 persen tahun ini, bisa me-recoverkehilangan pertumbuhan dari ekspor,” ujarnya.
Sebelumnya Bank Dunia mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 dari 6,2 persen menjadi hanya 6,1 persen. Prediksi ini jauh di bawah proyeksi pertumbuhan yang ditetapkan dalam APBN-P sebesar 6,5 persen. Kepala ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Shubham Chauduri mengatakan, pertumbuhan Indonesia tidak optimal pada tahun ini karena pengaruh eksternal yang kuat, salah satunya pelambatan pertumbuhan di negara-negara yang menjadi mitra Indonesia.
Prediksi serupa sebelumnya juga diungkapkan Head of Global Market HSBC Ali Setiawan. Dia mengatakan,pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi sekitar 6,2 persen. “Memasuki pertengahan tahun 2012,HSBC menilai bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 6,2 persen di tahun ini,”ujar Ali dalam acara dialog ekonomi dan politik 2012 dengan tema ”Indonesia the Next Economic Jewel of Asia” beberapa waktu lalu. Namun, tegas dia, HSBC optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini dipandang sebagai negara favorit investasi.
Ali menjelaskan, peningkatan kelas ekonomi menengah di negara- negara ASEAN dan kenaikan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moody’s akan menjadi faktor penggerak ekonomi tahun 2012, meski ekspor Indonesia mengalami penurunan akibat dampak krisis ekonomi global. Indonesia juga dinilai dapat mengambil peran yang lebih signifikan di tingkat regional karena kondisi ekonomi yang sehat didukung oleh sumber daya manusia yang cukup menjanjikan.
Peningkatan stabilitas makroekonomi yang didukung oleh peningkatan investasi dan impor akan meningkatkan peran Indonesia di tingkat regional secara lebih signifikan. Namun, pemerintah harus tetap mempersiapkan langkahlangkah antisipatif terhadap gejolak harga minyak dunia dan kelanjutan program infrastruktur.
Sementara,Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa meyakini bahwa pemerintah masih bisa mempertahankan pertumbuhan sebesar 6,5 persen. “Kita juga mengoreksi (pertumbuhan) dari 6,75 (APBN 2012) menjadi 6,5 persen (APBN-P 2012).Tapi, kita (optimistis) bisa menjaga di 6,5 persen,” ucap Hatta.
()